کمالوندی

کمالوندی

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, mengatakan sikap dan pandangan Republik Islam terhadap kejahatan rezim Zionis akan dipaparkan dalam KTT Luar Biasa OKI di Jakarta, Indonesia.

Ia menyampaikan hal itu kepada wartawan setelah mendarat di Jakarta, Ahad (6/3/2016), seperti dikutip kantor berita IRNA.

“Organisasi Kerjasama Islam (OKI) diminta untuk menggelar KTT Luar Biasa untuk membahas masalah Palestina dan setelah satu tahun, pertemuan itu terlaksana berkat kerja keras pemerintah Indonesia,” tambahnya.

Ia mengapresiasi pemerintah RI dalam menggelar sidang tersebut pada waktunya dan mengatakan, Republik Islam Iran dalam KTT Luar Biasa OKI akan memaparkan prinsip-prinsip kebijakan luar negerinya tentang Palestina dan sikapnya terhadap tindakan Israel dan bahaya rezim Zionis bagi Dunia Islam.

Zarif menuturkan bahwa mekanisme kerjasama di OKI dan metode memperbaiki hubungan juga akan dibahas selama pembicaraan dengan para pejabat Indonesia.

Terkait kerjasama Tehran dan Jakarta, Zarif mengatakan hubungan kedua negara mengalami kemajuan yang baik dalam satu tahun terakhir dan kunjungan ini juga akan dimanfaatkan untuk memajukan hubungan dengan Indonesia.

Kepala jawatan diplomatik Iran ini lebih lanjut menjelaskan tentang agenda kunjungannya ke Singapura, Thailand, Brunei, Australia dan Selandia Baru. Ia mengatakan bahwa delegasi Iran akan mengikuti Dialog Kerjasama Asia (ACD) ke-14 di Thailand.

“Kerjasama politik dan ekonomi serta perang melawan terorisme dan ekstremisme akan menjadi agenda utama pembicaraan dengan para pejabat Indonesia, Singapura, Thailand, Brunei, Australia dan Selandia Baru,” terangnya.

KTT Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam (OKI) akan dilaksanakan di Jakarta Convention Center (JCC) pada 6-7 Maret 2016.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran menilai penyebutan teroris terhadap Gerakan Muqawama Islam Lebanon (Hizbullah) sebagai strategi yang keliru dan bertentangan dengan kepentingan umat Islam.

Brigadir Jenderal Sayid Hassan Firouzabadi mengungkapkan hal itu pada Minggu (6/3/2016) ketika mereaksi keputusan Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC) dan para menteri dalam negeri negara-negara anggota Liga Arab yang memasukkan Hizbullah ke dalam daftar organisasi teroris.

"Hizbullah adalah anak bangsa Lebanon, nama baik Islam, sumber martabat dan kebanggaan umat Islam," imbuhnya.

Ia menjelaskan, pengusiran tentara rezim Zionis Israel dari Lebanon selatan dan pembersihan wilayah ini dari keberadaan Zionis serta pendirian perisai pertahanan yang tak tertembus untuk melawan Israel adalah di antara hadiah yang diberikan oleh Hizbullah kepada rakyat Lebanon.

Brigjen Firouzabadi lebih lanjut menyinggung prestasi Hizbullah bagi rakyat Lebanon dan bahkan bagi semua bangsa di kawasan.

"Perlawanan penuh terhadap rezim Zionis yang berambisi menduduki Lebanon dan upaya untuk persatuan berbagai kelompok di negara ini guna mendukung kepentingan nasional Lebanon merupakan fakta yang tidak dapat diingkari yang diperankan Hizbullah dalam beberapa tahun terakhir," pungkasnya.

P-GCC pada Rabu, 2 Maret 2016 memasukkan Hizbullah Lebanon ke dalam daftar kelompok teroris. Langkah tersebut diikuti oleh para Mendagri negara-negara anggota Liga Arab dalam pertemuan mereka di Tunisia.

Langkah itu disambut hangat oleh rezim Zionis Israel, namun dikecam oleh kalangan internal Lebanon dan para pendukung Muqawama.

Bab pertama: ukiran pada batu akik dan mafaatnya

a-Melindungi dari kematian buruk dan agar meninggalkan dunia dengan iman

Imam Ja’fa as-Sadiq as berkata: “Barang siapa memakai cincin [dengan batu] akik dan di atasnya ditulis

مُُحَمَّدٌ نَبِیُّ اللّه عَلِیٌّ وَلِیُّ الله

Maka Allah Swt akan menjaganya dari kematian buruk dan pemiliknya akan meninggalkan dunia dengan fitrah tauhid.” (Wasail 5/90, Jamiul Akhbar 134, Tsawab al-A’mal 174, I’laam ad-Din 392)

b- Banyak keturunan dan rejeki

Imam Ja’far as-Sadiq as berkata: “Siapa pun yang ingin harta dan anaknya banyak, dan agar rejekinya diluaskan, maka hendaknya dia menyiapkan cincin perak akik dan di atasnya ditulis

مَا شَاءَ اللهِ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ اِن تَرِن اَنَا اَقَلُّ مِنکَ مَالاً وَ وَلداً

Dan hendaknya dia setiap hari banyak berzikir

اَستَغفِرُ اللهَ رَبِّی وَ اَتُوبُ اِلَیهِ"

Minggu, 06 Maret 2016 17:41

Hikayat Kemenangan Sayidah Zainab as

Tanggal 5 Jumadil Awal tahun 5 Hijriyah, Sayidah Zainab as, cucu Rasulullah Saw, putri Imam Ali dan Fatimah az-Zahra as, terlahir ke dunia. Putri Imam Ali as ini terkenal atas ketakwaan, ketinggian ilmu, kefasihan bahasa, dan keberaniannya dalam membela kebenaran. Ketika Dunia Islam menghadapi situasi genting, Zainab as bangkit untuk membela cita-cita agama terakhir ini dan dengan tekad baja, ia berjuang agar cahaya kebenaran tidak padam.
 

Peringatan hari kelahiran Sayidah Zainab as tahun ini dilakukan dalam nuansa yang berbeda. Makam suci beliau di selatan kota Damaskus, Suriah sudah berkali-kali menjadi target serangan kelompok takfiri. Serangan itu didasari oleh pemikiran menyimpang dan interpretasi distorsif atas teks-teks agama Islam. Sebuah ideologi di mana pada masa dulu telah menghalalkan pembunuhan Imam Husein as, cucu baginda Rasulullah Saw dan para pengikutnya di Karbala.

 

Di dunia modern, ideologi yang sama menghalalkan pembantaian warga tak berdosa dan penghancuran makam suci para keturunan dan sahabat Rasulullah Saw. Situasi ini membuat relung hati para pencinta Rasul Saw dan Ahlul Baitnya tersayat-sayat. Mereka secara sukarela berangkat ke Suriah untuk melindungi makam Sayidah Zainab as dan sekarang dikenal dengan sebutan “Para Pembela Haram.”

 

Selain warga Suriah, Iran, Irak, Lebanon, dan Afghanistan, orang-orang dari Eropa dan Amerika juga terlihat di barisan Para Pembela Haram. Mereka tidak hanya melindungi makam-makam suci, tapi juga menjaga pemikiran Ahlul Bait as; sebuah pemikiran yang merefleksikan Islam murni.

 

Pada kesempatan ini, kita akan menelaah bagian tertentu dari buku “Aftab dar Hijab” yang berbicara tentang kehidupan Sayidah Zainab as dan ditulis oleh Sayid Mehdi Shujae. Penulis asal Iran ini adalah seorang cendekiawan produktif yang telah menulis berbagai buku tentang Ahlul Bait Nabi as. Dalam buku Aftab dar Hijab, Sayid Mehdi Shujae mengangkat kisah kehidupan Sayidah Zainab dalam bahasa yang indah dan sentuhan yang lembut.

 

Aftab dar Hijab mengawali kisahnya tentang kelahiran Sayidah Zainab as dan menulis, “Engkau dilahirkan ke dunia pada tahun keenam Hijriah. Husein sangat senang dengan kehadiranmu melebihi siapa pun. Ia bergegas ke arah ayahnya dan dengan gembira berteriak, ‘Ayah… ayahku sayang, Allah memberikan aku seorang adik perempuan.’ Sayidah Zahra kemudian berkata, ‘Wahai Ali kekasihku, kita beri nama apa anak perempuan kita ini?’ Ali menjawab, ‘Penamaan putra-putri kita lebih pantas dilakukan ayahmu. Aku tidak akan mendahului Rasulullah dalam pemberian nama bayi perempuan ini.’”

 

Rasulullah Saw sedang dalam perjalanan. Ketika kembali, beliau bergegas menuju rumah Sayidah Zahra as. Ayah dan ibumu (Zainab) berkata sedang menanti kepulanganku untuk memberi sebuah nama kepadamu. Rasulullah kemudian memelukmu (Zainab) dengan erat di pelukannya, mencium wajahmu yang tersenyum dan bersabda, “Penamaan bayi mulia ini adalah urusan Allah. Aku sedang menanti nama dari langit untuknya. Malaikat Jibril turun dan membawa nama ‘Zainab’ dari langit untukmu, Wahai perhiasan ayah.”

 

Zainab as memulai kehidupannya di sebuah keluarga yang sarat nilai-nilai spiritual dan kemuliaan. Karena, keluarga itu terhiasi oleh keberadaan pribadi-pribadi agung seperti, Rasulullah Saw, Ali as, dan Fatimah as. Zainab sejak kecil sudah memiliki pemahaman yang luas dan jiwa yang penuh makrifat. Saat masih kecil, ia sudah hafal pidato fenomenal ibunya, Sayidah Zahra yang sarat dengan pengetahuan Islam dan ia sendiri menjadi salah seorang perawi pidato itu.

 

Sayidah Zainab juga mewarisi ketinggian ilmu dan kemuliaan akhlak ayahnya, Imam Ali as. Di usia dewasa, ia dikenal dengan julukan Aqilah Bani Hasyim karena kecerdasannya. Ia adalah seorang wanita pintar dan memiliki pemahaman bak samudera.

 

Di bagian lain buku Aftab dar Hijab dikisahkan, “Keutamaan, kesempurnaan, kezuhudan, irfan, kesucian, dan ibadahmu membahana di seluruh geografi Islam. Jika seseorang berkata, ‘Alimah, jika orang lain berujar ‘Arifah, dan jika individu lain bertutur, Fadhilah, semua pikiran tertuju ke arahmu dan semua mata hati kembali ke sisimu… Julukan-julukan seperti, Mahbubah al-Mustafa berkisah tentang pertalianmu dengan keluarga wahyu… Masyarakat dalam sejarah dan pikirannya tidak menemukan sosok yang sama seperti engkau kecuali ibumu, Zahra yang melahirkanmu dan membimbingmu. Oleh karena itu, mereka memanggilmu dengan sebutan al-Siddiqah al-Sughra… Engkau adalah wanita mulia dalam keluarga dan kemuliaan wanita-wanita lain tidak akan menyamai kemuliaanmu.”

 

Ada banyak pelamar menanti ketika Sayidah Zainab mencapai usia dewasa, tapi ia menikah dengan Abdullah bin Jakfar, putra dari pamannya. Abdullah termasuk orang kaya Arab di masa itu, tapi Zainab sama sekali tidak menambatkan hatinya pada kehidupan materi. Abdullah adalah putra Jakfar al-Tayyar yang gugur syahid dalam perang Mu'tah. Ia dikenal sangat dermawan dan menjadi kebanggaan Bani Hasyim.

 

Buku Aftab dar Hijab lebih lanjut berkisah tentang peristiwa lamaran Zainab as dan menulis, “Bukan perkara mudah untuk melamar putri Ali, meskipun sang pelamar adalah Abdullah bin Jakfar, keponakan Ali sendiri dan orang yang paling dekat dengan keluarga Nabi Saw. Pada akhirnya, Abdullah mengutus seorang perantara untuk menyampaikan lamaran dan meminta jawaban atas perkara penting itu.”

 

Pria tua yang menjadi perantara memulai tugasnya dengan mengutip ucapan Rasulullah Saw yang bersabda, “Anak-anak perempuan kami untuk anak-anak lelaki kami dan anak-anak lelaki kami untuk anak-anak perempuan kami.” Ia juga berkata kepada Ali bahwa engkau tentukan maharnya dengan mahar ibunya, Fatimah as. Tetapi, pernikahan di matamu (Zainab) tidak sama seperti di mata wanita-wanita lain. Ketika itu engkau hanya berkata, ‘Aku menikah dengan syarat suamiku tidak memisahkanku dari Husein.’”

 

Dalam peristiwa Karbala, Abdullah bin Jakfar sempat meminta Imam Husein as untuk mengurungkan niatnya pergi ke Irak, tapi beliau tidak menerima permintaan itu, Abdullah akhirnya mengirimkan dua anaknya, Aun dan Muhammad untuk menyertai Imam Husein as ke Irak dan Sayidah Zainab as juga ikut dalam rombongan itu.

 

Sayidah Zainab as memiliki pemikiran yang tinggi dan ia tidak mengurung dirinya dalam kehidupan lahiriyah. Oleh sebab itu, keputusannya menyertai Imam Husein as ke Karbala adalah untuk menghidupkan agama Allah Swt. Demikianlah kehidupan Zainab yang bangkit melawan penguasa lalim dan durjana, Yazid bin Muawiyah. Risalah penting Zainab as dalam kebangkitan besar itu berhubungan dengan masa setelah gugurnya Imam Husein as dan para sahabatnya. Pada waktu itu, Zainab bangkit untuk memberi pencerahan kepada masyarakat.

 

Dalam pesannya, wanita mulia ini menekankan masalah rasionalitas dan penggunaan akal sehat. Dengan senjata logika dan argumentasi, Zainab menyadarkan opini publik tentang dimensi kebangkitan Karbala untuk menegakkan kebenaran. Pidatonya di Kufah dan juga di istana Yazid adalah sebuah analisa komprehensif tentang kondisi masyarakat Islam pada masa itu. Ia menyampaikan khutbahnya dengan kalimat yang indah dan penuh makna.

 

Buku Aftab dar Hijab menulis, “Ia telah menimpukkan tanah ke pundak musuh. Ia menyelesaikan tugas dengan sempurna dan tidak menyisakan pertanyaan. Hal yang ia sisakan hanya rasa takjub. Yazid, para pembesar istana, dayang-dayang, tentara, pengawal, dan bahkan rombongan yang bersamanya semua terpana. Apakah engkau Zainab yang sedang berduka? Bukankah engkau Zainab yang sedang ditawan?... Nada pidatonya bukan nada tawanan, tapi nada kepahlawanan dan kegagahan… Semua acara dan jamuan di istana sedianya digelar untuk membuatmu terhina dan kalah, tapi engkau justru dengan gagah berani dan penuh keperkasaan menghancurkan musuhmu dan mencampakkannya jauh-jauh.”

 

Sayidah Zainab as cukup mengetahui bahwa Husein as bukan milik sebuah wilayah geografi atau milik era tertentu saja. Ia harus menjelaskan dimensi kebangkinan Husein as sedemikian rupa sehingga menjadi inspirasi bagi bangsa-bangsa tertindas di sepanjang sejarah dan yang terjadi sekarang juga seperti itu.

Minggu, 06 Maret 2016 17:33

Shalat Jamaah Pertama

Pasca pengangkatan [bi’tsat] Rasulullah Saw, perintah yang pertama kali turun dari Allah kepada beliau adalah melaksanakan shalat.

Di awal hari-hari pengangkatan, suatu hari Rasulullah Saw berada di puncak kota Mekah dimana malaikat Jibril pada waktu itu turun kepada beliau dan menghentakkan kakinya di lereng gunung dan di tempat bekas kakinya memancar air yang jernih. Malaikat Jibril mengambil wudhu dari air tersebut dan kepada Rasulullah Saw dia berkata, ambillah wudhu, kemudian mengajari beliau shalat dan dia sendiri juga mengerjakan shalat.”

Rasulullah pulang ke rumahnya dalam kondisi gembira karena hadiah yang bernilai ini dan kepada istrinya, Sayidah Khadijah dan Sayidina Ali as berkata, “Ambillah wudhu dan shalatlah seperti saya!”

Setelah itu Rasulullah Saw juga terkadang pergi ke lembah-lembah Mekah untuk melaksanakan shalat dan Sayidina Alipun mengikuti beliau dan terkadang juga pergi ke masjidil haram atau Mina untuk mengerjakan shalat bersama Sayidah Khadijah dan Sayidina Ali as.

Khatib Shalat Jumat Tehran menilai kehadiran luas rakyat Iran dalam pemilu Majelis Syura Islam (parlemen) dan Dewan Ahli Kepemimpinan Iran (khobregan) menunjukkan kehidupan, pemahaman dan kewaspadaan rakyat Iran.

Hujatulislam Kazem Sedighi, Khatib Jumat Tehran dalam khutbahnya menyampaikan kegembiraan atas keamanan dan ketenangan penuh dalam atmosfir pemilu di Iran kali ini.

Ia menuturkan, rakyat Iran, untuk menjaga Revolusi Islam selalu menunjukkan kesiapan mereka di setiap arena dengan kewaspadaan dan suka citanya. Salah satu manifestasinya adalah kehadiran luas rakyat dalam pemilu hari ini.

Khatib Jumat Tehran juga menyinggung upaya musuh untuk menginfiltrasi dan menduduki Iran khususnya pasca kesepakatan nuklir.

"Eksistensi republik Islam bergantung pada kehadiran rakyat dalam pemilu dan penentuan nasib Iran serta eksistensi Keislaman pemerintah bergantung pada Wilayatul Fakih," ujarnya.

Ia menjelaskan, infiltrasi dilakukan dengan menunjuk langsung mata-mata oleh musuh atau sejumlah negara asing mengkader pejabat-pejabat di kursus-kursus mahasiswa atau merubah demografi masyarakat.

Sedighi menegaskan, musuh pemerintah dan revolusi harus tahu bahwa rakyat Iran sampai hari ini tidak pernah tunduk pada dominasi kekuatan manapun dan tidak pernah mematuhi musuh.

Pemilu Majelis Syura Islam (parlemen) ke-10 dan Dewan Ahli Kepemimpinan Iran (khobregan) ke-5, Jumat (26/2) digelar serentak di seluruh Iran.

Pemilu Majelis Syura Islam Iran dan Khobregan dimulai Jumat (26/2) pukul 8.00 hingga 18.00. Di beberapa tempat pemungutan suara, jika dibutuhkan dan mendapat pengesahan Kementerian Dalam Negeri Iran, batas waktu itu bisa diperpanjang.

Masyarakat Iran akan memilih 290 anggota Majelis Syura Islam dan 88 anggota Dewan Ahli Kepemimpinan Iran.

Sekjen Forum Internasional Pendekatan Mazhab-Mazhab Islam (FIPMI), Ayatullah Muhsin Araki mengumumkan diplomasi persatuan sebagai strategi organisasi itu.

Ayatullah Araki menyampaikan hal itu dalam pertemuannya dengan Sirajul Haq, Pemimpin Jemaat-e-Islami (JI) Pakistan di Islamabad, Jumat (9/10/2015).

Menurut Ayatullah Araki, faktor utama yang membuat musuh mampu memanfaatkan hal itu sebagai alat perpecahan di Dunia Islam, adalah masalah perselisihan Syiah dan Sunni. Di beberapa negara seperti Irak dan Afghanistan, musuh juga memanfaatkan konflik etnis.

“Musuh-musuh Islam menggunakan parabola dan dunia maya untuk menyulut perpecahan dan mempertajamnya. Berdasarkan informasi akurat, Inggris telah mengucurkan banyak dana untuk menciptakan permusuhan, kedengkian dan perang di tengah umat Islam,” tambahnya.

Dia menekankan bahwa musuh ingin memberi warna sektarian atas setiap konflik di Dunia Islam. “Propaganda Inggris menunjukkan bahwa negara itu memberi warna Syiah-Sunni atas setiap konflik yang terjadi di negara-negara Islam,” tegasnya.

Di bagian lain, Ayatullah Araki menuturkan Pakistan adalah salah satu negara besar dan berpengaruh serta dapat memainkan peran penting dalam perkembangan saat ini di Dunia Islam.

Menurutnya, para ulama Pakistan merupakan tokoh-tokoh besar Dunia Islam dan dalam hal ini, FIPMI siap membangun kerjasama dengan ulama Pakistan.

Dalam pertemuan tersebut, Sirajul Haq juga mengatakan, Republik Islam Iran punya kemampuan yang baik untuk mendukung kaum Muslim dunia dan para pemimpin Jemaat-e-Islami Pakistan selalu berkunjung ke Iran dan menjalin hubungan baik dengan Republik Islam.

Dia menegaskan bahwa perselisihan antar-mazhab dapat diselesaikan secara ilmiah dan dengan menyelenggarakan seminar di antara para ulama.

Ayatullah Araki berkunjung ke Islamabad dengan tujuan memperkuat kedekatan hubungan budaya dan agama antara Iran dan Pakistan.

Dalam penutupan Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-29 di Tehran, ditayangkan Film Muhammad Rasulullah Saw untuk para tokoh terkemuka dunia Islam.

Menurut laporan Tasnim Selasa (29/12), sebelum dimulainya penutupan secara resmi Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-29, di awal acara ditayangkan film Muhammad Rasulullah Saw besutan Majid Majidi, sutradara terkenal sinema Iran.

Film ini mendapat sambutan menarik dari para tokoh terkemuka dunia Islam dan tamu Konferensi Internasional ini.

Setelah penentangan aneh pemerintahan takfiri dan pemerintahan Barat terhadap film sinema ini, bahkan sebelum ditontonnya dan gelombang negatif media-media anti film tersebut serta penghapusan bermakna secara politisi film ini dari divisi luar negeri hadiah Oscar, mendapatkan reaksi serius dari para seniman dan pejabat negara Iran.

Pasca kejadian ini, penayangan film sinema ini untuk para tokoh terkemuka dunia Islam yang berada di Republik Islam Iran selama beberapa hari dalam rangka menghadiri acara pekan persatuan, benar-benar sebagai titik tolak serius dalam sejarah penayangan film ini.

Film ini dibuat berdasarkan sumber-sumber terpercaya dan kolektif Syiah dan Ahli Sunnah dan meriwayatkan beberapa tahun awal kehidupan Rasulullah Saw.

 

Hananeh Khalafi adalah putri jenius Iran di bidang al-Quran. Tahun lalu berhasil mendapatkan juara pertama menghafal al-Quran pada kompetisi nasional al-Quran. Suaranya yang bagus menjadikan alasan tilawah seluruh al-Quran darinya akan direkam dan disebarkan.

Menurut laporan Tasnim Rabu (30/12), Hananeh adalah penghafal seluruh al-Quran. Kini ia berusia delapan tahun dan berhasil meraih banyak kejuaraan dan yang terpenting adalah sebagai juara pertama menghafal seluruh al-Quran dalam acara kompetisi nasional al-Quran.

Ayahnya mengatakan, "Ketika ia berada di dalam kandungan ibunya, kami membacakan al-Quran untuknya. Sejak lahir sampai usia tiga tahun ia tidur berbantalkan bantal kecil yang menyiarkan bacaan al-Quran. Kemudian kami tahu bahwa dia hafal akan ayat-ayat dan surat-surat al-Quran. Ayat al-Quran telah terukir di dalam otaknya dengan sendirinya sejak dia bayi. Kami membuat program secara detil dan mendaftarkannya kursus di Darul Quran untuk membaca al-Quran dengan baik. Hananeh bisa membaca saat usia empat tahun. Tapi saat itu masih belum bisa menulis.

Bapak Khalafi melanjutkan, "Masa belajar membaca al-Quran dengan baik berlangsung selama satu tahun. Kemudian kami memulai menghafalkan al-Quran. Hananeh mampu menghafal seluruh al-Quran dalam waktu dua tahun. Tentunya hafalan dia memiliki ciri khas tersendiri dan darinya bisa ditanya dalam berbagai model untuk membaca al-Quran.

Hananeh Khalafi juga sudah pernah bertemu dengan Rahbar, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dan kepada beliau berjanji dalam waktu dekat akan belajar menerjemahkan al-Quran. Saat ini dia menguasai tujuh juz terjemahan al-Quran.

Terkait membagi dan menyebarkan file suara Hananeh, Ibunya Hananeh telah meminta izin kepada Rahbar dan beliau menyetujuinya. Sekarang untuk yang pertama kalinya di Iran akan direkam dan disebarkan bacaan seluruh al-Quran oleh seorang putri kecil Iran.

Rahbar menilai kehadiran luas rakyat Iran dalam pemilu Dewan Ahli Kepemimpinan dan Parlemen negara itu, sebagai faktor penting untuk memperkuat pemerintahan Islam dan menggagalkan konspirasi-konspirasi musuh.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Rabu (24/2) pagi bertemu dengan warga kota Najafabadi.

Rahbar menuturkan, ketika musuh menyaksikan, setelah 37 tahun, di bawah tekanan dan sanksi-sanksi menindas serta propaganda tendensius dan merusak, tidak mampu mengganggu kesetiaan rakyat pada pemerintahan Islam, keagungan Revolusi di mata mereka semakin jelas.

Rahbar menegaskan, salah satu senjata dan kebohongan musuh yang selalu diulang dalam pemilu, adalah adanya parlemen pro-pemerintah dan anti-pemerintah, di Iran.

Akan tetapi, kata Rahbar, rakyat Iran tidak menginginkan keduanya, rakyat ingin parlemen yang berani dan taat agama, mengenal kewajiban dan tidak takut Amerika Serikat.

Ayatullah Khamenei menambahkan, bangsa Iran mendambakan sebuah parlemen yang mengetahui cara mengobati penderitaan masyarakat, sebuah parlemen yang taat agama, memegang komitmen dan berani.

"Parlemen yang tidak mudah termakan tipuan musuh, yang menganggap penting kemuliaan dan independensi. Berani melawan ketamakan kekuatan-kekuatan yang tangannya terputus dari Iran dan ingin kembali," lanjut Rahbar.

Rahbar menjelaskan bahwa Amerika pasca perundingan nuklir, menyusun rencana-rencana busuk di kawasan dan Iran.

Ia menegaskan, hal ini jelas bagi kita, untuk dalam negeri, musuh menggunakan infiltrasi, oleh karena itu semua harus mewaspadai infiltrasi dan mencegah perpecahan yang dibuat musuh.