Biografi Ayatullah Mar'asy Najafi (rah)

Rate this item
(2 votes)
Biografi Ayatullah Mar'asy Najafi (rah)


Kelahiran dan Kehidupan
Sayyid Mar’asyi an-Najafi dilahirkan di kota Najaf, pagi hari, Kamis tanggal 20 Safar tahun 1315 H. ( bertepatan dengan empat puluh hari lahirnya Imam Khomaini) di dalam sebuah keluarga yang penuh dengan ilmu dan keilmuan. Nasab beliau dapat telusuri hingga Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib As melalui tiga puluh empat kakek, kesemuanya adalah para pemuka ulama’ mujahidin. Sedangkan ayahnya adalah salah seorang Ulama’ Najaf, yaitu A^yatullâh Sayyid Mahmud Syamsuddin Al-Mar’asyi, dan kakeknya adalah pemuka para hukama’ (orang-orang alim), yaitu Ayatullâh Sayyid Syarafuddin 'Ali yang lahir di daerah Karbala. Beliau merupakan salah seorang murid Syaikh Ansâri penulis kitab Al-Makâsib. Beliau juga salah seorang murid Syaikh Hasan penulis kitab Al-Jawâhir. Sayyid Syarafuddin adalah sahabat dekat Syaikh Muhammad Abduh Al-Mishri (Mesir), beliau memiliki karya-karya besar, dan beliau telah berkeliling di dunia Islam untuk menyebarluaskan agama Islam yang lurus.

Diriwayatkan bahwa beliau adalah termasuk orang-orang yang jenius dan luar biasa dizamannya dalam masalah fiqh, usul, hadits, rijâl (Ilmu yang membahas tentang para perawi hadits), sejarah, nasab, sandi, nujum, trigonometry, serta perwakafan. Beliau juga memiliki pandangan yang luas dalam ilmu-ilmu tata surya, bulan dan perbintangan (astronomi). Adapun paman-paman beliau juga termasuk para ulama’ yang mulia, terkenal, dan tersebar suara mereka di antara para ulama’.

Ayahnya telah mencatat di masa kelahirannya bahwa, setelah kelahirannya yang baru disucikan, beliau membawanya ke haram datuknya Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Tâlib As untuk mengambil berkah atau ber-tayammun, kemudian beliau membawanya kepada guru beliau A^yatullâh Hasan al-Khalily Ath-Thahrany. Kemudian setelah itu beliau memuliakannya dengan memberikan nama seperti nama beliau sendiri yaitu Muhammad Husain serta mendo'akan kepadanya. Kemudian dia dibawa ke hadapan ustazd beliau yaitu Syaikh Nuri salah seorang tokoh dan pakar para ahli hadits, beliau pun memuliakannya dan memberikan kuniyah Abil Ma'ali kepadanya. Lalu beliau membawanya ke tempat ustazd beliau yang bernama Sayyid Shadruddin, kemudian beliau pun memberikan gelar syihabuddin kepadanya.

Sayyid Syihabuddin hidup dan tumbuh besar di rumah yang penuh ilmu, kepemimpinan dan kemuliaan, di dalam keluarga yang terkemuka, dari mereka beliau memperoleh kecintaan kepada Allah, Rasul-Nya Saw. dan Ahlul Bait As, cinta kebaikan dan kedamaian, serta berinteraksi dengan ilmu-ilmu agama dan amal-amal saleh. Dan beliau menukil bahwa ayahandanya menemani beliau belajar kepada Al-Akhun Ra seorang Muhaqqiq (peneliti) dan penulis kitab Al-Kifayah sedangkan beliau pada saat itu belum baligh. Beliau sangat terkesan dengan keagungan kajian serta kejelasan suara Muhaqqiq (Akhun) tersebut.


Tempat Yang Agung
Ayah beliau telah mengetahui bahwa beliau akan menjadi sosok yang memiliki tempat yang agung, dan hal tersebut adalah tampak tatkala beliau menyandang akhlak-akhlak mulia semenjak masa kecil. Pada saat ibundanya menyuruh supaya beliau membangunkan ayahandanya, permintaan ini dinilai sangat berat oleh beliau untuk memenuhinya, maka beliau pun mengusap pipi dan wajah beliau dengan telapak tangan ayahandanya maka terjagalah ayahandanya kemudian setelah merasakan sentuhan yang lembut ini, dan melihat sikap rendah diri dari putranya yang saleh ini ayahandanya pun segera mengangkat kedua tanganya ke langit dan mendo'akan anaknya supaya mendapat taufik dari Allah.

Ayatullâh Mar'asyi al-Najafi berkata: Sesungguhnya aku mendapatkan kedudukan ini dan Allah selalu memberikan taufik-Nya kepadaku adalah berkat do'a orang tuaku (Ra).


Belajar
Sayyid Al-Mar'asyi belajar dasar-dasar membaca dan menulis di kota Najaf dan menekuni pelajaran ilmu-ilmu alat Bahasa Arab seperti, nahwu, sharaf, balâghah, kemudian ilmu-ilmu naqli seperti fiqh dan usul, serta ilmu-ilmu aqli seperti mantiq (logika) dan filsafat. Beliau juga belajar kepada para 'ulama terkemuka di kota Najaf serta kota Kadzimiah yang suci.

Pada saat itu beliau tidak penah meninggalkan satu ilmupun dari ilmu-ilmu secara silih-berganti di Hawzah kecuali beliau telah memperolehnya. Di antara ilmu-ilmu yang diperolehnya adalah Ilmu perbintangan, astronomi, ilmu hitung, geometri dan seluruh cabang ilmu matematika. Sebagaimana halnya beliau juga belajar ilmu kedokteran dan mukadimah-mukadimahnya selama dua tahun dan beliau berkata: " Sesungguhnya aku belajar ilmu kedokteran agar aku dapat memenuhi pengobatan pada diriku sendiri disaat kondisi keterpaksaan dan aku telah mendapatkan manfaat yang banyak darinya".

Sayyid Mar'asyi memiliki kelebihan dibandingkan marja'-marja' saat itu di bidang ilmu nasab (geneologi), dan hal ini telah masyhur. Beliau adalah seorang marja' satu-satunya untuk kebanyakan manusia dalam ilmu ini sebagai pembatas seperti apa yang dimaksudkan oleh beliau.


Di Kota Suci Qum
Setelah mendapatkan syahadah (ijazah) ijtihad dari guru-gurunya, Sayyid Mar'asyi Najafi berhijrah dari kota Najaf dan menetap sementara di kota Tehran, kemudian pindah ke kota suci Qum untuk membantu Yayasan Hawzah Ilmiyyahnya Ayatullâh al-Uzma Syaikh Abdul Karîm al-Ha'iri dikota itu, sekaligus belajar dengan beliau hingga mulai mengajar fiqh dan usul di tingkatan Bahtsul Kharij (pendidikan pra ijtihad). Sebelum subuh beliau mengajar satu pelajaran, lalu mengimami shalat jama'ah subuh di haram (kuburan suci) Sayyidah al-Ma'shumah yang mulia, kemudian mengajar satu pelajaran lainnya. Setelah itu pulang ke rumah untuk sarapan pagi, kemudian kembali mengajar hingga malam hari, dan demikian seterusnya.

Beliau lalui aktivitas keseharian dan menjalankan takif-taklifnya semacam ini selama 40 tahun, yaitu mengajar di Hawzah Ilmiyah Qum yang berdekatan dengan makam yang mulia Sayyidah Fathimah al-Ma'sumah putri Imam Musa bin Ja'far As. Melalui tangan dan jerih payahnya sendiri yang mulia, beliau mengajar dan membina ratusan ustadz dan ulama' seperti Sayyid Syahid Mustafa Khomeini (putra Imam Khomaini), Syahid Murtada Mutahhari, Sayyid Mahmud Taliqâni, Syaikh Hâsyimi Rafsanjani dan lain-lainnya yang tidak dapat kami sebutkan namanya. Dan Sayyid Mar'asyi juga memulai pelajaran pertamanya dalam bidang tafsir Qur'an untuk tingkat umum di kediamannya sendiri di kota suci Qum.


Karya-karya beliau
Sayyid Mar'asyi memiliki banyak karya tulis yang bermanfaat yang memenuhi perpustakaan-perpustakaan khusus dan umum.

Sepanjang hayatnya Sayyid Mar'asyi telah disibukkan dengan menulis kitab dan penelitian. Pada masa musim panas ketika Hawzah menjalani masa libur para ulama' keluar dari kota suci Qum karena tidak kuat menahan panasnya cuaca, menuju ke tempat-tempat yang hijau yang memiliki iklim yang kondusif dengan tujuan untuk menghabiskan waktu musim panas, akan tetapi Sayyid (Mar'asyi) menahan panasnya musim panas yang mematikan dan menahan panasnya kota demi penulisan dan penelitiannya. Beliau bernaung di bawah dinding rumah, dan pada setiap satu jamnya selalu membawa pindah kitabnya untuk mencari tempat yang teduh, dan bertahun-tahun beliau dalam kondisi yang demikian ini, menulis dan menulis…..

Maka sudah seharusnya kalau sosok ini memiliki perhatian yang tinggi dan tekat yang begitu kuat untuk membuahkan ratusan karya tulis.

Beliau mewasiatkan kepada putranya supaya mencetak karya-karya yang telah ditulis sepanjang umurnya dan menghabiskan masa mudanya untuk menyusun ilmu terutama hal-hal yang gharib (hal-hal yang langka), dan per-nasab-an.


Guratan Pena Sayyid Al-Mar'asyi An-Najafi.
Beliau yang mulia berkata:

"Sebagian para pecinta dan ikhwan meminta agar aku menjelaskan tentang diriku, dan akupun memenuhinya, maka secara singkat aku mengatakan:"

"Aku adalah Syihabuddin Muhammad Husain Abul-Ma'ali yang masyhur dengan "An-Najafi” seorang pelayan ilmu-ilmu para Imam dari keluarga yang kudus.

Aku dilahirkan pagi hari Kamis pada tanggal 10 Safar 1315 H di Najaf Al-Asyraf. Najaf adalah bumi pertama kali yang aku jejaki. Sejumlah orang alim, yang bertaqwa, serta menjalankan amar ma'ruf dan nahi munkar mengumandangkan Adzan dan Iqamah ditelingaku, mereka diantaranya adalah: Para Ayatullâh yang jelas dan hujjah-hujjah yang tampak Hâji Mirza Husain al-Khalili al-Razi, Hâji Mirza Hasan An-Nuri Syaihkul Masyayikh (gurunya para guru) dalam masalah riwayat hadits, Hâji Ismâil as-Sadr al-Musawi al-Ishfahâni, dan Sayyid Murtada ar-Radawi al-Kasymiri – Semoga Allah mensucikan jiwa-jiwa mereka dan mengumpulkannya bersama para Imam. Dan Ayahku al-Allamah al-Marhum (Qs) membubuhi dahiku dengan turbah (tanah) suci Imam Husain –salam sejahtera Allah atas kemuliaannya – lalu mereka membawaku ke Haram datukku Amirul Mukminin As. Setelah dimandikan dan disucikan, mereka juga membawa aku untuk mengelilingi kawasan marqadnya yang suci dan mulia.

Setelah aku mencapai usia lima tahun, aku belajar al-Qur'an kepada nenekku Syarifah At-Thahirah yang mulia At-Thabathabaiyyah ibunda dari ibukku (Qs) dan aku juga belajar darinya kitab-kitab sastra (Arab). Aku mengambil pelajaran al-mizân, nahwu dan lain-lainnya dari Syaikh Syamsyuddin al-Isyqi A^bâdi, seorang tamu (pemondok) di kota Najaf al-Asyraf, Sayyid Mahmud al-Muallim al-Hasani al-Mar'asyi at-Tustari dan lain sebagainya. Kemudian aku belajar mukaddimah pelajaran fiqh dan usul dari seorang sastrawan, al-Allamah Muhammad Kazim al-Khuram Abadi an-Nahwi dan juga para Ayatullâh yang agung seperti Syaikh Murtada aAt-Taliqani, Syaikh Muhamad Husain al-Ishfahani as-Sadhi, Mirza Mahmud Syirâzi, Mirza A^ghâ al-Ishtahbanati, Syaikh Hasan ar-Risyti, Syaikh 'Abdul Hasan ar-Risyti, Mirza 'Ali A^ghâ Al-Irwani, Mirza Abil Hasan al-Misykini penulis kitab "Al-Hasyiah 'Alal Kifayah" serta Syaikh Muhammad Husain Ath-Tahrani al-Qajar dan lain-lainnya.

Dan aku menyelesaikan pelajaran selain usul dan fiqh kepada sejumlah (guru besar), diantaranya:

A^yatullâh al-Hâj Syaikh 'Abdul Karîm al-Hâiri, A^yatullâh Syaikh A^ghâ Dhiyauddin al-'Irâqi dan A^yatullâh A^ghA^ Rida al-Ishfahâni (Qaddasallahu Asrarahum).

Aku mendapatkan sebagian ilmu seperti matematika dan lainnya dari sejumlah guru, diantaranya:

Guruku Syaikh Mirza Mahmud al-Ahri, Syaikh Haidar 'Ali ar-Riqâ' an-Naini yang merupakan penduduk Tehran penulis "Al-Hawasyi" atas Syarah Al-Jahmini, al-Allamah A^yatullâh A^ghâ Hasan an-Najm A^bâdi, Mirza Bâqir al-Irwâni, Yasin 'Ali Syâh al-Hindi yang bermukim di pelataran mulia 'Alawi, serta al-Allamah Sayyid Hibatuddin Asy-Syahrastani dan lain-lainnya.

Aku mendapatkan pelajaran ilmu hitung, geometri, dan seluruh pengetahuan sekolah dari Syaikh 'Abdul Karîm al-Busyahri penulis kitab "Enam Ribu Masalah" di dalam perhitungan dan pendiri sekolah Sa'adat di Syirâz, dan Syaikh A^ghâ Muhammad al-Mahallati penulis kitab "Guftare Khusy Yâre Qelly" serta Syaikh Muhammad al-Munjim dan lain-lainya.

Aku mendapatkan pelajaran tafsir dari guru dan pembimbingku di rumah beliau yaitu Syaikh Muhammad Hasan bin Muhammad Khâlil as-Syirâzi seoarang pelajar yang bertempat tinggal di kota Surra man ra'a (Samura'), dan al-Allamah ayahku (semoga Allah membalasnya dengan kebaikan dan memberikan taufik kepadaku hingga aku dapat memenuhi hak-haknya), dan mendapatkan ilmu tajwid dari al-Allamah Sayyid Ibrâhim ar-Rawi, Syaikh Nuruddin asy-Syafi'i yang dikenal dengan nama Syaikh Nuri, al-Allamah Sayyid Ahmad yang dikenal dengan sebutan Sayyid A^ghâ at-Tasturi al-Jazairi serta al-Allamah Hâji Mirza Farajullâh at-Tabrizi tamu Najaf Al-Asyraf. Dan aku mendapatkan pelajaran ilmu per-nasab-an dari al-Allamah ayahku, dari dua pakar sanad dan âkhun, yaitu Sayyid Mahdi dan Sayyid Rida keduanya berkebangsaan Bahrain tamu Najaf Al-Asyraf. Dan aku membaca "al-Masalik, al-Mamalik, dan al-Jughrafiya" di hadapan Dr. Ali Khan – Andalib Zadeh- (Rahmatullah Alaih), aku belajar ilmu kalam (teologi) dan filsafat kepada sekelompok ulama' seperti Mirza Tâhir Attakabuni, Hâji Mullah 'Ali Muhammad an-Najafi A^bâdi – semoga Allah membalas kebaikan kepada mereka dariku dan mudah-mudahan aku dapat memenuhi hak-haknya – dan lain-lainnya (semoga Allah merahmati yang telah mendahuluhi kami dan memanjangkan umur kami yang masih hidup).

Aku juga telah berguru kepada sejumlah Ulama' Ahlussunnah dan Zaidiyyah di dalam fiqh mereka dan lainnya, diantaranya adalah: Syaikh Nuruddin Asy-Syafi'i yang dikenal dengan nama Syaikh Nuri al-Hâfiz al-Qari, aku mendapatkan pelajaran dari beliau tajwid dan tilawatul Qur'an dan aku membaca hampir sepertiga dari "Sahih Bukhâri" di hadapan Sayyid 'Ali, Khatib Najaf al-Asyraf, dan aku membaca "Sahih Muslim" di hadapan Syaikh Abdussalam al-Kurdistani, aku membaca "Syamailuttirmidzi" di hadapan Sayyid Abdul Wahhâb al-Hanafi, Mufti Karbala' dan kitab-kitab lainnya kepada ustazd-ustazd yang lain. Aku membaca "Sahifah al-Imâm 'Ali bin Musâ Ar-Rida As" dan "Amali al-Imâm Abil Hasan Al-Hâruni" dari para Imâm Zaidiyyah dan kitab Annafhatul Anbariyyah fi Sulalati Khairilbariyyah" dari Sayyid al-Allamah Jamaluddin Ahmad al-Hasani yang bermazdhab Zaidiyyah al-Kaukabani yang berasal dari al-Yamani dan bertempat tinggal di India yang melakukan kunjungan ke Iraq dan menjemput ajalnya di Masyhad al-Kazimiyyah dan dikebumikan, dan kebanyakan aku memanfaatkan ilmunya saat aku berkunjung ke Haram kakekku Amirul Mukminin As tempat kelahiranku.

Pada tahun 1339 aku berpindah ke Masyhad Sarra Man Ra'a (Samarra') dan aku jadikan sebagai tempat tinggal, aku menetap di sana satu masa dalam keadaan sibuk dengan belajar, menjauh dari bergaul dengan masyarakat, serta membangun keramahan dengan Tuhanku. Dan aku memanfaatkan dari berkah-berkah pintu dan tanah yang mulia dan tinggi tersebut, yang tidak mampu diucapkan melalui bahasa tulisan. Kemudian aku berziarah ke Masyhad dua Imam (As) beberapa saat dan aku berlindung di halamannya yang mulia. Dan di sela-sela masa mukimku disana, aku menyempatkan diri untuk belajar ilmu dirayah dan al-rijâl serta fiqh kepada A^yatullâh Sayyid Hasan as-Sadr, dalam pelajaran usul dari A^yatullâh Syaikh Mahdi al-Khalishi, dalam hadits dan tafsir secara umum dari Sayyid Ibrahib ar-Rawi asy-Syafi'i al-Baghdadi salah seorang dosen di Universitas Sayyid Sultan 'Ali di antara universitas-universitas yang ada di Baghdad. Kemudian aku kembali ke tempat sujudku dan tempat tinggal ketenanganku yang mulia, dan aku menetap disana untuk melanjutkan tugas-tugasku.

Kemudian aku meninggalkan tempat ini pada bulan Safar tahun 1342 H. menuju ke Iran dengan tekad yang kuat untuk berziarah ke Haram Imam 'Ali bin Musâ ar-Ridâ As, aku sampai di Tehran dan menetap di sana sekitar satu tahun, dengan mengambil manfaat dan mencari cahaya dari orang-orang yang mulia seperti A^yatullâh Syaikh Abdunnabi al-Hâj, A^yatullâh A^ghâ Hasan an-Najm dan A^bâdi, dan lain-lainnya.

Pada tahun 1343 H. aku mendapatkan taufik dari Allah dengan mencium tanah yang mulia dan suci Sayyidah Fatimah al-Ma'sumah As putri Imam Musâ bin Ja'far As, aku menemukan kehidupan pada jiwaku di Qum, menikmati pintu-pintunya, dan tempat aku mengadu di sisinya serta berlindung dengan kemuliaannya. Bagaimana tidak, beliau adalah Ahlul Bait (keluarga suci nabi) yang keseluruhannya dipenuhi dengan kemuliaan, tanda-tanda imamah (kepemimpinan) memancar di dahi mereka, tidak akan pernah sia-sia orang yang mengadu kepada mereka serta senang menziarahi mereka.

Pada tahun 1350 H. aku mendapatkan pertolongan Tuhan dengan kemuliaan untuk dapat menziarahi tuanku, putra dari para tuan, syaikh Al-Alawiyyin dizamannya, tuanku Ahmad al-Wara' al-Karim yang masyhur dengan sebutan "Syah Jarahg" yang dikuburkan di Syiraz, dan saudara Muhammad Al-'Abid putra Imam Musâ bin Ja'far (As), dan aku juga beruntung dengan menziarahi Imam Hammam yang merupakan mentarinya para matahari yang terbit dan rembulannya para purnama yang bercahaya tuanku Abil Hasan 'Ali bin Musâ Ar-Ridâ (salam sejahtera untuk keduanya), dan aku mencium tanahnya yang mulia dan suci sehingga betapa banyak anugerah-anugerah-Nya yang diberikan kepadaku di dalam perjalanan tersebut.

Ketika aku menetap di kota Qum yang mulia aku bepergian ke sejumlah kawasan 'Ajam (non-Arab) seperti: Arâk, Hamadan, Busyahr, Zanjân, Tabriz, Syahrud, Sabzawar, Qazwin, Ishfahan, Naisyabur, Syiraz, Abhar, Mayanj dan lain-lainnya, dan aku berkumpul dengan orang-orang mulia di sana sehingga kami bisa saling bertukar pengetahuan dan pengalaman serta saling mendo'akan kebaikan satu sama lainnya sebagai rasa syukur atas segala nikmat-Nya.

Adapun apa yang muncul dari karya-karya tulisku yang murni adalah banyak tulisan-tulisan yang baik adalah kitab-kitab fiqh, usul, sastra, teologi, matematika, rijâl (Ilmu tentang periwayat hadits), ilmu nasab (geneologi), hadits, târikh dan lain-lainnya. Dan di antara kitab-kitab yang paling penting yang aku tulis adalah "Musyajjarat Al-Hasyimiyyah (Nasab Keturunan Bani Hasyim) yang aku beri nama "Musyajjarat Alu rasulillah Al-Akram Saw" itu adalah di antara yang paling layak untuk aku persiapkan sebagai bekal di hari Kiamat nanti di saat aku membutuhkan. Aku telah meneliti dan menuturkan nasab-nasab keluarga Alawi (keluarga keturunan Ali dan Fathimah putri Rasul Saw) sesuatu yang tidak aku temukan di tempat lainnya, aku dengarkan langsung dan aku peroleh riwayat-riwayat itu dari almarhum ayahku sendiri, al-Allamah dan dari guruku Sayyid Muhammad Mahdi al-Ghuraifi al-Bahrâni serta dari saudara beliau, yaitu Sayyid Muhammad Ridâ.

Kitab 'Mishbah al-Hidayah" catatan kaki pada al-Kifayah Fil-Ushul dalam dua jilid.

"Masarihu al-Afkar fi halli matharihil-Anzhar" catatan kaki pada Taqrirât (penjelasan)-nya Syaikh Ansâri.

"At-Ta'liqat (catatan kaki)" pada kitab "Ihqâqul-Haq" milik pakar teologi Syi'ah al-Allamah al-Qâdi Nurullâh al-Mar'asyi yang telah syahid, dalam puncak keterbukaan di dalamnya aku menyebutkan referensi-referensi teman kami dalam pokok-pokok permasalahan akidah, usul dan fiqh yang terjadi perbedaan pendapat antara kami dan masyarakat. Dan Ta'liqat (catatan kaki) ini terdapat diantara sekian banyak jilid kitab yang memenuhi akal orang yang mengkajinya, Mudah-mudahan Allah berkenan menjadikannya sebagai bekal simpanan untukku dihari kelak nanti saat aku membutuhkannya.

"At-Ta'liqât (catatan kaki)" pada kitab "Umdah At-Tâlib" yang telah melelahkan diriku, dan aku menyebutkan Tarajul Alawiyyin, terutama orang-orang yang terlibat di dalam sanad-sanad riwayat hadits. Barang siapa merujuk kepadanya maka dia akan terhenti pada sebuah kelompok yang sangat besar dengan menyandarkan (mengambil sanad) dan meriwayatkan dari mereka, dan mereka tidak disebut-sebut di dalam beberapa kitab rijâl (kitab tentang periwayat hadits) dengan dipuji atau dicela, dan secara global akan kelemahan dari penjelasan. Semoga Allah memberikan taufik kepadaku untuk menyempurnakan serta membukukannya.

Kitab "Mazaraat Al-Alawiyyin" yang ada di berbagai belahan daerah dunia, maka jangan lagi engkau bertanya tentang bagaimana susah dan lelahnya dalam penulisan kitab tersebut, dan ditulis secara tematik.

Kitab "Thabaqât An-Nâsabin" yang tertulis dalam dua jilid dengan memuat sejumlah ulama' pakar nasab (geneolog) sejak abad pertama hingga di era sekarang ini, dan ia juga tersendiri dalam babnya.

"Risâlah" dalam istilah-istilah para fuqaha' (para pakar ilmu fikih) yang aku tulis menurut tipe buku-buku bahasa.

Kitab "Jadzbul Qulub ila Diyâril Mahbub" dalam masalah kehidupan-kehidupan yang sesuai dan baik.

Kitab "Al-Kasykul" dalam beberapa jilid.

Kitab "At-Ta'liqah ala Al-Fara'id" dalam pembahasan Ushul.

Kitab "At-Ta'liqah ala Al-Qawanin".

Kitab "At-Ta'liqah ala Syarhi Al-Lum'ah".

Kitab "At-Ta'liqah ala Hasyiyah" yang ditulis oleh Maula Abdullah dalam pembahasan tentang mantiq (logika).

"At-Ta'liqah (catatan kaki)" atas kitab Al-Muthawwal yang aku beri nama "Al-Mu'awwal fi Amril Muthawwal".

Kitab "At-Ta'liqah 'ala Nukhbatu Al-Maqal" yang membahas tentang ilmu rijâl (periwayat hadits), ditulis oleh al-Allamah Sayyid Hasan al-Burujurdi, dan aku mencetak catatan kaki (ta'liqah) ini beserta redaksi aslinya.

Kitab "Saja' Al-Balabil fi tarjamati Shahibil Wasail" yang telah dicetak bersama "Itsbat Al-Hudah" yang ditulis oleh beliau juga (penulis kitab Al-Wasail) Quddisa sirruh.

Kitab "Al-La'ali Ats-Tsaminah" terjemahan kitab yang ditulis oleh al-Alamah Muhammad Khudâ Pandeh dan al-Allamah Qâdi Nurullâh al-Mar'asyi at-Tasturi dan lain-lainnya. Dan kitab ini telah dicetak bersama kitab "Al-Ihqâq" jilid yang pertama.

Kitab "Risâlah" terjemahan kitab karangan seorang yang sangat alim yang masyhur dengan sebutan Ibnu al-fatal An-Naisyaburi penulis kitab "Raudhah Al-Wa'izhin" dan aku telah mencetaknya bersama-sama terakhir ini.

Kitab "Risâlah Mufarrijul Kurub" sebuah terjemahan dari seorang penulis "Irsyadul Qulub" yaitu al-Allamah Syaikh Hasan ad-Dailami yang telah aku cetak dengan terjemahan kitabnya di akhir-akhir.

Risalah tentang "Sair wa Suluk".

Kitab "Risalah fi Al-Jufr".

Tulisan terjemahan dari Sayyid Abul Fadl al-Yunani, seorang penulis kitab "Annafhatu Al-'Anbariyyah".

Kitab tentang penafian terhadap tahrif (perubahan terhadap al-Qur'an), semoga Allah memberikan taufik untuk menyempurnakan dan membukukannya, dan lainnya berupa kitab-kitab, risalah-risalah, matan-matan (redaksi-redaksi) serta catatan kaki-catatan kaki. Aku berharap dari anugerah-Nya yang merata mudah-mudahan berkenan membalasku dengan sebaik-baik balasan. Ini yang muncul dari tulisan.

Adapun, masalah pengajaran dan penyampaian ceramah, maka aku senantiasa sibuk dengan masalah ini sejak aku mengenal kanan dan kiriku. Dan terdapat ribuan alumnus dari majlis belajarku ini yang terdiri dari para pelajar ilmu fiqh, usul, tafsir, teologi dan lain-lainnya. Kebanyakan aku meridhai mereka, ada sebagian minoritas dari mereka yang telah dikuasai oleh syaitan lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah Swt, maka keluarlah mereka dari corak keruhanian mereka dan bergabung bersama para pegawai negeri, semoga Allah memperlihatkan mereka dengan amal-amal perbuatan buruk mereka, Insya Allah Ta'ala.


Madrasah-madrasah dan Bantuan-bantuan
Sayyid Al-Mar'asyi An-Najafi tidak memiliki harta benda dan tidak pula memiliki sejengkal tanah, akan tetapi Allah SWT telah memberikan padanya kebaikan yang merata, karena beliau ikhlas kepada Allah dan berjihad sepanjang umurnya yang mulia.

Masyarakat mendatanginya untuk meminta tanah dan sebagian bantuan-bantuan, maka beliaupun menginfakkannya semua di jalan Allah dan membantu para pelajar. Dan diantara karamah-karamah dan berkahnya adalah:


1- Madrasah al-Mar'asyiyyah
Terletak di jalan Eram yang berhadapan dengan Perpustakaan umum, Hâji 'Abbâs Fanayean mewakafkan tanahnya yang dibangun (madrasah ini) pada tahun 1383 H. Luasnya 420 meter persegi, 660 meter di bawah bangunan bertingkat tiga dan halaman sekolahnya 160 meter, kapasitas sekolah sebanyak 38 ruangan, dan di setiap tahunnya dilakukan Ma'tam Al-Husaini sebanyak sepuluh hari.

Sekolah ini dinamakan Al-Mar'asyiyyah karena mengikuti laqabnya Sayyid al-Mar'asyi An-Najafi.


2- Madrasah al-Mahdiyyah
Sekolah ini dibangun di jalan Behruz (Bâjek) pada tahun 1376 H yang memiliki luas hampir 450 meter persegi, 300 meter dibawah bangunan yang memuat 35 ruangan yang di dalamnya juga terdapat perpustakaan yang memuat 2000 kitab. Dan sekolah itu dinamakan Al-Mahdiyyah dengan tujuan untuk mengambil berkah dari nama Shahibuzzaman Imam Mahdi Afs dari keluarga suci Nabi Muhammad Saw, dan juga dikarenakan dia dibangun berdekatan dengan al-Marhum Hâji Mahdi al-Irâni, kemudian beliau menyerahkan urusannya kepada yang mulia Sayyid (al-Mar’asyi)- Quddisa Sirruh.


3- Madrasah al-Mukminiyyah
Bangunan sekolah yang besar dan baru ini dibangun dijalan Char mardan -Sajjadiyyah- pada tahun 1389 H. Dan sekolah yang bertingkat dua ini memuat 76 ruangan, luas tanahnya sebesar 2016 meter persegi, 1176 meter dibawah bangunan dan 840 meter adalah halaman sekolah yang telah ditanami pohon-pohon terlebih dahulu. Di dalamnya juga terdapat perpustakaan yang memuat 3500 kitab. Sekolah ini dinamakan al-Mukminiyyah karena sebelumnya merupakan sekolah agama yang dibangun oleh al-Marhum Mirza Mukmin Khân, kemudian dengan berjalannya masa bangunan itu dihancurkan dan dibangun lagi oleh Sayyid Mar'asyi -Quddisa sirruh.


4- Kantor-kantor pelajar
Diantara peningalan-peningalan bangunan yang dikelola dan dijaga di bawah tangan Sayyid adalah sejumlah gedung perkantoran untuk para pelajar ilmu pengetahuan yang mana di dalamnya terdapat sejumlah prasarana yang sangat penting, dan itu berada di jalan Adzar, dan gang tersebut diberi nama Kuye Ayatullah Al-Udzma Mar’asyi Najafi. Ini merupakan sebuah proyek yang sangat besar yang di dalamnya terdapat hiburan banyak yang bisa dimanfaatkan oleh para siswa yang belajar ke kota Qum yang suci sedangkan mereka tidak memiliki rumah atau tempat tinggal.


5- Klinik
Berkat kepedulian beliau maka sempurnalah pembangunan balai pengobatan bagi orang-orang yang tidak mampu dan sulit dalam hidupnya. Klinik tersebut diberi nama Balai Pengobatan Jiddan dijalan A^dzâr di rumah sakit Niku_i.


6- Husainiyyah dan masjid-masjid
Berkat perhatian dan kedermaan beliau dibangunlah sejumlah masjid yang banyak diberbagai kota, akan tetapi yang mebiayai sepertiga dari bangunannnya adalah al-Marhum Hâji Ghulam Hasan asy-Syakiri, yaitu berupa Husainiyyah yang berdekatan dengan rumah beliau, dan ini adalah tempat acara untuk para pecinta Sayyidus-Syuhada' Imam Husain As, terutama di hari-hari pada bulan Muharram dan Safar, sebagaimana juga berlangsung di dalamnya acara-acara religius berupa Ma'tam dan peringatan kelahiran-kelahiran serta wafatnya Ahlul Bait yang suci As, maka di tempat itu juga merupakan kantor untuk kajian-kajian keilmuan Islam. Dan Sayyid telah mewasiatkan tentang hal tersebut dalam wasiat beliau yang pertama.

Di sana juga terdapat puluhan masjid, sekolah-sekolah, apartemen-apartemen, dan husainiyyah-husainiyyah serta proyek-proyek kebaikan lainnya yang telah terbangun berkat tekad, spirit, bantuan serta perhatian beliau di sejumlah kota-kota, desa-desa serta beberapa wilayah lain.

 

Read 3481 times