Ibadah dan penghambaan memiliki kedudukan yang tinggi di semua agama samawi dan atas dasar ini, tempat-tempat ibadah juga punya keistimewaan yang besar.
Dalam Islam, masjid adalah rumah Allah Swt serta pusat untuk kegiatan ibadah dan berdoa. Tetapi hal yang penting adalah bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang menetapkan ajarannya pada basis sosial kemasyarakatan, dan hukum dan aturan-aturannya dijabarkan dalam konteks sosial ini.
Prinsip shalat – sebagai tiang agama – juga dibangun atas landasan berjamaah. Namun tidak ada larangan jika seseorang ingin mendirikannya sendirian. Oleh karena itu, Rasulullah Saw bersama Imam Ali dan Sayidah Khadijad ra – sebagai Muslim pertama – melakukan shalat secara berjamaah. Pada suatu hari, Afif al-Kindi datang ke Makkah dan melihat sebuah pemandangan unik ketika warga lain asyik menyembah berhala di sekitar Ka'bah. Tiga orang berdiri menghadap ke arah Masjid al-Aqsa untuk beribadah.
Afif al-Kindi kemudian bertanya kepada Abbas Ibn Abdul Muthallib, “Wahai Abbas, siapa mereka dan apa yang sedang mereka lakukan?" Abbas menjawab, "Sosok yang berdiri di depan adalah Muhammad, keponakanku, sementara anak laki-laki yang berdiri di samping kanannya adalah Ali, keponakanku yang lain, dan wanita yang ikut shalat bersama mereka adalah Khadijah, istri dari Muhammad. Di kolong bumi ini, hanya ada tiga orang yang mengamalkan ajaran itu."
Salah satu fungsi masjid adalah untuk pelaksanaan shalat berjamaah dan shalat Jumat. Shalat berjamaah dilakukan dengan irama keteraturan dan mengikuti gerakan imam. Kaum Muslim berdiri dalam barisan yang rapi dan bahu mereka saling bersentuhan. Seakan mereka ingin berkata bahwa kami sedang berada dalam satu gerbong untuk menuju penghambaan Allah Swt.
Kaum Muslim bersama-sama mengangkat tangan di hadapan Allah Swt dan melakukan ruku' dan sujud di hadapan-Nya. Hati mereka menyatu untuk tujuan yang sama dan mereka semakin sadar bahwa kita semua bersaudara. Barisan shalat berjamaah tidak mengenal antara kaya dan miskin, semua orang berdiri sejajar dan hanya kadar ketakwaan yang membedakan mereka. Dalam kondisi ini, solidaritas, persaudaraan, dan semangat gotong royong kian menguat di antara mereka.
Memakmurkan masjid dan mendirikan shalat berjamaah memiliki keutamaan yang besar dan Allah Swt berjanji, "Jika jumlah peserta yang shalat berjamaah lebih dari 10 orang, dan seandainya laut menjadi tinta dan pohon-pohon di bumi menjadi pena, sementara jin, manusia, dan malaikat menjadi juru tulis, maka mereka tidak akan mampu menulis pahala satu raka'at darinya." Ketika orang buta mendatangi Rasulullah Saw untuk meminta keringanan agar bisa absen shalat berjamaah di masjid, beliau bersabda, "Bentangkanlah seutas tali antara rumahmu dan masjid dan dengan itu, berangkatlah untuk shalat berjamaah."
Ada banyak ayat al-Quran yang berbicara tentang keistimewaan shalat berjamaah. Shalat berjamaah bahkan tidak akan gugur sekali pun kaum Muslim sedang berperang dengan musuh. Dalam surat An-Nisa ayat 101, Allah Swt berfirman, "Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah mengapa kamu menqashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu."
Pada ayat 102 surat An-Nisa, Allah berfirman, "Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata."
Ayat tersebut menjelaskan tentang tata cara shalat khauf kepada Rasulullah Saw dan para sahabat, dan tidak mentolerir mereka untuk meninggalkan shalat berjamaah, tapi memberikan solusi bagi kaum Muslim untuk tetap shalat berjamaah.
Sejarah Singkat Masjid al-Aqsa
Pada segmen ini, kita akan berkenalan dengan Masjid al-Aqsa sebagai tempat suci ketiga umat Islam. Pada suatu hari, Abu Dzar Al-Ghifari bertanya kepada Nabi Muhammad Saw, "Wahai Rasulullah, masjid apakah yang pertama kali dibangun di muka bumi?" Rasul menjawab, "Masjidil Haram." Kemudian aku kembali bertanya, lalu masjid yang mana lagi wahai Rasulullah? Beliau menjawab, "Masjid al-Aqsa."
Menurut sejumlah riwayat, Nabi Adam as membangun pondasi Masjid al-Aqsa 40 tahun setelah pembangunan Baitullah Al-Haram. Hampir 2000 tahun Sebelum Masehi, Nabi Ibrahim as dan kemudian putra-putranya Ya'qub dan Ishak as, merenovasi bangunan tersebut. Bertahun-tahun kemudian, Nabi Sulaiman as kembali merenovasi Masjid al-Aqsa.
Pada tahun 636 Masehi, Khalifah Umar Ibn Khattab – setelah penaklukan Quds – datang ke wilayah itu dan mendirikan shalat di sebuah tempat di Kompleks al-Haram al-Sharif dan disitu kemudian dibangun sebuah masjid yang dikenal dengan Jami’ al-Qibli sebagai inti dari Masjid al-Aqsha. Pada era Dinasti Umayyah, bangunan Qubbatu Shakhrakh (Dome of The Rock) dibangun dan Jami' al-Qibli juga direnovasi.
Oleh karena itu, Masjid al-Aqsa adalah masjid kedua yang dibangun di muka bumi setelah Masjidil Haram di Makkah, sebagai salah satu tempat yang paling suci milik umat Islam. Masjid al-Aqsa juga pernah menjadi kiblat pertama umat Islam sebelum akhirnya datang perintah untuk mengubah arah kiblat ke Baitullah (Ka'bah) di Makkah. Alasan lain kesucian Masjid al-Aqsa karena ia pernah disinggahi oleh Rasulullah Saw dalam perjalanan Isra dan Mi'raj.
Allah Swt dalam firmannya menceritakan peristiwa Isra dan Mi'raj pada ayat pertama surat Al-Isra, "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Nama Masjid al-Aqsa berasal dari keterangan dalam al-Quran pada surah Al-Isra' ayat pertama. Kata Qusa berarti jauh dan Aqsa bermakna yang paling jauh. Ini karena masjid tersebut terletak sangat jauh dari kota Makkah dan Masjid al-Haram. Mi'raj Nabi Muhammad Saw dimulai dari Masjid al-Aqsa dan mengandung sebuah poin penting yaitu tujuan Mi'raj adalah untuk memperoleh makrifat dan perkembangan spiritual, dan masjid dapat menjadi landasan terbaik untuk perjalanan spiritual seorang mukmin.
Proses pembangunan dan perbaikan yang dilakukan di komplek Masjid al-Aqsa al-Mubarak berlangsung selama 30 tahun, mulai dari tahun 685 sampai 715 Masehi. Perbaikan itu membentuk bangunan komplek Masjid al-Aqsa al-Mubarak seperti yang kita lihat saat ini. Komplek bangunan itu mencakup; al-Jami’ al-Qibli (memiliki kubah berwarna kehitaman atau perunggu) berada di titik paling ujung bagian selatan al-Aqsa al-Mubarak dari arah kiblat.
Qubbatu Shakhrakh (kubah warna emas) berada di tengah-tengah komplek Masjid al-Aqsa al-Mubarak, dan Mushalla al-Marwani yang terletak di sebelah tenggara al-Aqsa al-Mubarak, serta Masjid al-Buraq, dan ada sekitar 2000 situs tempat suci lainnya, yang mencakup masjid, bangunan, kubah, menara, dan gerbang.
Mengenai kedudukan Masjid al-Aqsa, Rasulullah Saw bersabda, "Jika seseorang mendirikan shalat di rumahnya, ia hanya memperoleh satu pahala shalat. Jika di masjid, ia akan menerima pahala 25 shalat dan jika di masjid jami', ia akan diganjar dengan pahala 500 shalat. Namun, jika ia mendirikan shalat di Masjid al-Aqsa al-Mubarak, ia akan memperoleh pahala 50 ribu shalat."
Di hadis lain, Rasulullah bersabda, "Janganlah memaksakan perjalanan kecuali dengan tujuan tiga masjid ini; Masjidil Haram, Masjidku (Masjid Nabawi), dan Masjid al-Aqsa."