Oleh-oleh Haniyah dari Mesir untuk Bangsa Palestina

Rate this item
(0 votes)

Perdana Menteri Palestina pilihan rakyat, Ismail Haniyah menyebut lawatan pertamanya ke Kairo pasca kemenangan Muhammad Mursi di pilpres Mesir sebagai lawatan bersejarah dan membawa hasil positif.

Haniyah saat diwawancarai Koran Palestine menandaskan, pertemuannya dengan Presiden baru Mesir, Muhammad Mursi adalah pertemuan bersejarah serta menunjukkan dukungan warga dan pemerintah Mesir terhadap bangsa Palestina. Lawatan Haniyah ke Kairo dan pertemuannya dengan Mursi setelah tumbangnya rezim Hosni Mubarak bukan hanya sangat penting bagi warga Palestina, namun juga bagi rakyat Mesir sendiri.

Bangsa Palestina selanjutnya tidak menganggap Mesir sebagai negara yang mendukung penuh Israel dan bekerja demi rezim ilegal ini. Di sisi lain, warga Mesir sendiri telah menyaksikan perubahan sejati di kebijakan luar negeri negaranya yang mulai menjahui Israel dan mendukung bangsa Palestina.

 

Pujian Haniyah Terhadap Bangsa Mesir

Perdana Menteri Palestina pilihan rakyat, Ismail Haniyah memuji sikap pemerintah baru Mesir dan rakyat negara ini dalam mendukung masalah Palestina.

Seperti dilaporkan situs Palestine online, Ismail Haniyah yang saat ini berada di Kairo Jum'at (27/7) di sebuah pidatonya saat shalat Jum'at di Masjid Raja Faisal bin Abdul Aziz mengingatkan pengorbanan besar rakyat Mesir dalam membela Jalur Gaza dan isu Palestina. Ia pun menyampaikan penghargaannya atas dukungan penuh rakyat Mesir terhadap masalah Palestina serta Islam.

Haniyah di pidatonya menyampaikan rasa optimis atas masa depan dan pembebasan Masjidil Aqsa. Sementara itu, jamaah shalat Jum'at Mesir meneriakkan takbir dan yel-yel membela Masjidil Aqsa serta bangsa Palestina.

 

Hasil Pertemuan Haniyah dengan Mursi

Di pertemuan antara Haniyah dan Mursi dibicarakan sejumlah isu penting seperti blokade Jalur Gaza, pencabutan kebijakan pengusiran warga Palestina dari Mesir serta bantuan untuk meringankan penderitaan bangsa Palestina.

Setelah enam tahun dari blokade Jalur Gaza, Ismail Haniya dan Muhammad Mursi sepakat jam pembukaan jalur penyeberangan Rafah akan berlangsung selama 12 jam, mulai pukul sembilan pagi hingga sembilan malam. Selain itu, tidak ada lagi pembatasan jumlah mereka yang akan menyeberangi jalur ini. Tak hanya itu, mereka yang sebelumnya tercantum dalam list orang yang dicekal bepergian ke Mesir akan dikaji ulang dan 60 persen dari total nama-nama di list hitam tersebut dicoret.

Kebijakan pengusiran warga Palestina dari Mesir juga merupakan kesepakan penting lain dari pertemuan ini. Berdasarkan kesepakatan ini, warga Palestina yang tidak memiliki catatan kriminal dapat tinggal di Mesir selama 72 jam. Masih terdapat kesepakatan lain dari pembicaraan antara Haniyah dan Mursi. Penyaluran bantuan kemanusiaan kepada rakyat Gaza untuk mengurangi penderitaan mereka. Pemerintah Mesir berjanji akan melakukan langkah-langkah penting untuk mempermudah pengiriman bahan bakar guna meringankan beban warga Gaza yang tidak mendapat aliran listrik.

 

Lawatan Haniyah ke Kairo dan hasilnya dapat dicermati sebagai keterkucilan rezim Zionis Israel akibat kebangkitan Islam. Masalah ini sangat penting mengingat apa yang terjadi di Mesir sangat kontras dengan era Mubarak. Di era Mubara rakyat Mesir kerap bentrok dengan pemerintahannya sendiri. Banyak kebijakan pemerintah yang ditentang warga. Namun Mesir baru kondisinya 180 derajat berbeda. Kini antara warga dan pemerintah baru memiliki kesamaan visi dalam mendukung bangsa Palestina.

Kesepakatan antara Haniyah dan Mursi di hari-hari pertama tugas presiden dari kubu Islam ini menunjukkan bahwa hubungan mendatang antara Mesir dan Palestina memiliki prospek cerah.

 

Sikap Media Barat Atas Pertemuan Mursi dan Haniyah

Sebuah harian Amerika Serikat menilai pertemuan antara Presiden Mesir, Muhammad Mursi dan Perdana Menteri Palestina pilihan rakyat, Ismail Haniyah sebagai perubahan sikap Kairo terhadap Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas).

Menurut laporan Koran Chicago Tribune, pertemuan Mursi dan Haniyah di Kairo mengindikasikan bahwa sikap Mesir terhadap Hamas pasca terpilihnya presiden dari kubu Ikhwanul Muslimin mengalami perubahan.

Koran ini menulis, di era rezim terguling Mesir, hubungan antara pemerintahan Hosni Mubarak dengan Hamas senantiasa diwarnai ketegangan dan permusuhan.

Seperti dilaporkan Chicago Tribune, Ismail Haniyah yang melawat Kairo bertemu dengan Mursi dan membicarakan upaya Mesir untuk mengakhiri blokade di Jalur Gaza.

Murad Muwafi, kepala dinas intelijen Mesir juga menjanjikan bahwa petinggi Mesir akan memikirkan langkah-langkah guna mengirim bantuan bahan bakar kepada warga Gaza melalui Mesir. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penderitaan warga Gaza yang kekurangan pasokan listrik. (IRIB Indonesia/MF)

Read 1952 times