Akankah Israel Runtuh dari Dalam ?

Rate this item
(0 votes)
Akankah Israel Runtuh dari Dalam ?

 

Menyusul krisis internal di Rezim Zionis Israel, dan timbulnya friksi intens menyusul rencana reformasi sistem peradilan, Presiden rezim ini, Isaac Herzog kembali memperingatkan keruntuhan rezim ilegal ini.

Presiden Iran seraya menjelaskan sangat khawatir atas apa yang tengah terjadi di bumi Palestina pendudukan. Ia mengatakan, " Di tahun-tahun antara peringatan 75 tahun kemerdekaan Israel dan peringatan 80 tahun, kita menghadapi ujian penting dan menentukan. Saya menyaksikan perpecahan yang saat ini semakin mendalam dan menyakitkan, Saya benar-benar tidak bisa berhenti memikirkan hal ini. Faktanya adalah bahwa sebuah negara Yahudi dibentuk di Israel dua kali dalam sejarah dan runtuh dua kali sebelum mencapai tahun kedelapan puluh."

Peringatan ini tidak terbatas digulirkan oleh Herzog, dan sebelumnya pejabat lain Israel berulang kali memperingatkan keruntuhan rezim ini dari dalam mengingat dalamnya friksi internal.

Pada bulan Mei 2021, yakni ketika perang 12 hari Israel dan kelompok muqawama Palestina meletus, Ari Shavit menerbitkan buku berjudul Rumah Ketiga; dari Rakyat ke Suku. Buku ini menganalisa kekalahan Israel lebih dari 70 tahun lalu. Ia dibukunya ini mengkaji ancaman terpenting yang dihadapi Israel yakni konflik dan friksi internal serta bagaimana mempersatukan warga Zionis sebagai peluang terakhir bagi kaum Yahudi.

Dalam seruan 27 halaman kepada komunitas Zionis pada Juni 2022, Naftali Bennett, mantan perdana menteri rezim Zionis, mengumumkan, "Israel sekarang menghadapi ujian nyata dan tahap sejarah yang harus dilanjutkan, di mana kita harus maju ke depan atau kembali ke periode kekacauan, karena hari ini, Israel sedang menyaksikan situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan di ambang kehancuran. Sekarang kita menghadapi tahap yang menentukan. Israel telah terpecah dua kali, periode pertama perpecahannya disebabkan oleh konflik internal pada tahun tujuh puluhan dan yang kedua kali pada tahun 80-an di usia Israel, dan kita hidup di era ketiga."

Ehud Barak, mantan perdana menteri rezim Zionis, juga mengakui ketakutannya akan kehancuran Israel sebelum peringatan 80 tahun pendiriannya dalam sebuah artikel dan mengatakan, "Yahudi tidak memerintah selama lebih dari 80 tahun. Pemerintah Israel saat ini akan memasuki dekade kedelapan hidupnya, dan ada ketakutan bahwa kutukan dekade kedelapan akan menyusul pemerintahan Israel saat ini." Dalam artikel ini, ia menyebutkan sejumlah pemerintahan lain di dunia yang terkena kutukan dekade delapan, termasuk Amerika Serikat, yang memasuki perang saudara di dekade kedelapan dari umurnya, atau Italia, yang menjadi negara fasis pada periode yang sama. Dan Jerman menjadi negara Nazi, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan dan disintegrasi negara tersebut.

Tamir Pardo, mantan kepala Mossad, adalah pejabat Zionis lainnya yang baru-baru ini menggambarkan Israel sebagai masyarakat yang merusak diri sendiri selama pidatonya di Universitas Tel Aviv dan berkata,"Meskipun ada banyak pembicaraan tentang ancaman besar yang dihadapi Israel, ancaman terbesar bagi Israel adalah Israel sendiri, dan mekanisme penghancuran diri dalam masyarakat Israel telah selesai dalam beberapa tahun terakhir, dan Israel adalah masyarakat yang merusak diri sendiri, faktanya masyarakat Israel terpecah-pecah dan perpecahan terus berlanjut, dan orang Israel telah kehilangan kepercayaan diri."

Meskipun Netanyahu sekarang melawan para pengunjuk rasa dan kritikus yang menentang keruntuhan dari dalam, dia sendiri membuat pernyataan serupa pada tahun 2017 dan mengatakan bahwa dia sedang mencoba membawa Israel ke peringatan 100 tahun, tetapi masalah ini tidak jelas; Karena tidak ada "negara" Yahudi yang pernah hidup lebih dari 80 tahun.

Kasus-kasus ini dengan jelas menunjukkan bahwa meskipun perselisihan tentang apa yang disebut reformasi atau kudeta peradilan telah membuat Israel menghadapi perselisihan internal yang belum pernah terjadi sebelumnya, kenyataannya adalah perselisihan internal tidak terbatas pada masalah ini dan tantangan serta perpecahan internal sangat dalam dan luas.

Pemerintah Netanyahu mengklaim bahwa reformasi yang akan dilakukan akan mengurangi jumlah campur tangan Mahkamah Agung dalam politik; Tetapi para kritikus mengatakan bahwa Netanyahu, yang diadili atas tuduhan korupsi, sedang mencoba untuk merusak keseimbangan demokrasi di Israel dengan perubahan peradilan dan menyebarkan korupsi.

Ini akan mengisolasi diplomasi. Oposisi percaya bahwa tujuan utama dari reformasi yang diusulkan oleh koalisi yang berkuasa adalah untuk "membebaskan Netanyahu dari tuduhan korupsi dalam tiga kasus yang terbuka terhadapnya" dan, sebagai tambahan, membuka pintu bagi sekutunya Deri untuk kembali mencalonkan diri di kabinet meskipun dia divonis terkait penipuan pajak dan pencurian.

Dalam situasi seperti itu, tidak ada jalan tengah di mana dapat dibayangkan bahwa lawan dan pendukung dapat mencapai kompromi, yang menunjukkan intensifikasi konflik internal dan penguatan opsi keruntuhan dari dalam, di mana Presiden Israel Isaac Herzog, telah berulang kali memperingatkan tentang hal ini. 

Read 413 times