Imam Khomeini: Kebebasan dalam Islam

Rate this item
(0 votes)

Fitrah Kebebasan

Manusia menyukai kebebasan berdasarkan fitrahnya. Dengan kebebasan ini apa yang diinginkan manusia akan dilakukannya, bahkan kehendaknya sangat berpengaruh sehingga tidak ada kekuasaan yang dapat membela diri dan mengganggunya. Tentu saja di alam ini, tidak ada kekuasaan dan kehendak yang semacam ini. Setidaknya, model alam yang ada ini menolak berada di bawah kehendak manusia, sebagaimana dengan jelas hal ini dapat disaksikan. Kekuasaan mutlak dari kebebasan ini hanya didapatkan di alam akhirat bernama surga tempat orang-orang yang menaati Allah Swt.

(Syarh Hadis Junud Aql wa Jahl, hal 102)

* * *

Termasuk nikmat tertinggi di alam ini adalah kebebasan manusia. Manusia bersedia mengorbankan segalanya demi kebebasannya.

 

Diutus Sebagai Nabi

Tuhan dunia di masa itu, di mana saja manusia hidup, menilai kebesaran dan kejayaannya bila tempat pemujaan apinya lebih besar dari yang lain dan lebih menyala atau tempat sesembahannya lebih megah dan berhala yang ada di dalamnya lebih besar dari yang lain dan dibuat dari besi yang mahal. Tuhan mereka adalah emas yang lebar dan panjangnya lebih dari yang lain dan itu petanda penting dan kejayaannya lebih besar. Bahkan mereka membawa tuhan-tuhan ini dalam perang. Sebagaimana mana penduduk Mekah membawa Hubal, patung paling besar untuk berperang dengan umat Islam.

Dalam kondisi yang demikian, Muhammad Saw diutus oleh Allah Swt dengan membawa risalah. Hal pertama yang dipersembahkan kepada manusia waktu itu adalah menghancurkan tuhan-tuhan yang kalian buat dan menerima tauhid agar menjadi manusia yang selamat. "Quuluu Laa Ilaaha Illallaah Tuflihuu" (Ucapkan tidak ada tuhan selain Allah, maka kalian akan selamat).

Setelah itu secara bertahap beliau membawakan kepada manusia aturan langit yang prinsipnya berdasarkan akal yang mampu membidas semua pandangan dan anggapan bodoh mereka.

(Kasyf al-Asrar, hal 106)

* * *

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ketika Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah Swt, setan paling besar berteriak dan mengumpulkan setan-setan di sekitarnya lalu berkata kepada mereka bahwa pekerjaan kita akan semakin sulit.

(Sahifah Imam, jilid 10, hal 489)

* * *

Masalah pengutusan sebagai nabi pada dasarnya sebuah perubahan prinsip keilmuan dan irfan di alam ini. filsafat kering Yunani yang dibangun oleh para pemikir Yunani, tentu saja memiliki nilai, tapi telah diubah dengan diutusnya Rasulullah Saw menjadi sebuah irfan nyata dan sebuah penyaksian hakiki bagi mereka yang memiliki kemampuan.

 

Sumber: Sire-ye Nabavi; Gozideh-i az Kalam va Andisheh Imam Khomeini ra, Tehran, 1383, Moasseseh Tanzim va Nashr Asar Emam Khomeini.

Sumber: Gozideh-i az Asar va Sireye Imam Khomeini ra; Azadi, Tehran, 1383 Hs, Moasseseh Tanzim va Nashr Asar Emam Khomeini.

Read 1794 times