Salah satu rahasia keabadian Asyura terletak pada karakter Imam Husein yang membentuk warna perjuangannya.
Ketika Imam Hussein melihat tentara musuh akan menyerang wanita dan anak-anak yang tidak bersalah, dengan keberaniannya beliau berseru, "Wahai pengikut Abu Sufyan, jika kalian tidak memiliki agama, dan tidak takut menghadapi kehidupan akhirat kelak, setidaknya jadilah manusia merdeka di dunia ini."
Pesan abadi yang disampaikan Imam Hussein ini dengan jelas menunjukkan bahwa setiap manusia dan masyarakat, terlepas dari semua kecenderungan politik, ras, bangsa dan budayanya, dapat berpegang pada nilai moral dan kemanusiaan yang tinggi.
Imam Ali bin Abi Thalib dalam pernyataan senada, mengatakan, "Jika kita tidak memiliki harapan di surga, dan kita tidak takut neraka, dan tidak meyakini adanya hukuman atau pahala, tetap saja kita harus memperjuangkan martabat moral (manusia), sebab jalan menuju kesuksesan dan kemenangan adalah menghiasi diri dengan keutamaan moral.
Nabi Muhammad Saw juga mempresentasikan filosofi diutusnya menjadi Rasul Allah swt sekitar 14 abad yang lalu dengan mengatakan, "Aku diutus oleh Allah swt untuk menyempurnakan akhlak yang mulia,".
Oleh karena itu, rahasia keabadian Asyura terletak pada pesan-pesan inspiratif dari gerakan Husseini yang bersifat universal, bukan spesifik untuk kelompok, ras dan kebangsaan tertentu saja, tapi mencakup semua manusia yang berpikiran bebas dan cinta kebebasan, dan orang-orang yang tulus hatinya.
Di antara rahasia lain yang telah mengabadikan epos Hosseini abadi mengenai peran penting wawasan penyadaran yang ada di dalamnya. Banyak gerakan sepanjang sejarah lahir dari hasutan sentimen rasial seperti rasisme di Jerman atau Slavia di Rusia, maupun gerakan yang mengusung kesamaan bahasa seperti Pan-Turkisme atau Pan-Arabisme. Gerakan yang dibangun dari aspek sektarian ini lambat atau cepat akan pudar, bahakn hilang di telan sejarah.
Tetapi epos Hosseini telah mempertahankan keabadian dan menginspirasi semua umat manusia di dunia karena prinsip-prinsip ketuhanan, manusiawi dan logis, pengetahuan, kesadaran, dan wawasannya.
Dengan kata lain, semua Nabi dan pemimpin ilahi mengusung gagasannya dengan argumen yang kuat, dan rasional. Mereka tidak pernah mencoba untuk memaksakan pandangannya kepada masyarakat dengan cara apa pun, karena mereka tahu betul bahwa gagasan yang dipaksakan tidak akan bertahan lama. Demikian juga dengan Imam Hussein.
Imam Hussein dalam salah satu doanya mengatakan,"Ya Tuhan, tuntunlah perjuanganku, juga wawasan, petunjuk, metode, dan caraku sesuai bimbingan-Mu sehingga aku dapat mencapai tujuan dan cita-citaku demi membimbing orang lain,".
Mengenai peran penting kesadaran, Imam Ali dalam Nahjul Balaghah mengungkapkan, "Manusia yang sadar adalah orang yang mendengar perkataan dan pesan yang diterimanya, lalu merenungkan dan kemudian belajar dari peristiwa yang terjadi. Sehingga bisa menempuh jalan yang jelas dan (bertujuan) dan menghindari jatuh ke jurang."
Lembaran sejarah menunjukkan bahwa semua sahabat setia Imam Hussein memiliki karakteristik luar biasa dari orang-orang yang sadar. Ketika Hussein bin Alimerasa bahwa musuh telah membuat keputusan akhir untuk perang dan pertumpahan darah, lalu beliau mengumpulkan para sahabatnya.
Imam Husein berkata, "Kalian bebas dan saya telah mengambil kesetiaan dari Anda. Aaya mengizinkan Anda semua untuk menggunakan kegelapan malam ini dan mengambil tangan anggota keluarga Anda berpindah ke desa dan kota Anda dan menyelamatkan hidup Anda dari kematian. Sebab, orang-orang ini hanya mengejar saya, dan jika saya pergi mereka tidak akan ada hubungannya dengan orang lain. Semoga Tuhan memberimu hadiah yang baik,".
Dengan kata-kata tersebut, Imam Hussein ingin memberikan kesempatan kepada para sahabatnya untuk memilih dan meningkatkan kesadaran dan wawasan mereka mengenai pilihan hidupnya.
Setelah mendengar pernyataan tersebut, mereka berdiri satu demi satu dan akhirnya menyatakan kesetiaan mereka. Salah satu sahabat Imam yang bernama Saad Ibn Abdullah berkata, "Aku bersumpah demi Tuhan, jika aku tahu aku akan dibunuh tujuh puluh kali dan tubuhku akan dibakar dan abuku dihidupkan kembali, aku tidak akan pernah meninggalkanmu." Zuhair Ibn Qain berkata: "Wahai putra Rasulullah, aku bersumpah kepada Tuhan, jika sampai dibunuh seribu kalipun pasti akan tetap mendukung Anda, untuk hidup kembali dan dibunuh lagi ..... "
Pada saat kondisi semakin kritis, Imam Hussein mendengat berita tentang penawanan putra Muhammad ibn Bashir al-Hadral. Lalu, Imam Hussein di hadapan Muhammad ibn Bashir berkata, "Engkau bebas, sekarang berusahalah untuk menyelamatkan puteramu yang ditahan,".
Tapi ketika itu, Muhammad ibn Bashir mengungkapkan, "Demi Tuhan, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Jika penguasa gurun memotongku dan menjadikanku sebagai mangsanya, maka aku tetap tidak akan melepaskan dukunganku kepadamu,".
Contoh menonjol lainnya yang tidak melepaskan kesetiaannya kepada Imam Hussein sampai saat-saat terakhir dari hidupnya yang cemerlang adalah Sayidina Abul Fadl Abbas, sebagaimana disampaikan dalam pernyataan Imam Sadiq yang mengatakan, "Paman kita Abbas bin Ali memiliki kesadaran yang tinggi dan keimanan yang menghunjam. Beliau bersama Abu Abdullah berjihad dan bertempur dengan segenap kekuatannya hingga keluar dari ujian ilahi ini sebagai pemenang, dan akhirnya menjadi syahid,".
Mengenai pengorbanan Abul Fadhl Abbas, Imam Shadiq menjelaskan, "Aku bersaksi engkau tidak melakukan kelemahan dan kelalain apapun (dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita ilahi) dengan hati yang terang dan bertindak sebagai orang yang saleh dan mengikuti para Nabi. "
Salah satu wujud cemerlang dari ilmu dan wawasan Abul Fadl Abbas terjadi pada petang hari kesembilan Muharram tahun 61 H yang berada di tengah-tengah pergerakan musuh Shimir bin Di Al-Jausyan menemui Abul Fadl dan berkata, "Saya membawakan surat perlindungan ini dari gubernur Kufah untuk Anda. Jika Anda berhenti membantu Hussein, maka hidup Anda akan aman."
Sayidina Abul Fadl Abbas yang keluar dari tenda bersama tiga saudara laki-lakinya yang lain, berkata dengan teriakan marah, "Kutukan dan murka Tuhan atasmu dan surat keamananmu itu. Apakah kamu ingin kami berhenti membantu orang yang paling terhormat di jalan Tuhan dengan membiarkan putra Fatimah sendirian dan aku meninggalkannya sendirian, padahal aku telah berbaiat kepadanya".
Ya, jika kesadaran telah tertanam begitu kuat, maka hal ini akan memperkuat tekad manusia untuk berjuang hingga tetas darah penghabisan demi memperjuangkan nilai-nilai luhur yang diaykininya. Hal ini sebagaimana Imam Hussein dan para sahabatanya yang syahid. Mereka tidak akan melepaskan tujuan dan cita-citanya membela agama ilahi.