Amerika Serikat pada 3 Januari 2020 melakukan sebuah kejahatan besar dengan meneror Mayjen. Qasem Soleimani, komandan Pasukan Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).
Syahid Soleimani yang tengah berkunjung ke Irak atas undangan resmi pemerintah Baghad, bersama Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan Hashd al-Shaabi serta delapan orang lainnya gugur syahid dalam sebuahs erangan udara militer Amerika Serikat di dekat Bandara Udara Irak.
Menurut keterangan Departemen Pertahanan AS (Pentagon), instruksi serangan teroris ini langsung dari Presiden AS saat itu, Donald Trump.
Syahid Soleimani adalah tokoh terkemuka dalam perang melawan kelompok teroris dan Takfiri di kawasan Asia Barat termasuk Daesh (ISIS).
Musuh bangsa Iran menunjukkan bahwa mereka tidak segan-sagan melakukan berbagai kejahatan untuk mencapai tujuannya mulai dari meneror Syahid Soleimani yang memainkan peran penting dalam menghancurkan Daesh dan perang melawan kelompok teroris dukungan Amerika, Israel dan Arab Saudi, hingga meneror ilmuwan Iran di berbagai bidang sains dan pertahanan. Ketika Amerika menyaksikan kegagalan kebijakan represi maksimum dan tidak adanya pengaruh atas perlawanan bangsa Iran terhadap kebijakan arogannya, maka mereka mulai beralih ke pendekatan represi keamanan.
Teror terhadap Syahid Soleimani telah menguak esensi sejati Amerika Serikat. Syahid Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis berserta rekan seperjuangannya telah memainkan peran besar dalam melawan musuh dan terorisme serta menghancurkan Daesh dan menjinakkan peran disintegrasi Amerika dan Israel di kawasan.
Tujuan Amerika Serikat adalah melemahkan negara-negara kawasan dan merampok sumber serta kekayaan mereka dan menjamin berlanjutnya kehidupan rezim ilegal Israel.
Naser Qandil, pengamat senior Lebanon dan redaktur Koran al-Bana terkait peran unggul dan abadi Syahid Soleimani mengatakan, "Ketika kita berbicara mengenai peran penting, strategis dan efektif Syahid Soleimani di Lebanon, Suriah, Palestina dan lainnya, serta ketika kita merunut perannya dalam mendukung muqawama di perang Israel dan Jalur Gaza serta perang terhadap muqawama di Lebanon, kita hanya mendapatkan satu kesimpulan bahwa Syahid Soleimani adalah pahlawan dalam mengalahkan Daesh."
Joe Lombardo, anggota The United National Antiwar Coalition (UNAC) juga mengisyaratkan poin ini bahwa kekalahan Daesh pastinya sebuah transformasi positif di kawasan, dan sama halnya dengan kegagalan imperialisme Amerika. Seraya menyebut slogan perang anti-terorisme oleh Amerika sekedar propaganda, ia mengatakan, "Amerika mengklaim tengah berperang melawan terorisme di Suriah, tapi berbagai laporan yang ada menunjukkan setiap kali anasir teroris Daesh melarikan diri dari kawasan, senjata Amerika ditemukan di sana. Ini bukan sebuah kebetulan, mayoritas senjata Amerika diberikan kepada Daesh oleh sekutu Washington di kawasan seperti Arab Saudi."
Lombardo menjelaskan, kita jangan lupa akan kebijakan perusahaan senjata Amerika untuk memperluas krisis dan menjual senjata. Mereka mendapat keuntungan besar dari berlanjutnya krisis ini dan perang. Tak diragukan lagi bahwa pengobaran krisis adalah untuk memajukan tujuan geopolitik Amerika di kawasan.
Aktivis perdamaian Amerika ini terkait pernyataan Syahid Soleimani bahwa pemerintah terdahulu dan saat ini Amerika memiliki andil dalam pembentukan dan kejahatan Daesh mengingatkan bahwa selama beberapa dekade lalu, Amerika Serikat mendukung berbagai kelompok teroris. Pertama dengan mendukung Osama bin Laden di Afghanistan dan kemudian membentuk berbagai kelompok teroris untuk mengobarkan krisis di kawasan dan memajukan tujuan geopolitik Amerika.
Amerika Serikat terlibat di seluruh kejahatan Arab Saudi di Yaman dan blokade rakyat negara Arab miskin tersebut, sementara pemerintah Riyadh bertanggung jawab atas maraknya terorisme di berbagai wilayah dunia, tapi sangat disayangkan media Amerika terkait hal ini dan juga soal perang di Yaman beserta kejahatan Arab Saudi, memilih bungkam. Seiring dengan teror Syahid Soleimani, bangsa-bangsa di kawasan telah kehilangan seorang pejuang sejati di jalan perdamaian. Syahid Soleimani dengan perjuangannya yang tak kenal lelah membebaskan kawasan dari Daesh dan memulihkan stabilitas di Asia Barat telah memainkan peran signifikan dan tak ada bandingannya.
Syahid Soleimani dalam membela Suriah dari kelompok teroris global yang didukung oleh Amerika dan Arab Saudi, berada di posisi terdepan. Ia juga banyak membantu dalam membela kompleks makam cucu Rasulullah Saw, Sayidah Zainab di Damaskus. Tahun-tahun terakhir Syahid Soleimani dihabiskan di medan pertempuran dengan terois Daesh yang telah merampas banyak wilayah Irak dan membantai banyak warga Irak. Soleimani salah satu arsitek utama pembebasan wilayah utara Irak termasuk wilayah Kurdi.
Syahid Soleimani merobek perjanjian Sykes–Picot dan dengan mengubah peta kawasan, ia berusaha menyatukan kekuatan muqawama dari Lebanon hingga Palestina, dari Suriah hingga Irak. Syahid Soleimani dan rekan seperjuangannya berhasil mengalahkan terorisme yang dirancang dan didukung Amerika, dan membuat musuh putus asa serta mendorong mereka untuk meneror pejuang ini secara pengecut dan teror ini menguak esensi mereka.
Tamir Hayman, mantan kepala intelijen militer Israel baru-baru ini mengonfirmasi peran Tel Aviv di operasi teror ini dan mengatakan, Israel terlibat di aksi ini.
Ia menyebut teror Syahid Soleimani sebagai salah satu dari dua teror penting dan signifikan di masa jabatannya tersebut. Ia mengatakan bahwa teror terpenting lain adalah Baha Abu al-Ata, salah satu pemimpin Gerakan Jihad Islam Palestina.
Aksi teroris ini menuai banyak respon dari berbagai elit politik dan pengamat internasional. Berbagai media internasional juga menulis berita mengenai komandan pasukan Quds IRGC tersebut dan dampak teror terhadap dirinya.