Sejauh Mana Partisipasi Warga di Pemilu Parlemen Lebanon Kali Ini

Rate this item
(0 votes)
Sejauh Mana Partisipasi Warga di Pemilu Parlemen Lebanon Kali Ini

 

Pemilu parlemen ke-24 Lebanon digelar Minggu (15 Mei 2022). Sejarah partisipasi politik rakyat Lebanon sekitar satu abad.

Pertama kali rakyat Lebanon menyalurkan suaranya di pemilu parlemen pada tahun 1927 dan mereka saat itu memilih 46 anggota parlemen. Kini  jumlah anggota parlemen Lebanon mencapai 128 orang dan pemilu hari Minggu (15/5/2022) merupakan pemilu parlemen ke-24.

Kursi di parlemen dibagi secara merata antara muslim dan Kristen di negara ini. Di parlemen Lebanon 64 kursi milik Kristen dan di antara kursi tersebut 34 kursi milik Kristen Maronit, 14 kursi diberikan kepada Kristen Ortodoks, 8 kursi milik Kristen Katolik, 5 kursi diberikan kepada Kristen Armenia Ortodoks, satu kursi bagi Kristen Armenia Katolik, satu kursi bagi Kristen Injil (Evangelikalisme) dan satu kursi bagi minoritas Kristen. Sementara 64 kursi parlemen Lebanon lainnya milik Muslim, 27 di antaranya diberikan kepada Syiah, 27 kursi untuk Sunni, 8 kursi untuk Druze dan 2 kursi bagi Allawi.

Berdasarkan data yang dirilis Departemen Dalam Negeri Lebanon, total jumlah warga yang berhak memilih mencapai 3.967 juta orang. 225 ribu warga negara ini mendaftarkan diri di 59 negara dunia untuk menyalurkan suara mereka. Jumlah ini sekitar 5,5 persen dari total pemilih di Lebanon. Di banding dengan pemilu sebelumnya di tahun 2018, jumlah warga Lebanon di luar negeri yang mendaftarkan diri mengalami peningkatan. Menyusul krisis ekonomi di Lebanon, banyak warga negara ini memutuskan untuk hijrah. Di pemilu parlemen Lebanon sebanyak 718 kandidat mendaftarkan diri dalam 103 list, dan pemilih hanya dapat memilih satu list.

Babak pertama pemilu parlemen Lebanon digelar Jumat lalu di 10 negara, Arab saudi, Mesir, Iran, Qatar, Yordania, Oman, Kuwait, Irak, Bahrain dan Suriah. Menurut Mendagri Lebanon, di tahap pertama pemilu parlemen Lebanon, khusus bagi warga yang berdomisili di luar negeri, tingkat partisipasi mencapai 59 persen dan di antara 30.929 orang yang mendaftarkan diri untuk menyalurkan suaranya, 18.225 orang telah menyalurkan suaranya di kotak suara.

Di tahap pertama, pemilu parlemen ini, mayoritas warga Lebanon yang berpartisipasi berada di Suria dengan 84 persen pemilih. Sementara warga Lebanon di Iran tingkat partisipasinya mencapai 74 persen, di Qatar 66 persen, Kuwait dan Yordania 60 persen, Bahrain 66 persen, Arab Saudi 40 persen, Oman 66 persen, dan Baghdad 48 persen. Tahap kedua pemilu parlemen bagi imigran Lebanon digelar hari Ahad lalu di 48 negara dunia dengan partisipasi 194.348 warga di 191 zona pemilih.

Sistem politik di Lebanon adalah parlementer. Parlemen harus menunjuk presiden dan perdana menteri. Presiden untuk satu periode enam tahun dan perdana menteri empat tahun serta dapat diperpanjang oleh parlemen. Ketua parlemen dipilih dari kubu Syiah, presiden dari kubu Kristen, dan perdana menteri dari kubu Sunni. Mengingat posisi parlemen, pemilu parlemen memiliki nilai urgen yang tinggi.

Pemilu parlemen kali ini juga memiliki nilai khusus tersendiri dari sisi persaingan antara arus politik di negara ini. Saad Hariri dan Gerakan al-Mustaqbal yang dipimpinnya, memboikat pemilu kali ini. Hariri yang ditunjuk membentuk kabinet pada tahun 2020, setelah satu tahun gagal dan mengundurkan diri dari pembentukan kabinet karena terlibat friksi dengan Presiden Michel Aoun dan kemudian menyatakan tidak akan berpartisipasi di pemilu.

Dengan demikian, kubu Ahlu Sunnah mencicipi pengalaman baru dan persaingan di antara mereka juga rumit. Persaingan utama di pemilu kali ini antara komunitas Kristen, Gerakan Kebebasan Nasional pimpinan Gibran Bassil dan Pasukan  Lebanon (LF) pimpinan Samir Geagea serta Gerakan al-Marada.

Di antara tokoh politik Kristen Lebanon saat ini, Suleiman Frangieh, cucu mantan presiden Lebanon dan ketua Gerakan al-Marada juga memiliki popularitas di antara warga. Ia yang kehilangan ayah, ibu dan saudari tiga tahunnya di sebuah operasi teroris oleh pasukan Geagea selama perang saudara Lebanon, dan Geagea tercatat sebagai musuh bebuyutannya, sejak saat ini berdiri di samping Gibran Bassil, salah satu kandidat potensial presiden mendatang Lebanon serta memiliki pengaruh kuat di antara etnis Maronit di Lebanon utara. Diprediksikan bahwa di partai-partai Syiah di parlemen, koalisi pro-muqawama (Hizbullah) dan Partai Amal meraih kursi mayoritas Syiah di parlemen.

Alasan lain pentingnya periode pemilihan ini adalah ketidakpuasan yang kuat dari rakyat terhadap elit politik Lebanon. Pemilihan itu dilakukan di tengah situasi politik yang kompleks dan krisis ekonomi dan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Lebanon, yang menderita kekurangan barang-barang pokok dan penurunan 90 persen nilai mata uang. Utang pemerintah Lebanon sebesar 92 miliar dolar adalah salah satu yang tertinggi di dunia. Lebanon sedang mengalami krisis perbankan besar, dan bahkan mereka yang memiliki simpanan bank tidak dapat lagi menarik uang mereka dari bank.

Di sisi lain, krisis bahan bakar, meningkat ke titik di mana beberapa sumber berita melaporkan pemadaman listrik total di Lebanon selatan tahun lalu. Krisis di kota-kota seperti Tripoli sedemikian rupa sehingga orang lebih memilih untuk melarikan diri dari kota-kota ini dari pada tetap tinggal, aksi pelarian yang dalam banyak kasus telah menyebabkan kematian. Situasi ini telah menyebabkan ketidakpuasan yang meluas di antara orang-orang Lebanon, dan ini adalah masalah yang akan mempengaruhi pemilihan hari Minggu ini.

Alasan lain dari urgensi pemilu parlemen Lebanon saat ini adalah pembentukan pemerintah permanen dan pemilihan presiden. Di sistem poiltik Lebanon, parlemen memilih presiden untuk periode enam tahun, dan pemilihan presiden untuk periode kedua secara berturut-turut dilarang. Presiden Lebanon saat ini, Michel Aun telah menjabat sejak 31 Oktober 2016 dan masa jabatannya akan berakhir 31 Oktober 2022.

Warga tengah menyalurkan suaranya di kotak suara pemilu parlemen Lebanon
30 hingga 60 hari sebelum masa jabatan presiden Lebanon berakhir, ketua parlemen negara ini akan menggelar sidang khusus untuk memilih presiden baru; Sidang pemungutan suara secara rahasia untuk memilih presiden, dan kandidat yang meraih dua pertiga suara parlemen akan menjadi presiden negara ini. Jika tidak ada kandidat yang mampu meraih dua pertiga suara anggota parlemen, maka akan digelar pemungutan suara putaran kedua dand di putaran ini setiap kandidat yang mampu meraih suara mayoritas akan duduk sebagai presiden. Dengan demikian, komposisi parlemen mendatang sangat penting. Sekaitan dengan ini, Lebanon sejak akhir tahun 2019 sampai saat ini dikelola oleh pemerintahan sementara, dan setelah pemilu parlemen diselenggarakan, maka harus dibentuk pemerintah permanen di negara ini, di mana masalah ini kian meningkatkan urgensitas pemilu parlemen di Beirut.

Poin terakhir terkait pemilu parlemen Lebanon yang digelar 15 Mei 2022 adalah peran pemain asing. Pemilu parlemen khususnya karena peran Hizbullah di struktur internal dan regional, memiliki nilai urgen tersendiri. Pemilu parlemen Lebanon bagi Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Republik Islam Iran dan Amerika Serikat sangat penting.

Arab Saudi dan UEA serta Amerika memberi tekanan berat kepada Lebanon, dan berusaha mencegah menguatnya posisi Lebanon di negara ini. Dengan demikian, muqawama Lebanon berulang kali menekankan urgensitas pemilu ini dan menyamakannya dengan perang politik. Hizbullah juga berulang kali memperingatkan bahwa Kedutaan Besar AS dan Arab Saudi di Beirut melalukan intervensi besar-besaran di pemilu parlemen negara ini.

Read 528 times