Penyelenggaraan putaran pertama perundingan tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat telah menarik perhatian banyak pakar dan analis Arab dan Barat, terutama karena Iran tampil dalam perundingan ini dengan tanda-tanda kekuatan dan pada saat yang sama tidak menyimpang dari prinsip-prinsip fundamentalnya.
Tehran, Pars Today- Perundingan tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat,yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Iran, Sayid Abbas Araghchi dan Utusan Khusus Presiden AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, diadakan pada hari Sabtu (12/4/2024) di Muscat, ibu kota Oman. Setelah negosiasi berakhir, para pihak memiliki penilaian yang "positif dan konstruktif" terhadap negosiasi tersebut dan sepakat untuk melanjutkannya pekan depan.
Surat kabar Al-Akhbar yang berbasis di Beirut menerbitkan laporan tentang putaran pertama perundingan antara Iran dan AS, dan menulis,"AS tahu bahwa tekanan yang tidak direncanakan dapat menyebabkan ketegangan yang meluas di kawasan, terutama karena Iran memiliki kekuatan untuk menanggapi agresi apa pun. Karena alasan ini, ada perubahan dalam taktik Amerika, sehingga Washington menyetujui negosiasi tidak langsung".
Al-Akhbar menambahkan, "Iran telah berupaya memperbaiki situasi ekonominya di bawah sanksi yang menindas dan percaya bahwa negosiasi adalah kesempatan untuk memperbaiki hubungan internasional, tetapi pada saat yang sama, Iran tidak akan mundur dari fondasi revolusionernya".
Menurut laporan ini, beberapa karakteristik dan fondasi yang kuat dalam kebijakan luar negeri Iran telah menjadikan negara tersebut pemain penting dalam negosiasi. Posisi geopolitik dan strategis Iran, yang memiliki dampak signifikan terhadap kebijakan luar negerinya, secara langsung dan tidak langsung. Selain itu, sumber daya ekonomi yang banyak dan kaya, seperti minyak, gas, dan kekayaan mineral lainnya, yang dianggap sebagai sumber daya vital dan strategis dalam perspektif global.
Selain isu-isu ini, faktor-faktor non-material berpengaruh dalam menentukan bentuk sistem politik Iran dan hubungan politik di negara tersebut. Pengalaman panjang Iran dalam negosiasi telah membuatnya mahir dalam berunding mengenai berbagai isu dan memisahkan berbagai berkas satu sama lain.
Kehadiran Iran di meja perundingan tidak berarti negara itu telah menyerah pada program nuklir atau misilnya yang damai atau mitra-mitra regionalnya. Mendukung perjuangan Palestina dan gerakan perlawanan di Lebanon, Palestina, dan Irak hingga kini masih menjadi bagian penting dari strategi Republik Islam Iran.
Amerika tahu betul bahwa mereka harus mendapatkan kembali kepercayaan Tehran yang hilang. Iran juga menekankan bahwa program nuklir sedang dalam negosiasi, bukan program rudal, yang dianggap sebagai masalah internal terkait dengan keamanan nasional Iran.