Ia senang karena memiliki hubungan kerabat dengan Musa as. Wajahnya tampan dan percaya kepada Taurat. Namun ia adalah seorang yang sangat ambisius dan kikir. Ketika kaum Bani Israel bertahun-tahun terlantar, ia akhirnya menjauh dan membuka usaha. Tidak berapa lama ia berhasil mengumpulkan harta kekayaan yang berlimpah. Di mana-mana terdengar pembicaraan tentang Qarun dan harta kekayaannya.
Di salah satu pinggir jalan ada sekelompok orang duduk-duduk. Salah seorang dari mereka berkata, "Betapa bahagianya Qarun. Ia memiliki kehidupan yang tenang dan menyenangkan."
Yang lain dengan rasa menyesal berkata, "Aduhai, seandainya kita seperti Qarun memiliki harta kekayaan semacam ini. Allah telah melimpahkan banyak kekayaan kepadanya."
Orang yang lebih mengetahui karakter Qarun berkata, "Sebaiknya jangan menyesal melihat sisi lahiriah kehidupan Qarun yang menipu ini. Karena pahala Allah untuk orang-orang yang beriman lebih mahal dan lebih tinggi."
Orang yang usinya lebih muda di antara mereka menjawab, "Bagaimana kita tidak menyesalinya? Tidakkah kau melihat kunci-kunci gudangnya yang berat sehingga membuat para pengangkutnya yang kuat pun merasa lelah."
Waktu itu Qarun berlalu di depan mereka dengan sikap penuh kesombongan dan memandang mereka dengan pandangan menghinakan.
Para sahabat dan kerabat Qarun setelah melakukan musyawarah mendatanginya dan berkata, "Qarun! Tahukah kamu bahwa tidak seharusnya kamu bangga dengan perhiasan dunia ini. Allah sama sekali tidak menyukai orang-orang yang sombong dan bangga. Oleh karena itu, carilah pahala akhirat melalui apa yang diberikan Allah kepadamu dan gunakan untuk kehidupan di dunia. Berbuatlah kebaikan sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu. Jangan berbuat kerusakan di muka bumi karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."
Tanpa memperhatikan ucapan mereka, Qarun berkata, "Aku raih harta kekayaan ini karena kemampuan yang aku miliki. Allah mengetahui bahwa aku layak untuk memiliki nikmat ini."
Suatu hari para pembantu Qarun datang kepadanya dan berkata, "Nabi Musa as telah datang menjengukmu. Qarun menyambut Nabi Musa as dengan penuh kesombongan dan keangkuhan. Kemudian dengan senyuman menghina dan mengejek ia berkata, "Apa maumu?
Dengan penuh kelembutan dan kasih sayang Nabi Musa as menjawab, "Mengapa kau tidak ikut hadir dalam perkumpulan Bani Israil yang mereka adakan untuk melakukan taubat dan permohonan kepada Allah?"
Qarun menjawab, "Aku tidak ada urusan dengan doa kalian. aku telah menemukan jalan hidupku sendiri."
Musa memahami bahwa kecintaan Qarun kepada harta kekayaan telah mencapai derajat ekstrim dan berlebihan sehingga membuatnya menjadi pribadi yang egois. Ia tidak mau membagikan hartanya sedikitpun kepada orang lain. Nabi Musa as keluar dari istana Qarun dalam keadaan sedih. Namun pada saat itu juga Qarun memerintahkan untuk mengguyur wajah dan kepala Nabi Musa as dengan air kotor. Dengan perbuatannya ini, Qarun telah membuktikan puncak penghinaan dan kezalimannya.
Orang-orang merasa takjub dan ketakutan. Mereka keluar dan tidak tahu apa yang terjadi. Seseorang ketakutan dan dengan suara keras berkata, "Qarun dan harta kekayaannya tidak ada lagi. Allah telah menyerahkan bumi kepada nabi-Nya dan Musa memerintahkan bumi untuk menelan Qarun dan para pendukungnya. Ia telah menghadapi siksa dan pada saat yang sama tidak ada penolong baginya.
Mereka yang kemarin menyesali harta kekayaan dan kedudukan Qarun berkata, "Sungguh kami telah beranggapan salah. Segala puji bagi Allah karena kami tidak seperti Qarun. Sesungguhnya Allah akan melapangkan atau menyempitkan rezeki setiap hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya bila Allah tidak melimpahkan kasih sayangnya kepada kami, nisaya kami pasti tenggelam juga ke dalam bumi.
Terkait masalah ini, dalam al-Quran ayat 78 surat Qashas Allah berfirman, "... apakah ia tidak mengetahui, bahwa Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat darinya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?..."
Kemudian kitab ilahi ini menyimpulkan dalam ayatnya, "Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Qashas: 83) (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)