Meski hanya modal teriakan mengutuk Zionisme dan membela Palestina lewat aksi bersama turun ke jalan, itu sudah menjadi hujjah dihadapan Allah swt, bahwa kita punya keberpihakan dan kepedulian.
Mengenai nasib Palestina bukan soal umat Islam, melainkan soal kemanusiaan. Tidak sedikit umat Islam bersikap arogan mengenai Palestina, seolah-olah Palestina hanya milik umat Islam, seolah-olah hanya umat Islam yang membela dan mendukung perjuangan rakyat Palestina terbebas dari penjajahan Zionis. Tidak sedikit kelompok-kelompok Yahudi yang anti Zionis dan menyebut berdirinya Israel sebagai negara adalah bid'ah dalam agama Yahudi, belum lagi dari Kristiani. Yang pertama bereaksi keras dengan aksi demonstrasi mengutuk pidato pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai ibukota Israel justru aktivis-aktivis Amerika Serikat sendiri, yang didominasi Kristiani dan aktivis gereja.
Mengapa Palestina harus dibela? bukan semata karena disanalah tanah suci dan kiblat pertama umat Islam berada, melainkan karena disana telah terjadi penjajahan dan penjarahan selama puluhan tahun. Palestina adalah negara merdeka yang berdaulat, dan punya wilayah teritorial yang diakui resmi dunia. Namun segerombolan Yahudi datang di wilayah Palestina datang dan membuat koloni. Dengan dukungan Inggris, Yahudi mendirikan negara di atas wilayah Palestina dengan nama Israel tahun 1948. Negara yang pertama mengakui kedaulatan Israel adalah Amerika Serikat. Oleh karena itu, ketika menyatakan diri mendukung kemerdekaan Palestina, mengutuk dan menjadikan Amerika Serikat dan Inggris sebagai musuh menjadi sebuah keniscayaan.
Disaat semua negara-negara lain didunia telah merdeka, Palestina tetap berada dalam penjajahan dan ketertindasan yang berlarut-larut. Solusi dua negara yang ditawarkan PBB, bahwa Israel dan Palestina menjadi dua negara yang berdampingan secara damai, terang ditolak mentah-mentah rakyat Palestina. Israel bangsa pendatang, yang datang menjajah dan mendirikan negara diatas negara yang berdaulat dan merdeka, yaitu di Palestina. Bagi rakyat Palestina, hanya satu solusi: Israel harus bubar, apapun taruhannya. Imam Khomeini menyebut, Israel harus terhapus dari peta dunia.
Mengakui kedaulatan Israel, sama saja mengakui penjajahan atas Palestina. Itulah mengapa Indonesia menolak mengakui kedaulatan Israel, sebab sama dengan menghantam prinsip bangsa Indonesia sendiri yang menentang adanya penjajahan di muka bumi. Kelompok-kelompok sesat Yahudi mengklaim Palestina adalah tanah yang dijanjikan Tuhan untuk mereka. Dengan dalil-dalil agama dan kitab suci, Israel melegalkan penjajahan dan perampasan.
Sayang, tidak sedikit mereka yang katanya membela Palestina justru mendukung ISIS mendirikan negara diatas negara Irak dan Suriah yang berdaulat. Apa yang dilakukan ISIS, tidak ubahnya yang dilakukan kelompok Yahudi Zionis diawal-awal pendirian Israel. Merampas paksa tanah orang lain dengan kekerasan, penyerangan dan pembunuhan yang dilabeli dengan dalil-dalil agama dan mengatasnamakan perintah Tuhan.
Palestina harus dibela, bukan semata karena di Palestina ada al-Quds yang merupakan kiblat pertama umat Islam, melainkan karena di Palestina terjadi penjajahan dan perampasan hak-hak kemanusiaan. Membela Palestina, meniscayakan kita untuk turut membela Irak, Suriah, Yaman bahkan sampai Rakhine. Jangan parsial, dan memilah-milah. Jangan karena yang menjajah dan menindas di Palestina dan Rakhine adalah non muslim, maka kita teriak lantang membela, namun ketika yang melakukan arogansi dan serangan bersenjata di Irak, Suriah dan Yaman adalah muslim, maka kita mendiamkan atau malah memberikan dukungan.
Salah satu yang membela Palestina, adalah Iran, yang dengan itu benar-benar menunjukkan keseriusannya. Iran sampai konsisten tidak mau mengakui Israel sebagai negara, termasuk enggan punya hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat dan Inggris yang disebut Iran punya andil besar dalam berdirinya Israel. Kengototannya membela Palestina dan menolak Israel, membuat Iran diboikot, diembargo dan dikucilkan di panggung internasional. Asal tahu saja, setiap tahunnya Iran mengadakan konferensi internasional bela Palestina, termasuk menetapkan Jumat terakhir di bulan Ramadhan sebagai hari al-Quds, yaitu hari turun ke jalan menyuarakan dukungan untuk Palestina dan berteriak kencang mengutuk Israel, Amerika Serikat dan Inggris. Tidak tanggung-tanggung, dalam aksi tersebut yang hadir sampai jutaan orang. Pengakuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa Yerusalem sebagai ibukota Israel, memicu kemarahan rakyat Iran. Ulama-ulama Iran, termasuk Presiden Iran menyerukan secara serentak kepada semua lapisan masyarakat Iran disemua kota-kota besar Iran untuk mengadakan aksi turun ke jalan seusai salat Jumat untuk mengecam pengakuan Trump itu.
Apa manfaatnya? apa pengaruhnya? tidak sedikit kekuasaan digdaya runtuh hanya lewat aksi massa di jalan-jalan. Jangan pungkiri, kediktatoran Marcos di Filipina, Soeharto di Indonesia, dan Husni Mubarak di Mesir itu tumbang karena teriakan-teriakan massa. Meski hanya modal teriakan mengutuk Zionisme dan membela Palestina lewat aksi bersama turun ke jalan, itu sudah menjadi hujjah dihadapan Allah swt, bahwa kita punya keberpihakan dan kepedulian.