کمالوندی

کمالوندی

 

Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), menyebut Letnan Jenderal Qasem Soleimani sebagai arsitek bagi kekalahan-kekalahan strategis Amerika Serikat.

Brigadir Jenderal Hossein Salami dalam wawancara dengan kantor berita IRIB, hari Sabtu (4/01/2020), mengatakan teror terhadap Letjen Soleimani akan menjadi titik start untuk mengakhiri kehadiran AS di kawasan.

"Dengan berakhirnya kehadiran AS, kawasan ini akan menikmati stabilitas, pembangunan, dan keamanan," tambahnya.

"Pasukan IRGC pasti akan memberikan balasan yang mengerikan dan membuat AS menyesal," tegasnya.

Menurut Brigjen Salami, peta jalan yang disusun oleh Letjen Soleimani di sebuah wilayah yang luas dan kekuatan yang ia bentuk, telah menghancurkan para teroris Takfiri dan Daesh yang disponsori oleh Amerika.

"Eksistensi dan persatuan front perlawanan tetap terjaga berkat jerih payah Letjen Soleimani. Jadi, musuh tidak dapat menerima kehadiran seorang komandan seperti itu dan pada akhirnya mereka membunuh sosok pahlawan ini dengan cara pengecut," ujar Brigjen Salami.

Dia juga meminta sekutu-sekutu AS untuk meninjau ulang perilaku dan konspirasi terselubungnya. "Kalian perlu bersikap waspada agar tidak menjadi korban dari kebijakan AS dan tidak mengeluarkan biaya untuk itu," tandasnya.

Komandan IRGC mengatakan, front perlawanan akan lebih termotivasi dari sebelumnya dan mereka akan menuntut balas atas darah para komandannya yang ditumpahkan secara keji. 

Minggu, 05 Januari 2020 20:19

Presiden Rouhani: AS akan Membayar Mahal

 

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, pembunuhan Komandan Pasukan Quds IRGC, Letnan Jenderal Qasem Soleimani akan memiliki dampak di kawasan, dan AS akan membayar harga yang mahal atas aksi terornya.

Rouhani menyampaikan hal itu dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani di Tehran, Sabtu (4/01/2020) sore.

"Dalam situasi saat ini, kedua negara (Iran dan Qatar) perlu meningkatkan konsultasi dan kami berharap semua negara regional satu suara mengutuk terorisme negara," ujar Rouhani.

Menurutnya, tindakan terorisme AS adalah penghinaan terhadap rakyat Irak dan pelanggaran terhadap kedaulatan nasional negara itu.

Amerika, lanjut Rouhani, memainkan peran yang sangat buruk di kawasan dan hari ini semua negara regional harus sampai pada satu keyakinan bahwa selama AS hadir di kawasan ini, maka kita tidak akan menikmati ketenangan.

Sementara itu, menlu Qatar menyampaikan belasungkawa atas kesyahidan Letjen Soleimani kepada rakyat dan pemerintah Iran.

Mohammed Al Thani menyerukan peningkatan hubungan timbal balik dengan Iran, dan menuturkan bahwa Qatar akan selalu mengingat dukungan dan bantuan Iran di masa-masa sulit.

Dia juga menyampaikan kekhawatiran atas tindakan agresif Amerika di kawasan. 

 

Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Iran mengatakan, ancaman Presiden Amerika Serikat untuk menyerang 52 target di Iran, disampaikan untuk menjustifikasi aksi teror negara itu.

Presiden Amerika, Donald Trump baru-baru ini di laman Twitternya menulis, jika Iran menyerang warga Amerika atau fasilitas negara ini, maka Washington akan menyerang 52 target di Iran.

Brigjen Abdolrahim Mousavi, Minggu (5/1/2020) kepada wartawan, terkait ancaman Trump ini menuturkan, untuk menjaga nama baik setelah melancakan teror terhadap Jenderal Qasem Soleimani, Amerika mengeluarkan statemen semacam ini.

Ia menegaskan, teror Amerika terhadap Jenderal Soleimani adalah tindakan yang sangat buruk, tidak bisa diterima dan tidak bisa dibenarkan di manapun, oleh karena itu Amerika mengeluarkan pernyaatan tidak masuk akal semacam ini sehingga bisa menutupi aksi teror tidak manusiawi ini.

 

Putri Komandan Pasukan Qods, Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC, Jenderal Qasem Soleimani dalam wawancara dengan stasiun televisi Lebanon, menyebut Sekjen Hizbullah sebagai "paman sayang" dan mengatakan, saya tahu paman Nasrullah akan membalaskan dendam Ayah.

Fars News (5/1/2020) melaporkan, Zeinab Soleimani, putri Syahid Qasem Soleimani dalam wawancara dengan TV Al Manar menuturkan, Donald Trump kotor harus tahu ia tidak akan bisa menghapus ingatan tentang Jenderal Soleimani, meski telah membunuhnya.

Ia menambahkan, dunia harus tahu kesyahidan Jenderal Soleimani tidak akan mengalahkan kami, dan pada akhirnya kami akan menuntut haknya.

Zeinab Soleimani memanggil Sekjen Hizbullah, Sayid Hassan Nasrullah dengan sebutan "paman sayang" dan menyampaikan salam kepadanya.

"Saya tahu paman akan membalaskan dendam Ayah," ujarnya. 

 

Menteri Luar Negeri Iran merespon ancaman Presiden Amerika Serikat terhadap Tehran dan mengatakan, ancaman untuk menyerang tempat-tempat budaya adalah kejahatan perang, dan menjadi awal berakhirnya kehadiran Amerika di Asia Barat (Timur Tengah).

Fars News (5/1/2020) Mohammad Javad Zarif membalas pesan Twitter berbau ancaman Presiden Amerika, Donald Trump hari ini.

Menlu Iran mengatakan, Donald Trump dengan serangan teror pengecut yang dilakukannya hari Jumat (3/1) telah melakukan pelanggaran tegas terhadap aturan internasional, dan kembali mengancam untuk menginjak "norma asasi".

Ia menambahkan, menyerang tempat-tempat budaya adalah kejahatan perang. Baik dengan teriakan ataupun tendangan, akhir kehadiran Amerika di Timur Tengah sudah dimulai. 

 

Komandan pasukan Quds IRGC, Letjen. Qasem Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil keuta Hashd al-Shaabi bersama delapan orang lainnya gugur syahid Jumat (03/01/20) dini hari akibat serangan udara militer Amerika di dekat bandara udara Baghdad Irak.

Aksi teror dan dampaknya ini sebuah masalah yang mengharuskan pemerintah Amerika memberi jawaban.

Presiden Iran, Hassan Rouhani Sabtu (04/01) sore dalam kontak telepon dengan sejawatnya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan seraya menekankan bahwa Republik Islam bukan pengobar tensi di kawasan mengatakan, "Jika Iran diam menyaksikan kejahatan Amerika ini, maka Washington akan melakukan kejahatan serupa di negara lain di kawasan."

Rouhani saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammad bin Abdulrahman Al Thani di Tehran menandaskan, seluruh negara kawasan dengan suara bulat harus mengutuk terorisme negara.

Menengok masa lalu menunjukkan bahwa ini bukan pertama kalinya Amerika melakukan kejahatan terorisme negara.

Pada Juli 1988, Amerika dalam sebuah kejahatan mengerikan, menembak jatuh sebuah pesawat komersial Iran untuk meraih ambisi busuknya di kawasan. Pesawat penumpang ini yang terbang dari Bandar Abbas menuju Dubai ditembak kapal USS Vincennes (CG-49) dengan dua rudal cruise dan seluruh penumpang pesawat naas ini tewas.

Pemerintah Amerika tak lama setelah insiden ini, dengan klaim palsu, menyatakan bahwa serangan tersebut dalam koridor membela diri. Kebohongan Amerika pada akhirnya terkuak. Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) pada Desember 1988 di laporannya mengumumkan, kapal USS Vincennes ketika menembakkan rudal ini seraya melanggar hukum internasional sepenuhnya di wilayah perairan Iran.

Majalah Vice cetakan Amerika seraya mengungkapkan sebuah dokumen pada 22 Juli 2014 menulis, "Dokumen ini menunjukkan bahwa Presiden AS saat itu, Ronald Reagen dan Perdana Menteri Inggris Margaret Teacher dalam sebuah surat meminta masing-masing untuk mengarahkan tanggung jawab serangan ke pesawat sipil ini kepada

Iran dengan cara apapun. Mereka dalam suratnya tersebut menekankan statemen resmi harus dirilis sedemikan rupa sehingga menunjukkan bahwa AS melakukan serangan ini untuk membela diri."

Kini Presiden AS, Donald Trump untuk menjustifikasi instruksi langsungnya meneror seorang petinggimiliter Iran di Irak, juga melakukan kebohongan serupa dan dengan dalih usang berusaha menjustifikasi aksi teror dan pelanggaran kedaulatan nasional Irak ini dalam bentuk skenario aksi preemptive dari perang di kawasan.

Namun sejauh mana kejahatan ini dan sampai kapan akan berlanjut? Apakahan kejahatan tanpa balasan dan hukuman, bukannya malah membuat AS semakin congkak dan agresif?

Republik Islam Iran tidak dapat menutup mata atas apa yang terjadi. Pastinya Tehran akan menuntut balas atas aksi teror Amerika serta balasan tersebut pasti sangat keras.

Poin lain adalah seluruh negara kawasan harus sampai pada kesimpulan bahwa selama Amerika bercokol di kawasan, berbagai negara regional tidak akan pernah aman dan tenang.

Brigjen. Hossein Salami, Komandan IRGC tekait hal ini menekankan, teror Letjen Soleimnai sebuah titik awal bagi berakhirnya kehadiran AS di kawasan dan front muqawama sejak sebelumnya selain mengejar cita-citanya juga akan membalas darah yang tertumpah secara zalim para komandan mereka yang gugur.

Iran demi menjaga keamanan kawasan berjuang sekuat tenaga dan gugurnya Letjen Qasem Soleimani yang memainkan peran besar dalam melawan teroris di kawasan, sebuah simbol resistensi dan tekad kuat Iran untuk melanjutkan jalan penuh kebanggaan ini.

Oleh karena itu, berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh sebagian pengamat, jalan Syahid Soleimani akan dilanjutkan dengan gigih dan tidak ada keraguan di dalamnya.

Komandan baru pasukan Quds IRGC, Ismail Qaani
Seperti yang terjadi beberapa jam setelah gugurnya Syahid Soleimani, Pemimpin Besar Revolusi Islam, Ayatullah Sayid Ali Khamenei langsung menunjuk Mayjen. Ismail Qaani sebagai pengganti Syahid Soleimani. Ismail Qaani termasuk komandan senior di Sepah Pasdaran selama era perang pertahanan suci dan selama bertahun-tahun menjadi anggota pasukan Quds di samping Syahid Soleimani.

Di pelantikan ini ditekankan, program pasukan Quds saat ini sama seperti era Syahid Soleimani.

 

Jutaan warga Mashhad di Provinsi Khorasan Razavi, timur laut Republik Islam Iran turun ke jalan-jalan menghadiri tasyi' jenazah Komandan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Letnan Jenderal Qassem Soleimani dan beberapa syuhada lainnya pada Minggu sore, 5 Januari 2019.

Jenazah para syuhada tiba di Mashhad setelah tasyi' jenazah di Ahvaz dan langsung dibawa oleh dua mobil ke Bundaran Panzdah Khordad Mashhad.

Jalan dari bundaran Panzdah Khordad menuju Kompleks Makam Imam Ridha as, cicit Rasulullah Saw dipadati oleh masyarakat. Mereka membawa foto-foto Syahid Soleimani dan meneriakkan slogan-slogan anti-arogansi dunia.

Letjen Soleimani dan Wakil Komandan Pasukan Relawan Irak Hashd al-Shaabi Abu Mahdi al-Muhandis gugur syahid dalam serangan udara Amerika Serikat di Bandara Internasional Baghdad, Jumat dini hari, 3 Januari 2020.

Jenazah Haj Qassem Soleimani dan beberapa jenazah shuhada lainnya akan dibawa ke Tehran setelah tasyi' jenazah di Mashhad. Setelah tasyi' jenazah di Tehran dan Qom, jenazah Komandan Pasukan al-Quds ini akan dimakamkan di Kerman, kota kelahirannya pada hari Selasa.

Menurut pengakuan Kementerian Pertahanan AS (Pentagon), teror terhadap  Soleimani dilakukan atas perintah langsung Presiden Donald Trump. Tindakan ini merupakan contoh nyata dari kejahatan perang pemerintah AS dan puncak dari permusuhan terhadap Republik Islam Iran.

Selama 40 tahun terakhir, pemerintah AS telah melakukan berbagai kejahatan terhadap Republik Islam Iran, di mana di antara kejahatan-kejahatan itu adalah tekanan ekonomi dan sanksi, operasi militer dan kudeta, perang secara tidak langsung, penciptaan kelompok-kelompok teroris, Iranphobia, perang proksi, dan teror terhadap para ilmuwan dan para pejabat Republik Islam.

Teror terhadap Soleimani kembali menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara pemerintah Amerika dan kelompok-kelompok teroris di kawasan. Sebab, pejabat senior militer Iran ini memiliki peran besar dalam menumpas kelompok-kelompok teroris terutama teroris takfiri Daesh (ISIS).

Soleimani tidak hanya memiliki peran besar dalam menumpas kelompok-kelompok teroris di Irak, namun juga di Suriah, di mana surat kabar The Guardian beberapa hari lalu menyebutkan bahwa  Soleimani masuk ke dalam daftar 10 tokoh di balik layar yang paling berpengaruh di dunia. Surat kabar itu menulis, Amerika dan Israel telah berulang kali berusaha untuk melenyapkannya.

Majalah Amerika Foreign Policy tahun lalu juga memasukkan Soleimani dalam daftar 10 pemikir terbaik di bidang pertahanan dan keamanan. Tak diragukan lagi bahwa hal itu dikarenakan peran khusus Komandan Pasukan al-Quds IRGC (Pasdaran) dalam menumpas terorisme, terutama di Irak dan Suriah.

Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menganugerahi Letjen Soleimani dengan Lencana Zulfaqar atas pengabdiaan besarnya kepada Islam dan Iran. 

 

Letnan Jenderal Qassem Soleimani adalah Komandan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) yang ditugaskan dalam misi-misi tertentu di luar perbatasan Republik Islam Iran.

Soleimani gugur syahid dalam serangan udara Amerika Serikat di  di Bandara Internasional Baghdad, Jumat dini hari, 3 Januari 2020.

Dia diteror ketika tiba di Baghdad bersama empat pengawalnya. Serangan udara Amerika juga menyebabkan Wakil Komandan Pasukan Relawan Irak Hashd al-Shaabi Abu Mahdi al-Muhandis gugur syahid. Al-Muhandis dan empat anggota Hashd al-Shaabi gugur ketika menjemput Soleimani dan bersama dalam dua mobil.

Menurut pengakuan Kementerian Pertahanan AS (Pentagon), teror terhadap  Soleimani dilakukan atas perintah langsung Presiden Donald Trump. Trump mengklaim bahwa dia memerintahkan pembunuhan terhadap Soleimani untuk menghentikan perang, bukan untuk memulai perang baru.

Teror terhadap Komandan Pasukan al-Quds merupakan contoh nyata dari kejahatan perang pemerintah AS dan puncak dari permusuhannya terhadap Republik Islam Iran.

Selama 40 tahun terakhir, pemerintah AS telah melakukan berbagai kejahatan terhadap Republik Islam Iran, di mana di antara kejahatan-kejahatan itu adalah tekanan ekonomi dan sanksi, operasi militer dan kudeta, perang secara tidak langsung, penciptaan kelompok-kelompok teroris, Iranphobia, perang proksi, dan teror terhadap para ilmuwan dan para pejabat Republik Islam.

Teror terhadap Soleimani kembali menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara pemerintah Amerika dan kelompok-kelompok teroris di kawasan. Sebab, pejabat senior militer Iran ini memiliki peran besar dalam menumpas kelompok-kelompok teroris terutama teroris takfiri Daesh (ISIS).

Soleimani tidak hanya memiliki peran besar dalam menumpas kelompok-kelompok teroris di Irak, namun juga di Suriah, di mana surat kabar The Guardian beberapa hari lalu menyebutkan bahwa Soleimani masuk ke dalam daftar 10 tokoh di balik layar yang paling berpengaruh di dunia. Surat kabar itu menulis, Amerika dan Israel telah berulang kali berusaha untuk melenyapkannya.

Majalah Amerika Foreign Policy tahun lalu juga memasukkan Soleimani dalam daftar 10 pemikir terbaik di bidang pertahanan dan keamanan. Tak diragukan lagi bahwa hal itu dikarenakan peran khusus Komandan Pasukan al-Quds IRGC (Pasdaran) dalam menumpas terorisme, terutama di Irak dan Suriah.

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Mohammad Javad Zarif  menyebut Soleimani sebagai orang yang paling efektif dalam menumpas Daesh, Front al-Nusra, al-Qaeda dan keompok-kelompok teroris lainnya, sehingga dia menjadi incaran terorisme internasional Amerika.

Menurut pengakuan Pentagon, Trump yang memerintahkan secara langsung untuk meneror Soleimani dan Abu al-Muhandis. Langkah Trump ini merupakan bantuan besar Amerika kepada Daesh di Irak.

Soleimani memiliki peran penting dalam membentuk dan memperkuat Poros Muqawama di Asia Barat (Timur Tengah), di mana Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyebutnya sebagai "Wajah Internasional Perlawanan".

Poros Muqawama hari ini merupakan pemain yang tidak dapat diingkari di kawasan Asia Barat. Oleh karena itu, Amerika, Arab Saudi, dan Israel tentunya tidak bisa mentolerirnya, sebab, poros ini menentang segala bentuk intervensi asing dan kompromi di kawasan.

Sebagai musuh AS sejak lama, Iran diketahui memiliki banyak opsi untuk menyerang balik AS, baik secara militer maupun dengan cara lain. Puluhan ribu tentara AS di kawasan Teluk Persia masuk dalam jangkauan rudal-rudal Iran. Tidak hanya itu, Iran juga punya kemampuan melancarkan serangan siber secara diam-diam atau melancarkan serangan militer proxy terhadap target-target AS di berbagai negara.

Terkait hal itu, Trump dalam pernyataanya, memperingatkan Iran soal pembalasan dendam. Dia menegaskan bahwa militer AS telah "mengidentifikasi secara penuh" target-target Iran untuk menangkal serangan balasan. (RA)

 

Pemerintah Iran mengumumkan langkah kelima penurunan komitmen Iran dalam kesepakatan nuklir JCPOA. Dalam langkah kelima ini, Iran tidak lagi memperhatikan pembatasan-pembatasan di bidang operasional yang mencakup kapasitas pengayaan uranium, level bahan yang dikayakan dan penelitian serta pengembangan.

Fars News (5/1/2020) melaporkan, pemerintah Iran mengumumkan, Republik Isam Iran dalam langkah kelima penurunan komitmennya mengesampingkan poin kunci terakhir dari pembatasan-pembatasan operasionalnya di JCPOA yaitu pembatasan dalam jumlah sentrifugal.

Ditambahkannya, dengan demikian program nuklir Iran tidak lagi menghadapi pembatasan apapun di bidang operasional, dan seterusnya program nuklir Iran hanya berjalan berlandaskan kebutuhan-kebutuhan teknisnya saja.

 “Kerja sama Iran dengan Badan Energi Atom Internasional, IAEA akan dilanjutkan sebagaimana sebelumnya,” imbuh Tehran.

Jika sanksi dicabut dan kepentingan Iran dalam JCPOA dijamin, katanya, maka Republik Islam Iran siap kembali pada komitmen JCPOA.

IAEA berkewajiban untuk mengambil kangkah dan pendahuluan yang diperlukan dalam kerangka ini dengan koordinasi Presiden Iran.

 

Juru bicara pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO mengabarkan penangguhan misi pelatihan militernya di Irak.

Fars News (4/1/2020) melaporkan, Jubir NATO di Irak mengumumkan, menyikapi serangan udara Amerika Serikat yang menewaskan Komandan Pasukan Qods, Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC, NATO memutuskan untuk menangguhkan misi pelatihan militernya di Irak.

Beberapa jam sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Denmark juga mengumumkan penangguhan seluruh misi pelatihan militernya di wilayah Irak.

Sebagaimana dilansir kantor berita Anadolu, Jubir NATO, Dylan White, Jumat (3/1) mengatakan, NATO mengamati dari dekat perkembangan situasi kawasan, dan dengan memperhatikan transformasi saat ini, NATO melakukan sejumlah kontak dengan pejabat Amerika.

Ia menegaskan, keamanan pasukan NATO di Irak yang tengah menjalankan misi pelatihan di negara ini, sangat penting. Semua langkah yang diperlukan akan kami lakukan.