Di tengah meningkatnya ketegangan Rusia dan Rezim Zionis terkait sikap dan langkah Tel Aviv atas perang Ukraina, dan penutupan lembaga Yahudi, Jewish Agency di Rusia, Rezim Zionis justru menambah bantuannya untuk Ukraina.
Duta Besar Rezim Zionis untuk Ukraina, Michael Brodsky belum lama ini mengabarkan pengiriman bantuan makanan untuk Ukraina, setelah Perdana Menteri rezim itu mengaku akan membalas langkah Rusia, menutup Jewish Agency.
Sebelumnya Kementerian Perang Rezim Zionis pada 14 Juli 2022, mengirim paket bantuan yang terdiri dari helm, rompi keselamatan, dan masker kimia ke Ukraina.
Pada bulan Mei 2022, bersamaan dengan proses bertahap peningkatan ketegangan Rusia dan Israel, pemerintah Tel Aviv juga mengirim bantuan-bantuan semacam ini ke Kiev.
Rusia baru-baru ini menutup salah satu lembaga Yahudi bernama Jewish Agency di negara itu, dan memperingatkan lembaga-lembaga serupa untuk tidak melanggar hukum dan terus melakukan campur tangan.
Kementerian Kehakiman Rusia tiga minggu lalu mengumumkan penutupan lembaga Yahudi, Jewish Agency yang beraktivitas di negara itu. Jewish Agency didirikan pada tahun 1929 sebagai bagian dari Organisasi Zionis Internasional, dan membantu penyebaran imigran Zionis ke Wilayah pendudukan.
PM Rezim Zionis Yair Lapid menegaskan bahwa penutupan Jewish Agency, di Moskow, akan mempengaruhi hubungan bilateral dengan Rusia.
Kementerian Kehakiman Rusia juga mengirim surat peringatan ke beberapa lembaga Yahudi lain di negara itu, karena mereka terdeteksi bekerja sebagai agen asing.
Sepertinya dengan memperhatikan aksi intelijen Israel di seluruh penjuru dunia, dan dukungan rezim ini pada Ukraina, Rusia berkesimpulan bahwa aktivitas-aktivitas Jewish Agency dan lembaga-lembaga afiliasi Zionis lainnya, mengancam keamanannya.
Resimen Azov, Ukraina
Jewish Agency dituduh melakukan mata-mata terhadap warga Rusia, memprovokasi mereka untuk melakukan migrasi ke Wilayah pendudukan, dan kantor agen ini menjadi pusat pelarian modal manusia dari Rusia.
Meski PM Israel sudah mengirim delegasi ke Rusia, untuk mempertahankan aktivitas Jewish Agency di negara itu, namun sepertinya kemungkinannya kecil lembaga Yahudi itu bisa beraktivitas kembali.
"Jika tidak punya bukti yang menunjukan bahwa Jewish Agency telah mencampuri urusan internalnya, dan upaya lembaga Yahudi itu mendorong migrasi semakin besar sumber daya manusia unggul dan ilmuwan Rusia ke luar negeri, maka tidak mungkin Moskow mengambil keputusan ini," kata Samir Ayub, pengamat masalah Rusia.
Meski di awal perang Ukraina, Israel berusaha netral, namun seiring berlalunya waktu, rezim itu menunjukan dukungan terbukanya atas Ukraina dalam perang melawan Rusia, dengan mengirim berbagai bantuan ke Kiev, mulai dari bantuan medis hingga militer, bahkan mengirim petempur.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova memprotes kehadiran langsung para Zionis dalam perang Ukraina, dan mengatakan, para tentara bayaran Israel, berperang bersama Resimen Azov di Ukraina.
Selain itu tim perwira militer Rezim Zionis, terbukti memberikan pelatihan tempur kepada pasukan asing yang berperang untuk Ukraina, melawan pasukan Rusia.
Keputusan Rusia menutup lembaga Yahudi, Jewish Agency, merupakan pukulan telak terhadap Rezim Zionis, terutama karena lembaga ini memainkan peran kunci dalam mendorong migrasi warga Rusia ke wilayah pendudukan.