Salah satu parameter terpenting dan paling utama dalam masyarakat dan pemerintahan yang didirikan oleh Nabi Muhammad Saw adalah keyakinan terhadap ketauhidan Allah swt, keimanan dan spiritualitas. Dengan seruan tauhid,"Tuhanku, tanpa-Mu aku tidak akan meraih keselamatan", Rasulullah Saw telah mengajarkan teisme sebagai pilar utama dalam berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk politik. Nabi Muhammad Saw meletakkan sebuah sistem yang bernilai dan abadi dengan berpijak ketauhidan.
 
 
Sistem Tauhid menolak segala bentuk penyembahan manusia kepada manusia lain, maupun benda dan unsur lain di dunia ini. Ibadah dan penghambaan hanya kepada Allah swt. Pada pinsipnya, filosofi diutusnya para Nabi supaya manusia memperhatikan masalah ibadah, dan menghindari menyembah berhala dengan berbagai bentuk. Dalam masyarakat yang bertauhid, motif dan pendorong aktivitas manusia adalah cinta dan keimanan kepada Allah swt. Keimanan tersebut tumbuh dari dalam diri manusia yang akan membimbingnya menuju jalan kebenaran dan kebahagiaan sejati.
 
Parameter lain dalam masyarakat era Rasulullah Saw adalah perhatian terhadap prinsip ilmu dan pengetahuan. Urgensi masalah ini dijelaskan dalam beberapa ayat yang turun sebagai wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Saw, yaitu perintah untuk membaca dan belajar, Iqra. Dalam Al-Quran surat al-Alaq ayat 1 hingga 5, Allah swt berfirman, "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
 
Allah swt dalam al-Quran menjelaskan kedudukan tinggi orang-orang yang berilmu  selain orang yang bertaqwa, berjihad dan iman. Pada prinsipnya salah satu faktor yang menyebabkan keabadian dan pengembangan budaya dan peradaban, sistem politik dan sosial yang maju adalah keharmonisannya dengan perkembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan.Sebab fakta sejarah yang valid menunjukkan bahwa sejumlah arus penyimpangan agama lahir akibat pemahaman keliru yang bertentangan dengan akal dan ilmu pengetahuan, dan menyebabkan peran agama dalam masyarakat tersingkirkan, sebagaimana yang menimpa agama Kristen dan Yahudi.
 
Sejatinya, perilaku tidak rasional yang ditunjukkan otoritas Gereja abad pertengahan menjadi sarana yang subur bagi kelahiran dan perkembangan pemikiran Sekularisme di dunia Barat.Tapi dalam sistem sosial dan peradaban yang diletakkan Rasulullah Saw, fakta sejarah menampilkan sistem Islam yang tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, bahkan agama ilahi ini justru mendorong manusia untuk menuntut ilmu dan belajar, berpikir dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan pijakan tersebut, sejarah mencatat Islam menjadi tempat lahirnya para ilmuwan dan pemikir besar dunia yang memiliki kontribusi di berbagai bidang disiplin ilmu.
 
Contoh lain dari parameter penting sistem pemerintahan Rasulullah Saw adalah perhatian terhadap keadilan. Keadilan termasuk salah satu prinsip utama di alam semesta ini, dan sunatullah dibangun berdasarkan prinsip tersebut. Tanpa menjalankan keadilan sosial, manusia tidak akan mencapai kebahagiaan, dan kekuatan politik apapun tanpa penerapan keadilan sosial di dalamnya akan tumbang dan tidak abadi. Salah satu tujuan utama Rasulullah Saw mendirikan pemerintahan Islam adalah menegakkan keadilan.Al-Quran pun menegaskan prinsip keadilan dan senantiasa mendorong manusia untuk menegakkannya di berbagai bidang. Rasulullah Saw berupaya untuk menjalankan keadilan di tengah masyarakat. Masyarakat di era Rasulullah Saw setara dan bersaudara, dan tidak ada keistimewaan di antara mereka selain ketakwaannya.
 
Parameter lain dari sistem politik dan pemerintahan Rasulullah Saw adalah persatuan umat Islam.Nabi Muhammad Saw mengerahkan seluruh upayanya untuk mewujudkan persatuan umat Islam. Maksud dari persatuan Islam dalam konteks saat ini adalah kaum Muslimin dari berbagai mazhab bersatu di bahwa panji-panji kesamaan prinsip kolektif agama seperti tauhid, al-Quran, kenabian, dan hari akhir demi menghadapi berbagai ancaman terhadap prinsip Islam dan masyarakat Muslim. Selain itu, seluruh umat Islam harus menghindari perselisihan mengenai cabang agama, politik, ras, suku bangsa dan bahasa. Salah satu strategi Rasulullah Saw untuk mewujudkan persatuan umat Islam melalui akhlak dan perilaku mulia beliau.
 
Akhlakul karimah Nabi Muhammad Saw  senantiasa menjadi salah satu sarana terpenting dan bernilai untuk mewujudkan persatuan Islam dan meredakan friksi yang berpotensi menceraiberaikan umat. Saking tingginya akhlak Rasulullah, musuh-musuhnya pun akhirnya menjadi barisan sahabat beliau. Oleh karena itu, akhlak Nabi Muhammad Saw menjadi faktor penting bagi terwujudnya persatuan umat Islam.
 
Hijrahnya Rasulullah Saw ke Madinah disertai ikatan janji persaudaraan antarkelompok yang berbeda-beda, terutama menyatukan antara Ansar dan Muhajirin. Kesepakatan tersebut menjadi solusi paling jelas dalam mewujudkan persatuan umat Islam. Seluruh suku yang sebelumnya bertikai berhasil disatukan oleh Rasulullah Saw di bawah panji-panji agama Islam. Salah satu bagian dari kesepakatan persaudaraan antara Muhajirin dan Ansar, berbunyi sebagai berikut: "Sesama Muslim menjadi teman dan pendukung bagi yang lain, dan semua bersatu menghadapi kezaliman. Penandatangan kesepakatan ini akan membentuk sebuah bangsa yang bersatu. Tidak boleh ada yang  menzalimi orang lain. Jika terjadi perselisihan antarsesama Muslim, maka rujukan penyelesaiannya adalah Allah swt dan Rasul-Nya."
 
Perjanjian persaudaraan ini dibangun berdasarkan prinsip penolakan terhadap motif sektarian dalam hubungan sosial sesama manusia, dan digantikan dengan motif tauhid. Fakta sejarah ini menunjukkan bahwa Rasulullah Saw berupaya untuk menanamkan nilai tauhid, dan peran sentralnya di berbagai bidang dalam masyarakat. Oleh karena itu, program perjanjian persaudaraan antara Ansar dan Muhajirin merupakan salah satu cara terbaik untuk menjaga persatuan umat Islam dari berbagai ancaman.
 
Penolakan terhadap diskriminasi, rasisme dan sektarianisme merupakan parameter lain dari sistem sosial dan pemerintahan Rasulullah Saw. Islam sangat menentang fanatisme golongan dan bigotri. Sebagai gantinya, Islam menyodorkan ketakwaan menjadi parameter keutamaan manusia. Sejarah menunjukkan bagaimana Rasulullah Saw menjadikan Bilal sebagai muazin untuk menegaskan penentangan Islam terhadap segala bentuk diskriminasi ras dan golongan, yang dianut masyarakat jahiliyah Arab ketika itu. Sistem politik dan pemerintahan Islam menjunjung tinggi prinsip global seperti kredibilitas, keilmuan, ketakwaan dan keadilan yang menggantikan parameter sektarian. Sikap damai dan toleransi terhadap non-Muslim juga menjadi prinsip penting pemerintahan Islam yang dibangun Rasulullah Saw.
 
Jalan politik Nabi Muhammad Saw tidak menolak keberadaan bangsa-bangsa dan independensinya. Eksistensi mereka tetap ada dan dihargai, dan Islam menyatukan bangsa-bangsa itu di bawah panji-panji Islam dengan menjunjung tinggi keadilan dan kesetaraan. Fakta sejarah menunjukkan nota kesepakatan yang ditandatangani dan dijalankan era Nabi Muhammad Saw, dan setelah beliau wafat tetap dijalankan oleh pemerintahan Islam selama non-Muslim tidak melanggarnya.
 
Sejarah Islam menunjukkan bahwa sistem politik Rasulullah Saw sangat memperhatikan masalah kebebasan dan perdamaian. Piagam Madinah menjamin perdamaian, kebebasan dan keamanan bagi semua orang di tengah beragam perbedaan suku, bangsa dan keyakinan agama di masa itu. Semoga umat Islam dewasa ini kembali menjalankan ajaran yang telah diwariskan Nabi Muhammad saw, dan menjadikan Islam sebagai Rahmatan lil Alamin, rahmat bagi seluruh alam.(