Natal dan Hadiah Berdarah

Rate this item
(0 votes)
Natal dan Hadiah Berdarah

 

Tahun ini, tahun baru dimulai secara berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Di hari Natal atau kelahiran Isa al-Masih, Betlehem, tempat kelahiran al-Masih dalam kondisi gelap gulita dan sunyi senyap.

Kondisi ini dikarenakan bayang-bayang penyerangan rezim Zionis ke Gaza terasa berat di Tepi Barat Sungai Jordan dan Geraja “Al-Mahd” atau “Gereja Kelahiran”, tempat lahirnya Isa al-Masih. Gereja-gereja mengumumkan beberapa minggu yang lalu bahwa mereka berduka atas kematian warga Gaza, dan tahun ini tidak ada berita tentang dekorasi pohon pinus besar di alun-alun kawasan ini, dan lilin tidak akan dinyalakan untuk Natal. Karena pembantaian sedang terjadi beberapa kilometer jauhnya dari mereka.

Umat ​​​​Kristen yang tinggal di Tepi Barat, berlawanan dengan tradisi tahun-tahun sebelumnya, tahun ini menempatkan ikon dan patung suci mereka di antara puing-puing dan kawat berduri untuk mengekspresikan solidaritas terhadap masyarakat Gaza.

Umi Shadi, seorang wanita Kristen Palestina, duduk sendirian di rumahnya di Betlehem. Tak ada bekas dekorasi Natal yang terlihat di sudut-sudut rumahnya. Alih-alih gembira dengan datangnya Natal, ia malah membolak-balik foto kerabatnya di Jalur Gaza yang menjadi syahid dalam agresi brutal Israel.

Umi Shadi berkata: “Natal saat rakyat kami terbunuh di Gaza tidak ada artinya karena kami berduka dan bersedih. Tidak ada seorang pun yang ingin merayakan Natal dalam situasi seperti ini, sementara anak-anak di Gaza kelaparan dan ketakutan.”

Umi Shadi melewati hari lahir Isa al-Masih dengan rasa cemas dan khawatir, sambil berduka atas kesyahidan sejumlah kerabatnya oleh pasukan pendudukan di Gaza, dan sebagai tanda solidaritas dengan masyarakat Gaza, yang beragama Islam dan Kristen yang diserang dan dibantai oleh tentara rezim pendudukan, dia tidak merayakan Natal.

Banyak orang terjebak di sebuah gereja Katolik di kota Gaza, dan pasukan rezim Zionis sibuk menghancurkan rumah-rumah di dekat gereja tersebut dan membunuh orang. Perempuan dan anak-anak dibiarkan tanpa air dan makanan dan tidak jauh dari kematian. Anak-anak melihat ke jendela dan pipa pemanas. Namun tidak ada yang bisa dirasakan dari pipa-pipa itu kecuali bau asap dan mesiu....

Selama dua bulan terakhir, ribuan ton bahan peledak dan ribuan bom serta rudal telah dijatuhkan ke masyarakat Gaza oleh rezim Zionis. Selama periode ini, serangan Zionis terhadap anak-anak, perempuan, dan laki-laki sipil Palestina begitu hebat sehingga banyak umat Kristiani yang tinggal di negeri ini bahkan tidak menyadari datangnya tahun baru. Pada Tahun Baru Masehi, jika kereta Natal membawa hadiah bagi masyarakat negara-negara Kristen di dunia, maka kereta ini untuk Gaza, membawa anak-anak, perempuan dan laki-laki yang bergelimang dalam darah rakyat Palestina yang tertindas.

Ketidakpedulian pemerintah Barat terhadap isu Gaza terjadi di tengah perayaan Natal, padahal setiap tahun pada hari-hari tersebut, Betlehem, tempat kelahiran Isa al-Masih, di Tepi Barat menjadi saksi kehadiran umat Kristiani dari seluruh dunia. Namun saat ini dunia sedang menyaksikan pembantaian besar-besaran dan genosida terhadap rakyat Gaza yang dilakukan oleh rezim Zionis yang didukung oleh pemerintah Barat. Pengumuman dukungan politik dan militer negarawan Barat kepada rezim Zionis telah menghalangi persetujuan resolusi gencatan senjata Gaza di Dewan Keamanan. Akibat dari kejahatan dan genosida ini adalah kematian lebih dari 20 ribu anak-anak dan laki-laki dan perempuan yang tertindas, lebih dari 50 ribu orang terluka dan hancurnya lebih dari separuh bangunan di Gaza.

​Seolah-olah perkataan al-Masih tidak lagi terdengar. Beliau biasa berkata kepada para pengikutnya: "...di dunia ini, para penguasa berkuasa atas rakyat dan para pemimpin memberikan perintah kepada bawahannya, tetapi kamu tidak boleh seperti itu."

Utusan ilahi tersebut membawa pesan untuk mencintai sesama kepada umat manusia, dan pada langkah berikutnya, beliau melakukan upaya untuk menegakkan keadilan dan meniadakan ketidakadilan. Beliau selalu menggambarkan alasan-alasannya yang jelas di tengah teman-temannya dan terkadang di puncak gunung dan mengajak orang-orang untuk mencintai dan bersahabat serta menjauhi kekejaman dan penindasan dalam hidup. Dalam Al-Qur'an, Surah Maryam, ayat 31 dan 32, Nabi Isa as memperkenalkan dirinya sebagai makhluk yang diberkati, dimanapun dia berada, baik hati dan berterima kasih kepada ibunya, dan tidak menindas atau kejam.

Dalam ajaran al-Masih disebutkan, “Sesungguhnya Aku beritahukan kepadamu, jika suatu ruangan terbakar, maka api itu akan menjalar terus menerus dari satu ruangan ke ruangan yang lain hingga banyak ruangan yang terbakar, kecuali mereka menemukan ruangan yang pertama dan mengeluarkannya dari akarnya, jika demikian, tidak akan ada tempat tersisa untuk api. Begitulah wabah penindas pertama, jika ia dihentikan, tidak ada lagi pemimpin penindas yang akan ditemukan setelahnya; karena orang lain harus mengikuti teladannya; Ibarat api yang tidak menemukan kayu dan papan pada rumah pertama, maka tidak akan membakar apa pun.

Nora, seorang wanita Kristen Palestina, mengatakan: Kristus datang dan dengan kedatangannya, Dia menawarkan kepada umat manusia sekantong persahabatan dan keintiman, dan mengulurkan tangan hangatnya kepada semua orang miskin dan selam hidupnya, ia tidak segan-segan melawan keburukan dan mengajak ke arah kebaikan. Tapi sekarang tidak ada penyeru kebaikan dan kejahatan serta keburukan telah mencapai puncaknya.

Apa yang terjadi di Gaza saat ini adalah akibat dari kekejaman dan kejahatan rezim ilegal Israel selama 75 tahun. Saat ini, rakyat Gaza yang tertindas juga mengalami penindasan yang sama, di mana jika sejak awal perjuangan rakyat Palestina untuk mendapatkan hak-hak mereka tidak tersesat atau tertahan karena pengkhianatan para pemimpin Arab yang berafiliasi dengan pemerintah Barat, maka hal ini tidak akan berkobar seperti ini, dan keluarga tidak akan kehilangan orang yang mereka cintai, dan mereka tidak akan menjadi pengungsi serta tidak menjadi tunawisma.

Sekitar 2 juta penduduk Gaza adalah Muslim, dan lebih dari 10.000 umat Kristen Ortodoks juga tinggal di Jalur Gaza, yang merayakan kelahiran Isa al-Masih as pada tanggal 7 Januari. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa wanita Muslim mempersembahkan boneka Sinterklas (Santa Claus) buatan tangan mereka pada perayaan ini. Menurut "Laia Taye", perancang produk tersebut: "Nabi Muhammad (saw) telah mendorong kami untuk menghormati semua agama dan kami ingin bersama umat Kristiani pada hari kelahiran al-Masih as."

Saat ini, Gaza adalah ajang kebenaran dan kebatilan. Ini adalah medan konfrontasi antara arogansi dan iman. Kekuatan iman versus kekuatan arogansi. Kekuatan arogansi datang melalui tekanan militer, pengeboman dan kejahatan, dan kekuatan iman, yang tampaknya tidak memiliki fasilitas tersebut, berdiri dengan perbekalan dan fasilitas yang sangat sedikit namun dengan iman dan tekad yang kuat. Saat ini, masyarakat manusia menyaksikan sebuah gambaran aneh tentang keimanan dan ketabahan dari orang-orang yang, ketika rumah mereka dihancurkan dan orang-orang yang mereka cintai meninggal akibat pemboman dan pembunuhan brutal rezim Zionis, mereka dengan kuat, solid dan tenang, baik tua maupun muda melantunkan zikir  حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَکِیلُ "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung".

Saat ini, hati nurani umat manusia dan kemanusiaan orang-orang yang bebas dan sadar di dunia telah dirugikan oleh semua kekejaman, kepengecutan, dan kedengkian ini. Menurut Ayatullah Khamenei, pemimpin Revolusi Islam: “Rakyat Gaza, dengan kesabaran...perlawanan...dengan tidak menyerah, berhasil merobek topeng hak asasi manusia yang palsu dari wajah Amerika, Prancis, Inggris dan negara-negara lain. Rakyat Gaza mempermalukan mereka. Masyarakat Gaza mampu menggerakkan hati nurani manusia dengan kesabaran mereka … Tentu kita tidak ragu lagi bahwa “Janji Tuhan itu benar”; «اِنَّ وَعدَ اللَهِ حَق»… Insya Allah kemenangan akhir dan tidak terlalu jauh, ada di tangan rakyat Palestina dan Palestina.”

Tak diragukan lagi, rakyat Palestina dengan kekuatannya terus melawan penjajah Zionis, dan dalam kondisi tertindas mengorbankan nyawanya di jalan ini. Bahkan ketika mereka menyaksikan anak-anak tanpa perlindungan dan terlantar menjadi korban utama ketamakan rezim Zionis, mereka tetap mengacungkan jarinya sebagai simbol kemenangan.

Mereka mengirim pesan kepada dunia bahwa konstelasi kekuatan dalam konfrontasi muqawama dan Israel telah berubah, dan diharapkan tahun baru akan ditandai dengan kembali pada ajaran nabi ilahi seperti Ibrahim, Nuh, Musa, Isa dan Muhammad Saw. Sama seperti para nabi ini melawan taghut dan membawa kedamaian dan persahabatan ke dunia, ketimbang agresi, kekerasan dan kejahatan.

Read 162 times