Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei dalam pertemuan dengan anggota Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan Iran hari Selasa (6/12/2022) menyatakan bahwa Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan Iran secara rinci harus memberikan solusi bijak mengenai kelemahan budaya di berbagai bidang, dan menekankan rekonstruksi revolusioner struktur budaya nasional.
Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan Iran dibentuk pada tahun 1363 HS atau (1984) dengan keputusan pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomeini ra. Perlunya pembentukan dewan ini karena pengaruh budaya barat dalam berbagai pilar kehidupan Iran sebelum revolusi dan pada masa pemerintahan Syah. Imam Khomeini ra di bagian keputusannya tentang perlunya membentuk dewan ini menunjukkan, Keluar dari budaya Barat yang buruk di mana pengaruh dan penggantian budaya Islam, nasional dan revolusi budaya di semua bidang di tingkat negara membutuhkan begitu banyak usaha dan upaya sehingga seseorang harus bekerja keras dan berjuang melawan pengaruh Barat yang mengakar untuk realisasinya.
Budaya membentuk identitas suatu bangsa. Nilai-nilai budaya menunjukkan semangat dan arti sebenarnya dari suatu bangsa. Semua aspek kehidupan manusia, mulai dari masyarakat dan ekonomi hingga politik dan sistem pertahanan suatu negara, dipengaruhi oleh nilai-nilai budayanya. Untuk alasan ini, seseorang seharusnya tidak mengharapkan budaya negara, budaya publik, budaya elit, budaya universitas, dan lain-lain dengan sendirinya akan terbentuk di jalan yang benar. Elemen penting ini membutuhkan perencanaan. Peran utama Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan adalah membimbing budaya. Tujuan pembentukan dewan ini adalah untuk mencoba menerapkan budaya Islam dan nasional di masyarakat, terutama pusat-pusat pendidikan dan universitas.
Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengadakan pertemuan dengan para anggotanya dalam rangka peringatan berdirinya dewan ini. Di awal pidatonya, merujuk pada kehadiran orang-orang terkemuka dan elit serta para ahli di dewan ini, Rahbar menyebut pedoman budaya negara sebagai tugas dan peran utama dewan ini, dan menunjuk pada perlunya rekonstruksi revolusioner struktur budaya negara, Ayatullah Khamenei mengatakan, "Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan harus mencermati dan mengetahui secara akurat akan kelemahan dan proposisi budaya yang di berbagai bidang, kemudian memberikan solusi yang bijaksana untuk penyebaran proposisi yang benar dan progresif."
Pemimpin Revolusi melanjutkan dengan menekankan bahwa pembinaan kebudayaan lembaga-lembaga resmi berbeda dengan pembinaan kebudayaan organisasi-organisasi kerakyatan dan mengatakan, “Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan dapat dengan benar membimbing ribuan organisasi rakyat yang aktif dalam berbagai aksi dan karya budaya yang luas, meletakkan dasar bagi pembentukan gerakan publik dalam kategori Ini harus sama pentingnya dengan menyebarkan budaya qanaah dan tidak boros."
Dalam sudut pandang Pemimpin Besar Revolusi Islam, membentuk berbagai gerakan publik semacam itu untuk menciptakan budaya atau mengoreksi budaya yang salah adalah bagian dari rekayasa budaya, yang merupakan salah satu syarat untuk mereformasi struktur budaya.
Pertemuan anggota Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan dengan Rahbar
Pemimpin Besar Revolusi Islam menilai rekonstruksi revolusioner dari struktur budaya negara diperlukan dan dalam definisinya, Rahbar menyatakan, "Makna struktur adalah struktur budaya masyarakat, mentalitas dan budaya yang mengaturnya, dan singkatnya, perangkat lunak yang menjadi dasar masyarakat bertindak dalam kehidupan individu dan kolektif mereka. Alasan bahwa struktur itu harus direkonstruksi secara revolusioner adalah karena Revolusi Islam itu ajaib melalui kepemimpinan Imam ra dan gerakan rakyat, dan dengan semangat agresifnya, ia mengubah fondasi politik, budaya, dan sosial dan proposisi salah yang menguasai pikiran orang-orang."
Di antara proposisi salah yang mengatur masyarakat Iran sebelum kemenangan Revolusi Islam adalah "kita tidak bisa". Kebijakan pemerintah Pahlavi, seperti kebanyakan sistem yang berafiliasi dengan Barat, sejalan dengan kebijakan arogansi global, yang menimbulkan semangat ketidakberdayaan pada rakyat dan masyarakat. Sedemikian rupa sehingga mereka berpikir mereka membutuhkan Barat untuk menjalankan negara. Menurut Ayatullah Khamenei, Revolusi Islam secara bertahap mengubah mentalitas ini dengan gerakan kreatif dan konstruktifnya.
Dalam konteks ini, Rahbar mengatakan, "Revolusi dengan konstruksi dan gerakan kreatif secara bertahap mengubah mentalitas ini (kami tidak bisa), akibatnya pekerjaan besar seperti pembangunan bendungan, pembangkit listrik, jalan raya, peralatan industri minyak dan gas dan banyak infrastruktur yang tersedia dibangun oleh para spesialis domestik muda." Pemimpin Besar Revolusi Islam menganggap budaya "tergila-gila dengan Barat" sebagai pernyataan budaya palsu lainnya yang mengatur masyarakat, dan Revolusi Islam mengubah pernyataan palsu ini dan mengubahnya menjadi budaya "kritikan terhadap Barat".
Mengenai pengaruh budaya Revolusi Islam Iran terhadap kehidupan pribadi masyarakat dan transformasi budaya yang terjadi setelah revolusi, dapat disebutkan berbagai contoh, seperti perubahan budaya "kesombongan dan ketenaran" menjadi budaya "pengorbanan dan pengorbanan diri", atau perubahan "budaya ketertarikan dan kegilaan dengan Barat" menjadi "Kita dapat berbudaya dan terikat pada Iran tercinta" dan...
Ayatullah Khamenei mengatakan tentang pentingnya pemantauan yang serius terhadap perkembangan budaya yang telah tercipta pasca kemenangan Revolusi Islam, “Meskipun banyak perubahan fondasi yang salah, berbagai faktor dari waktu ke waktu melemahkan semangat agresif revolusi, yang harus dipantau dan ditanggapi dengan serius agar pondasi yang salah itu tidak terjadi lagi. Dengan bantuan landasan intelektual revolusi dan pemuda aktif, budaya dan semangat revolusioner itu dapat diperbarui sekali lagi dan menciptakan gerakan budaya yang besar... Dewan harus berpikir, bekerja dan berencana untuk mewujudkan masalah ini."
Ayatullah Khamenei bertemu dengan anggota Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan
Salah satu hal penting dari rekonstruksi revolusioner struktur budaya negara adalah pemantauan terus-menerus terhadap perubahan budaya, yang biasanya tersembunyi, dan penanganannya yang tepat waktu adalah suatu keharusan. Ayatullah Khamenei dalam pertemuan dengan anggota Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan, memperingatkan, "Jika kita menderita kelemahan dan keterbelakangan dalam terus memahami perubahan ini dan mencegah efek negatifnya, masyarakat pasti akan rusak, di mana gejolak budaya atau kontrol atas urusan budaya negara jatuh ke tangan orang lain adalah yang paling penting dari kerusakan ini."
Memperbaiki struktur budaya membutuhkan rekayasa budaya. Menurut Pemimpin Revolusi, salah satu syarat dasar rekayasa ini adalah: “Kewaspadaan yang terus menerus, mengenali secara akurat atas kelemahan budaya di berbagai bidang seperti masyarakat, politik, keluarga, gaya hidup dan bidang lainnya, serta upaya mencapai solusi ilmiah bagi menghilangkan kelemahan dan mempromosikan proposisi budaya yang benar." Menurut Ayatullah Khamenei, rekayasa budaya akan memperjelas tugas berbagai lembaga, antara lain pendidikan, penyiaran, perguruan tinggi, pusat-pusat yang terkait dengan pemuda, dan juga organisasi kerakyatan, yang menurutnya, jika lembaga tersebut melalaikan tugas pentingnya, masyarakat akan sangat menderita.
Pertemuan anggota Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan dengan Rahbar
Bagian lain dari pidato Pemimpin Besar Revolusi Islam, Ayatullah Khamenei, dalam pertemuan dengan anggota Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan adalah untuk memperhatikan perlunya kemajuan ilmiah negara. Kemajuan ilmiah merupakan kebutuhan bagi setiap negara. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan bagi Iran yang revolusioner. Jika kita tidak maju secara ilmiah, ancaman musuh peradaban, budaya, dan politik Iran akan menjadi ancaman permanen. Menurut Rahbar, ancaman ini akan berhenti atau bahayanya akan berkurang ketika Iran maju secara ilmiah.
Berkali-kali dalam pidato-pidatonya, Rahbar menyebut sebagian dari hadis mulia dengan pengertian sepert ini, "Ilmu adalah Sultan" atau "Ilmu adalah Kekuasaan". Sultan artinya kekuatan dan ilmu mengandung kekuatan.
Dari sudut pandang ini, penting untuk memperhatikan para elit. Dalam pertemuannya dengan anggota Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan, Pemimpin Besar Revolusi Islam sekali lagi menyebut penting kebangkitan kembali akan kemajuan ilmiah sebagai kebutuhan yang mendesak, dan mengacu pada hasil gemilang dari mempopulerkan wacana melintasi batas-batas pengetahuan dalam dua dekade sebelumnya, Rahbar menyatakan, "Lompatan ilmiah dan lompatan teknologi hari ini, termasuk hasil yang diberkati dari gerakan besar yang harus dilanjutkan ... Universitas, pusat ilmiah dan penelitian serta lembaga terkait harus menempatkan kemajuan dan lompatan di puncak karya mereka sehingga negara kita tidak tertinggal dari kafilah ilmu.