Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Hossein Amir Abdollahian Kamis (7/10/2021) dini hari usai kunjungannya ke Rusia dilaporkan tiba di Beirut, Lebanon.
Menlu Iran hari ini bertemu dengan Presiden Lebanon, Michel Aoun di Beirut, Ketua Parlemen Nabih Berri dan Perdana Menteri Najib Mikati serta sejawatnya dari negara ini, Abdallah Bou Habib. Selain itu, ia juga dijadwalkan bertemu dengan perwakilan faksi-faksi Palestina.
Bersamaan dengan kedatangan menlu Iran di Beirut, warga Lebanon menulis hastag selamat datang di jejaring sosial dan memuji dukungan Republik Islam Iran terhadap negara mereka.
Hubungan antara Republik Islam Iran dan Lebanon memiliki kepentingan multifaset, salah satu karakteristik hubungan ini adalah efek strategisnya pada penguatan arus perlawanan terhadap agresi rezim Zionis.
Bahan Bakar bantuan Iran tiba di Lebanon
Iran selalu mendukung perlawanan terhadap rezim Zionis pendudukan dan membela kemerdekaan, keamanan dan stabilitas Lebanon dalam keadaan genting dan sensitif, dan telah membuktikan kemampuan ini di berbagai bidang dan tahapan.
Salah satu situasi penting ini adalah krisis bahan bakar baru-baru ini di Lebanon. Lebanon menghadapi krisis kekurangan bahan bakar dan masalah ekonomi dan mata pencaharian yang parah selama beberapa bulan, dengan sebagian besar pusat distribusi bahan bakar dan stasiun di Lebanon ditutup. Pasokan listrik ke masyarakat dan sektor vital, terutama rumah sakit dan sistem air dan pembuangan limbah di bawah bayang-bayang wabah Corona, menjadi masalah serius dan memicu protes di berbagai bagian Lebanon. Rakyat Lebanon saat ini menyadari bahwa musuh sejati mereka adalah Amerika Serikat, setelah Israel dan blokade Lebanon dan para penyebar fitnah di Lebanon.
Najat Rochdi, koordinator urusan kemanusiaan PBB di Lebanon memperingatkan bahwa kelangkaan bahan bakar mengancam ribuan keluarga di negara ini.
Reza Mohtashami Pour, pengamat ekonomi internasional terkait urgensitas peran Iran dalam membantu Lebanon melewati krisis ekonomi-politik saat ini mengatakan, kepentingan Iran adalah untuk menciptakan stabilitas di kawasan, sementara kepentingan Amerika adalah mengobarkan krisis di kawasan serta mencegah stabilitas ekonomi di berbagai negara.
Mencegah eskalasi krisis di Lebanon didefinisikan secara politik dan ekonomi dalam teka-teki kepentingan Iran.Sementara itu, ekspor produk minyak bumi ke negara ini adalah kegagalan lain sanksi AS terhadap Iran. Sudah ada pengalaman dalam mengekspor produk minyak Iran ke Suriah dan Venezuela.
Tak lama setelah pengumuman Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hasan Nasrullah terkait pergerakan kapal tanker Iran untuk membantu Lebanon, Amerika Serikat dan Prancis serta Arab Saudi, terpaksa memberi lampu hijau pembentukan pemerintah baru Lebanon setelah melakukan sabotase selama lebih dari 16 bulan.
Menlu Iran setibanya di Beirut seraya mengucapkan selamat atas pembentukan pemerintah baru di negara ini menjelaskan, Tehran tidak segan-segan memberi bantuan kepada Lebanon jika diminta. Amir Abdollahian menyebut pembentukan pemerintah Lebanon sebagai langkah penting untuk melewati krisis dan merealisasikan harapan bangsa ini.
Abdollahian menambahkan, Republik Islam Iran meyakini bahwa perdamaian dan stabilitas di Lebanon hanya dapat diraih melalui jalur demokrasi di bawah naungan persatuan nasional dan jauh dari intervensi asing.
Kegagalan beruntun Rezim Zionis Israel sejak kemenangan Lebanon di perang tahun 2000 dan kemenangan perang 33 hari tahun 2006 serta perang Pedang Quds hingga Tunel Kebebasan, menunjukkan fakta yang tak dapat dipungkiri bahwa rakyat Lebanon bersama muqawama meraih prestasi gemilang dalam melawan terorisme, penjajahan dan sanksi Amerika Serikat.
Selama protes ini, Republik Islam Iran senantiasa akan tetap berada di samping bangsa dan pemerintah Lebanon. Seperti yang dijelaskan menlu Iran setibanya di Beirut; Iran seperti sebelumnya, siap meningkatkan hubungan penuh dengan Lebanon.