کمالوندی
Mencermati Peran AS dalam Perluasan Terorisme dan Pelanggaran HAM di Dunia
Tanggal 27 Juni hingga 3 Juli telah ditetapkan sebagai Pekan Hak Asasi Manusia Amerika Serikat. Karena aksi teroris dan kriminal yang dilakukan terhadap rakyat Iran selama bertahun-tahun.
Pada tanggal 27 Juni 1981, Ayatullah Khamenei, sahabat dekat Imam Khomeini, Pemimpin Besar Revolusi Islam, terluka parah akibat usaha teror yang gagal oleh kelompok teroris Mujahidin Khalq (MKO), saat berpidato di sebuah masjid di selatan Tehran. Suatu hari setelah aksi teroris ini, dalam aksi teroris lainnya, dalam serangan bom di markas besar Partai Jomhouri-e Eslami, Ayatullah Dr. Mohammad Beheshti, Ketua Mahkamah Agung Iran, gugur syahid bersama dengan 72 pejabat tinggi Republik Iran. Pada 2 Juli 1981, Ayatullah Qoddousi, Jaksa Agung Iran diteror.
Setelah pemboman di markas besar Partai Jomhouri-e Eslami, para pemimpin kelompok teroris melarikan diri ke Paris lewat bandara Tehran, bersama Bani Sadr, Presiden Iran yang dilengserkan dengan mengenakan pakaian dan riasan wanita dibantu para elemen penyusup dari rezim sebelumnya. Pilot pesawat mereka adalah pilot khusus dan terpercaya dari diktator Iran, Mohammad Reza Shah, yang mengemudikan pesawat Shah pada penerbangan terakhirnya dari Iran.
Sejak itu, kelompok teroris buronan MKO telah didukung oleh pemerintah Barat menyebar di negara-negara Eropa lainnya dan Amerika Serikat. Selama perang Irak-Iran, mereka memindahkan pangkalan utamanya ke Irak dalam kesepakatan dengan Saddam. Sepanjang perang yang dipaksakan pada 1980-an, kelompok teroris yang dipimpin oleh Massoud Rajavi, sebagai tentara bayaran dan mata-mata, memberikan fasilitas mereka kepada tentara Baath.
Tugas utama mereka adalah mengumpulkan informasi dari front Iran melalui penyusup dan memberikan informasi kepada rezim Baath di Irak untuk menargetkan kota-kota Iran dengan rudal jarak jauh. Tindakan berbahaya lainnya oleh anggota kelompok teroris Mujahidin Khalq (MKO) adalah interogasi tahanan Iran dan partisipasi mereka dalam operasi tentara Baath Irak di medan perang Iran.
Sejalan dengan mendukung kelompok teroris Munafikin (MKO) dalam melakukan aksi teroris di Iran pada tahun 1987 dan 1988, Amerika Serikat melakukan perang langsung dengan Iran untuk mendukung rezim Saddam. Amerika Serikat tidak menahan diri dari kejahatan apa pun untuk mendukung rezim kriminal Saddam, salah satunya adalah mendukung sepenuhnya Saddam dalam penggunaan senjata kimia di medan perang dan di kota-kota Iran.
Pesawat penumpang Iran ditembak kapal USS Vincennes
Pada Juni 1987, kota Sardasht di Iran barat dibom dengan senjata kimia. Ratusan orang gugur syahid dan terluka selama pengeboman tersebut, dan banyak orang masih menderita akibat efek bom kimia di Sardasht. Namun salah satu kejahatan Amerika terbesar di dunia dan terhadap bangsa Iran adalah menembak jatuh pesawat komersial Iran dengan 290 penumpang di Teluk Persia oleh USS Vincennes (CG-49) pada 3 Juli 1988. Di antara korban kejahatan besar ini adalah 66 anak-anak. Pemerintah AS bukan hanya membenarkan penembakan rudal ke pesawat penumpang, tetapi Presiden Ronald Reagan justru memberi medali kehormatan kepada komandan kapal USS Vincennes.
Tidak ada pemerintah, seperti Amerika Serikat, yang menggunakan hak asasi manusia sebagai alat untuk memajukan tujuannya, bersama dengan banyak negara Eropa. Para pejabat Amerika Serikat mengklaim sebagai pusat hak asasi manusia di dunia, dan dengan wacana ini, mereka bahkan menyerukan sanksi dan serangan militer terhadap negara-negara lain. Perang melawan "terorisme", pelanggaran hak asasi manusia, pencegahan penyebaran senjata nuklir, dan lain-lain, adalah dalih bagi pemerintah AS untuk mengejar tujuannya dengan menggunakannya sebagai alat.
Meneliti tindakan Washington di bidang aksi teroris mengungkapkan fakta yang menunjukkan niat hegemonik dan perilaku tidak jujur para pejabat Amerika terhadap masyarakat internasional, khususnya umat Islam. Dalam satu abad terakhir, dunia telah menyaksikan fakta pahit bahwa pemerintah AS berada di garis depan terorisme negara dunia dan telah melakukan banyak aksi teroris terhadap berbagai negara dan masyarakat. Amerika Serikat telah dan terus melanggar semua pelanggaran hak asasi manusia sejak 9/11 dengan kedok kontraterorisme.
Sejarah Amerika Amerika Serikat memiliki catatan panjang pelanggaran hak asasi manusia dan terorisme sejak sebelum terbentuk Amerika Serikat. Orang kulit putih Eropa yang pergi ke Amerika Serikat menganggap diri mereka ras superior dan membantai jutaan orang Indian, penduduk Amerika asli atas nama modernisme dan pembentukan masyarakat sipil. Tujuan mereka adalah pemusnahan total ras Indian. Di sisi lain, mereka memperbudak jutaan orang kulit hitam dari benua Afrika dan membawa mereka ke Amerika Serikat untuk bekerja dan membangun pertanian dan kota mereka.
Perjuangan anti-rasis telah berlangsung di Amerika Serikat selama berabad-abad. Tidak ada hari berlalu seorang pria kulit hitam, tua atau muda, pria atau wanita, atau anak-anak, tanpa dibunuh oleh polisi Amerika yang rasis. Sudah banyak gerakan anti-rasis bermunculan di Amerika Serikat sejauh ini, tetapi salah satu kesenjangan dalam masyarakat Amerika tetap segregasi rasial yang mendalam dalam masyarakat Amerika. Di luar Amerika Serikat, pemerintah AS memiliki catatan kelam tentang pelanggaran hak asasi manusia dan penyebaran terorisme.
Augusto Pinochet, mantan diktator Chili
Sangat disayangkan bahwa pemerintah AS melakukan kejahatan terhadap hak asasi manusia dengan kedok membela hak asasi manusia, mempromosikan demokrasi dan memerangi terorisme. Selama beberapa abad, Amerika Serikat telah menganggap Amerika Selatan sebagai halaman belakangnya dan, dalam praktiknya, telah menjadi pendukung para diktator melawan gerakan pro-demokrasi di wilayah tersebut. Pada tahun 1973, pemerintah AS menggulingkan pemerintah populer Salvador Allende di Chili untuk mendukung penjahat Pinochet dalam kudeta militer. Rakyat Chili telah menderita banyak kejahatan selama beberapa dekade di bawah salah satu rezim polisi paling otoriter di dunia.
Dukungan AS untuk pemerintahan militer diktator dan dukungan untuk kebijakan kolonial AS telah diulang di hampir semua negara Amerika Selatan. Pemerintah AS memiliki sejarah kelam di negara-negara Amerika Selatan. Di Asia Timur juga, Amerika Serikat, yang mengklaim sebagai negara adidaya dunia, telah melakukan banyak kejahatan untuk mempertahankan dominasinya atas bagian dunia ini. Contohnya termasuk pemboman nuklir Hiroshima dan Nagasaki di Jepang dan satu dekade kekejaman dan pembantaian Vietnam pada 1960-an dan 1970-an. Di Timur Tengah dan Asia Selatan juga, orang-orang dari negara-negara di kawasan ini menderita tanpa henti dari kejahatan Amerika.
Selama tujuh puluh tahun terakhir, rakyat Iran telah membayar harga yang mahal dalam perjuangan melawan Amerika Serikat sebagai akibat dari intervensi dan kebijakan hegemonik AS. Pada tahun 1953, untuk mendukung kudeta secara langsung, Amerika Serikat menggulingkan Dr. Mossadegh dan mengembalikan tahta buronan Shah Iran. Selama 25 tahun, Amerika Serikat tidak segan-segan melakukan kejahatan apapun terhadap kaum libertarian Iran dalam rangka mengkonsolidasikan monarki Iran. Akhirnya, Gerakan Pembebasan Iran yang dipimpin oleh Imam Khomein yang menggulingkan monarki di Iran.
Setelah kemenangan Revolusi Islam dan pembentukan sistem pemerintahan yang demokratis, pemerintah AS melanjutkan konspirasinya untuk menggulingkan Republik Islam. Amerika Serikat, yang mengklaim membela hak asasi manusia dengan catatan hitam, menuduh pemerintah Republik Islam melanggar hak asasi manusia dan mendukung terorisme. Dengan mengejar kebijakan Iranofobia, pemerintah AS berusaha untuk memajukan tujuan hegemoniknya melalui berbagai langkah-langkah perang politik, ekonomi, militer, dan psikologis. Rakyat Iran, terlepas dari banyak penderitaan dan banyak pengorbanan, telah menentang kebijakan hegemonik AS selama lebih dari empat dekade.(
Keterlibatan AS dalam Kejahatan Serangan Kimia di Sardasht
Rakyat Iran tidak akan pernah melupakan kejahatan Amerika Serikat dan beberapa negara Barat dalam mempersenjatai rezim Saddam dengan gas kimia untuk menyerang Iran. Barat juga memilih bungkam terhadap penggunaan senjata kimia selama perang yang dipaksakan atas Iran.
Pada 8 Tir 1366 Hijriyah Syamsiah atau Juni 1988, rezim Saddam membom kota Sardasht di barat Iran menggunakan senjata kimia. Dalam kejahatan ini, 110 orang gugur syahid dan lebih dari 8.000 orang terkena racun mematikan dan terluka.
Senjata kimia rezim Saddam dipasok oleh AS dan negara-negara Eropa serta perusahaan milik para politisi Barat, yang meraup keuntungan dengan membunuh warga sipil. Dalam bisnis yang mengerikan dan anti-kemanusiaan ini, ribuan orang tak berdosa menjadi korban senjata kimia tidak hanya di Sardasht atau Halabcheh (Kurdistan Irak), tetapi juga di banyak daerah lain di mana mereka meluncurkan perang langsung atau melalui proksinya.
Meski Saddam adalah penyebab utama kejahatan ini, tetapi tanpa dukungan politik dan militer atau bantuan bahan kimia dan senjata terlarang kepada rezim Ba’ath Irak, maka ia tidak akan memperoleh senjata kimia dan berani menggunakan senjata terlarang itu.
Pengeboman kota Sardasht Iran dengan senjata kimia
Dokumen dan bukti menunjukkan bahwa 400 perusahaan asing bekerja sama dengan rezim Ba'ath Irak untuk memasok senjata kimia, tetapi lembaga-lembaga internasional sama sekali tidak mengambil tindakan efektif dalam hal ini.
Serangan kimia Irak terhadap Iran menyebabkan lebih dari 100.000 orang terluka di Iran. Saddam Hussein menggunakan gas beracun tabun, VX (racun saraf), sarin, dan mustard sejak 1984.
Tentara Irak menggunakan senjata kimia untuk pertama kalinya dalam menyerang wilayah selatan Provinsi Khuzestan pada pertengahan 1980-an. Pada masa itu, Irak empat kali menggunakan gas beracun mustard untuk membunuh warga sipil Iran.
Senjata terlarang ini dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan efek yang dirasakan oleh tubuh manusia: senjata yang memengaruhi sistem saraf tubuh, senjata yang memiliki efek komplikasi pada kulit, dan senjata yang menyebabkan gangguan pernapasan.
Alireza Jahangiri, Duta Besar Iran untuk Belanda dan Wakil Tetap Iran untuk Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) di Den Haag, menyebut Iran sebagai salah satu korban utama senjata kimia dan mengatakan, "Iran tidak hanya menjadi korban dari penggunaan senjata kimia, tetapi juga korban dari kebungkaman global. Kami selalu mengutuk penggunaan senjata kimia oleh siapa pun, di mana saja, dan kapan saja."
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam laporannya menyingkap bantuan negara-negara Barat untuk mendukung program senjata pemusnah massal Saddam.
Laporan PBB menulis, "Irak memasok senjatanya dari 150 perusahaan Jerman, Amerika, dan Inggris. Menurut sejumlah laporan, pemerintah Irak menerima peralatan senjata dari 80 perusahaan Jerman, 24 perusahaan Amerika, dan sekitar 12 perusahaan Inggris, serta beberapa perusahaan Swiss, Jepang, Italia, Prancis, Swedia, Brasil, dan Argentina sejak 1975.
Pada 1980-an, sebuah perusahaan swasta Amerika memperoleh lisensi dari departemen perdagangan untuk mengekspor bahan-bahan biologis dan mikroba ke Irak. Bahan-bahan ini belum diperlemah dan bisa diperbanyak. Di antara bahan itu terdapat bakteri antraks, bakteri kolera, serta kuman beracun yang disebut toksin botulinum."
Phillips Petroleum Company, sebuah anak perusahaan Amerika di Tessenderlo Belgia, mengirim gas beracun mustard dan total 500 ton thiodiglycol (TDG) kepada pemerintah Irak pada Juni 1983. Bahan-bahan ini diserahkan kepada para pejabat Irak melalui sebuah perusahaan Belanda.
Howard Teicher, seorang spesialis urusan Irak di pemerintahan Reagan, bersaksi dalam pernyataan tertulis pada 1995 bahwa Direktur CIA saat itu, William Casey menggunakan sebuah perusahaan Chile, Cardoen untuk mengirim bom curah ke Irak untuk menyerang Iran.
Kongres AS
Penyelidikan Kongres tahun 1994 juga menemukan bahwa lusinan agen biologis, termasuk berbagai jenis antraks telah dikirim ke Irak oleh perusahaan-perusahaan AS di bawah lisensi dari departemen perdagangan.
Pada 1988, perusahaan Dow Chemical menjual pestisida senilai 1,5 juta dolar ke Irak meskipun ada kecurigaan bahan beracun itu akan digunakan untuk serangan kimia.
Juru bicara kelompok pembela pencari suaka Pro-Asyl Jerman, Heiko Kauffman mengatakan tidak ada negara seperti Jerman yang telah membantu Irak dalam pembangunan fasilitas dan gudang produksi senjata kimia.
Charles-Philippe David dalam bukunya, "La Guerre du Golfe: l'illusion de la Victoire?" menulis, "Perusahaan Jerman Karl Kolb di kompleks Samara memiliki enam pabrik produksi senjata kimia yang disebut Ahmed, Mohammad, Isa, Aani, Madia dan Qazi. Pabrik pertama dibangun tahun 1983 dan yang terakhir pada 1986."
Pabrik-pabrik di kompleks Samarra digunakan untuk memproduksi dan menimbun tiga senyawa gas mematikan yaitu gas mustard, tabun, dan asam sianida. Para ilmuwan Jerman memperkirakan kapasitas produksi kompleks Samarra ribuan ton per tahun. Ini juga dikonfirmasi dalam laporan 1984 yang diterbitkan oleh Dinas Intelijen Pusat AS (CIA).
Laporan itu mengatakan bahwa pabrik-pabrik di Sammara memproduksi gas saraf yang mematikan.
Sebuah perusahaan Belgia telah membangun 17 pangkalan udara dan beberapa pangkalan militer di Irak selama empat tahun.
Televisi ABC Amerika dalam sebuah dokumenter "A Line in the Sand" pada 11 September 1990, mengakui bahwa pemerintah Barat termasuk AS, Inggris, dan Jerman merupakan para pendukung utama rezim Saddam dan bahkan dalam menyediakan bahan dan teknologi untuk produksi senjata kimia.
Meski Irak telah menggunakan hampir 300 senjata kimia untuk menyerang Iran selama perang yang dipaksakan, namun baik Barat maupun Dewan Keamanan PBB tidak pernah secara tegas mengutuk kejahatan ini atau membawa kasus ini ke Dewan.
Tim pertama pencari fakta PBB yang terdiri dari empat ahli senjata kimia dari Swedia, Australia, Spanyol, dan Swiss dikirim ke Iran atas permintaan resmi Tehran pada Maret 1984. Mereka mengkonfirmasi penggunaan gas mustard dan tabun terhadap para pejuang Iran. Namun, Dewan Keamanan hanya mengeluarkan sebuah pernyataan yang meminta kedua pihak yang bertikai untuk mematuhi Protokol Jenewa 1925, tanpa menyebut Irak sebagai pengguna senjata kimia.
Dewan HAM PBB
Pakar hukum internasional Universitas Tehran, Abbasali Kadkhodaei menuturkan, "Dalam serangan ini, bom-bom kimia senjaga menargetkan warga sipil ketimbang personil militer. Dalam 378 kasus serangan kimia Saddam selama delapan tahun perang yang dipaksakan atas Iran, warga sipil di daerah-daerah seperti Baneh, Marivan, Sardasht, Piranshahr, Somar, dan… Di Irak, orang-orang Halabcheh, Faw, Kepulauan Majnun dan... telah menjadi korban serangan kimia Saddam. Berdasarkan data yang ada, lebih dari 50.000 orang gugur dan terluka dalam serangan itu."
Tim ahli PBB yang telah mengunjungi Iran, kemudian melaporkan jumlah warga Iran korban serangan kimia dan menyebut serangan itu sebagai "mengerikan." Temuan PBB tentang penggunaan senjata kimia Irak dari tahun 1984-1985 menunjukkan bahwa serangan ini berlanjut pada skala yang lebih luas dari tahun-tahun sebelumnya.
Pada Maret 1988, Irak juga menggunakan senjata kimia di Halabche yang merupakan wilayah Kurdi. Menurut laporan, 5.000 orang tewas akibat keracunan gas sarin dan mustard di Halabcheh.
AS dan sekutunya bukan hanya tidak marah atas serangan kimia yang dilakukan rezim Saddam, tetapi mereka bahkan menggunakan pengaruhnya di Dewan Keamanan untuk mencegah kecaman terhadap Irak di PBB.
Imam Al-Jawad dan Anti-Hipokritas
Pada peringatan hari kesyahidan Imam Muhammad al-Jawad yang jatuh di penghujung bulan Dzulqadah, umat Islam, khususnya pengikut Ahlul Bait as, kembali mengenang ketertindasan keluarga Rasulullah Saw dalam membela kebenaran dan melawan kezaliman.
Terkait keagungan figur Imam Muhammad al-Jawad, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, mengatakan, "Imam al-Jawad sama seperti imam-imam lainnya yang menjadi tauladan bagi kita. Kehidupan singkat beliau dihabiskan untuk melawan kezaliman. Di masa muda, beliau memikul tanggung jawab kepemimpinan umat Islam (imamah). Pada tahun-tahun itu, Imam melakukan jihad dengan gigih dalam rangka melawan musuh-musuh Allah. Karena perlawanan Imam Muhammad al-Jawad, keberadaannya yang saat itu masih berumur 25 tahun, tidak dapat diterima oleh musuh dan penguasa di masanya. Pada akhirnya, Imam al-Jawad diracuni atas perintah penguasa saat itu dan gugur syahid."
Lebih lanjut Rahbar menjelaskan, "Imam al-Jawad semasa hidupnya menjalankan poin penting yang mencerminkan jihad dalam semua aspek Islam, dan memberikan pembelajaran yang besar bagi kita."
Syahadah Imam Jawad as
Menurut Rahbar, pembelajaran besar dari kehidupan Imam al-Jawad adalah mempunyai tekad dan menyerukan kewaspadaan masyarakat terhadap kekuatan hipokrit dan sombong. Saat Makmoun Abbasi, penguasa saat itu, mengesankan dirinya sebagai sosok suci dan pendukung Islam, maka tugas Imam saat itu sangat pelik untuk mengungkap kedok di balik wajah penguasa hipokrit."
Di tengah kepemimpinan hipokrit yang diterapkan penguasa Abbasi saat itu, Imam Muhammad al-Jawad yang berumur pendek dapat menjaga pondasi Islam dengan baik dan memberikan pencerahan kepada umat. Masa kepemimpinan umat Islam dipinggul Imam al-Jawad selama 17 tahun yang mengalami dua penguasa Abbasi, Makmun dan Muktasim.
Di masa hidupnya, Imam al-Jawad mendapat tekanan luar biasa dari para penguasa saat itu. Meski demikian, Imam Al-Jawad tetap menyampaikan pemikiran-pemikiran yang tercerahkan kepada umat di tengah berbagai pembatasan ruang gerak.
Mengenai pentingnya ilmu, Imam al-Jawad mengatakan, "Kalian harus menuntut ilmu karena menuntut ilmu itu wajib bagi semua pihak. Segala kesulitan dari ilmu merupakan hal yang dicari. Ilmu menyatukan saudara-saudara seagama."
Salah satu usaha penting Imam di bidang budaya adalah meriwayatkan hadis sahih dari Rasulullah dan para Imam Ahlul Bait serta menjelaskannya kepada umat Islam. Kita pun kini menyaksikan warisan tak ternilai dari Imam Jawad berupa hadis dan petuah-petuah suci beliau. Selain meriwayatkan hadis, Imam Jawad juga aktif di tengah-tengah masyarakat menyebarkan budaya dan ajaran Islam. Imam juga tak kenal lelah memberikan petunjuk soal ekonomi dan kebutuhan pemikiran umat.
Di antara metode yang diterapkan Imam Jawad untuk melaksanakan perintah Allah adalah mendekatkan al-Qur'an dengan pemikiran manusia. Menurut beliau, ayat-ayat suci al-Qur'an harus membumi di tengah masyarakat dan umat Islam dalam setiap ucapan dan perilakunya. Imam menandaskan bahwa mencari kerelaan Allah merupakan kunci kebahagiaan manusia.
Dengan mengutip ayat al-Qur'an, Imam menekankan kerelaan dan keridhaan Allah di atas segala sesuatu. Di ayat ke 72 surat Taubah, Allah Swt menjelaskan bahwa kerelaan-Nya bagi seorang mukmin lebih utama dari segala sesuatu termasuk surga.
Imam al-Jawad as meminta masyarakat untuk senantiasa memikirkan kerelaan Allah Swt. Dalam hal ini, Imam al-Jawad as memberikan wejangan kepada umat Islam. Beliau bersabda, "Tiga hal yang dapat mengantarkan manusia kepada kerelaan Allah Swt; banyaknya istighfar, ramah-tamah dan bersedekah."
Imam Jawad as dilahirkan pada tahun 195 Hijriah di kota Madinah. Imam Jawad as sejak kecil hingga menginjak usia remaja telah dikenal akan keilmuan, kefasihan, kesabaran dan ketakwaan. Imam Ridha, ayah Imam al-Jawad, saat kelahiran putra tercintanya, berkata,"Saya telah memiliki seorang putra seperti Nabi Musa sang pemecah lautan keilmuan dan Isa yang memiliki ibu yang suci."
Syahadah Imam Jawad as
Imam al-Jawad memiliki kecerdasan dan cara penyampaian yang lugas. Meskipun usianya masih muda belia, tapi dari sisi keilmuan dan keutamaan beliau telah disejajarkan dengan tokoh-tokoh masa itu. Dalam sejarah disebutkan, saat musim haji sekitar 80 orang ahli fikih dari Baghdad dan kota-kota lain menuju Madinah untuk bertemu dengan Imam Jawad as.
Mereka mencecar Imam dengan pelbagai pertanyaan ilmiah, namun Imam Jawad as dengan tenang dan mantap menjawab semua yang ditanyakan. Kejadian ini memupuskan segala keraguan yang selama ini menggelayut benak mereka.
Kamaluddin Syafii, salah satu ulama Sunni terkait Imam Jawad mengatakan, Imam Jawad as memiliki kedudukan yang tinggi. Namanya sering diperbincangkan orang-orang. Sikap lapang dada dan pandangan luas serta retorika manis beliau menarik simpati semua orang. Setiap orang yang bertemu dengannya tanpa disadari pasti memuji beliau. Mereka pun akan mendapat berkah dari keluasan ilmu beliau.
Mohammad bin Masud Ayashi, mufassir dan ulama mengatakan," Suatu hari di era pemerintahan Muktasim, khalifah bani Abbas, pasukan Abbasi berhasil menangkap pencuri dan perampok. Penjahat ini menganggu perjalanan para musafir dan rombongan haji. Pejabat Muktasim bertanya kepada khalifah, apakah hukuman yang akan dijatuhkan kepada para penjahat.
Muktasim langsung menggelar pertemuan untuk membahas hal ini dengan mengundang para ulama. Khalifah juga meminta Imam Jawad hadir dalam pertemuan ini. Namun Muktasim mengundang Imam Jawad dengan niat busuk. Muktasim mengira Imam Al Jawad akan menjadi bahan tertawaan para ulama mengingat usia beliau yang masih muda.
Imam Jawad dalam pertemuan tersebut lebih banyak diam, namun ketika menyaksikan kesalahan para ulama dalam memberikan keputusan beliau langsung berkata," Kalian salah dalam berargumentasi. Semua dimensi harus kalian perhatikan." Saat itulah, Imam Jawad menjelaskan ayat tersebut secara ilmiah dan dengan sederhana.
Syahadah Imam Jawad as
Selanjutnya Imam membahas berbagai bentuk kejahatan dan hukuman bagi setiap kejahatan dijelaskan secara detail. Pembicaraan Imam yang rasional ini diterima oleh seluruh hadirin. Muktasim setelah menyaksikan hadirin menerima pendapat Imam, terpaksa menerima ucapan beliau. Di sinilah ketinggian ilmu Ahlul Bait menjadi jelas bagi setiap orang.
Dua tahun terakhir dari usia Imam al-Jawad merupakan saat-saat yang paling sulit. Apalagi strategi Muktasim tidak seperti Makmun. Muktasim secara terang-terangan memusuhi Ahlul Bait. Keagungan dan popularitas Imam Jawad di tengah rakyat membuat Muktasim gusar. Terlebih rakyat kian mencintai Imam Jawad yang tentunya akan menjadi batu sandungan dalam rezimnya.
Rencana busuk Muktasim ini akhirnya dilaksanakan juga pada tahun 220 hijriah. Dengan demikian, Imam Jawad mereguk cawan syahadah di usia 25 tahun, usia yang masih sangat muda.
Pentingnya Ihram dalam Haji
Ketika ratusan ribu Muslim memulai ziarah ke Ka'bah Suci di Mekah, mereka harus memasuki keadaan penyucian dan kesucian tertentu, yang dikenal sebagai Ihram. Dalam bahasa Arab, Ihram berarti larangan dan keadaan suci.
“Ihram dan Miqat seperti landasan bagi pesawat, jika ingin naik lebih baik menggunakan landasan ini dan melakukannya dari tempat lain.”
Ihram merupakan salah satu syarat wajib haji. Muslim berhenti di stasiun yang ditunjuk untuk melakukan ritual yang terkait dengan mengenakan ihram. Stasiun Miqat adalah lima tempat yang ditentukan untuk Ihram, terletak di sudut arah yang berbeda dari Kota Suci Mekah, Arab Saudi.
Peziarah melakukan wudhu dan membersihkan tubuh mereka. Kemudian mereka memakai ihram dan membuat niat. Niat untuk menunaikan haji. Laki-laki diwajibkan memakai dua helai kain putih yang tidak berhias dan polos. Wanita tidak diharuskan untuk mematuhi aturan berpakaian tertentu tetapi harus berpakaian sopan. Sangat penting untuk memastikan bahwa pakaian itu rapi.
“Selain sisi lahirah haji memiliki esensi, kita harus mengetahui esensi dari tindakan mengenakan ihram pakaian ini menandakan penghapusan segala kenajisan atau aspek najis dari tubuh dan jiwa kita.”
“Kami memakai ihram untuk menjauhkan diri dari dosa-dosa yang telah kami lakukan di masa lalu dan lebih dekat dengan Tuhan. Setelah memakai ihram, Muslim dilarang dari sejumlah tindakan.”
Ihram juga menyerupai kain kafan yang digunakan untuk membungkus mayat sebelum dikuburkan, oleh karena itu ini adalah pengingat bagaimana kematian datang tanpa pemberitahuan dan tidak membeda-bedakan dalam kata apa pun.
“Ada perbedaan tahapan dalam haji yang seperti wake up call dalam hidup kita. Ihram mengingatkan kita tentang akhirat dan bahwa keberadaan kita tidak akan binasa setelah kematian.”
Setelah membersihkan tubuh mereka dan mengenakan Ihram, umat Islam bersiap-siap untuk perjalanan ke kota suci Mekah dan mereka akan mengunjungi Ka'bah.
Rahbar: Selama Empat Dekade, Musuh Iran Selalu Berputus Asa
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar dalam pertemuan dengan Ketua Lembaga Kehakiman Iran, dan jajaran pegawai lembaga ini, menyebut buah dari perlawanan terhadap musuh adalah kemenangan dan kemajuan.
Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Selasa (28/6/2022) dalam pertemuan dengan Ketua Lembaha Kehakiman Iran, dan jajaran pegawai lembaga ini menjelaskan sunatullah-sunatullah yang tak bisa diubah.
"Alasan keunggulan dan kemenangan bangsa Iran, dan pemerintahan Republik Islam Iran yang menakjubkan di hadapan berbagai peristiwa besar serta pahit pada tahun 1981 adalah perlawanan, kerja keras dan tidak gentar pada musuh. Inilah sunatullah yang terulang di setiap pemerintahan, dan kita harus tahu bahwa Tuhan di tahun 2022 tidak lain adalah Tuhan pada tahun 1981," paparnya.
Rahbar kemudian memberikan sejumlah contoh dari sunatullah dan hukum Ilahi yang dijelaskan di dalam Al Quran terkait buah dari membantu agama Allah atau akibat dari mengingkari nikmat-nikmat-Nya.
"Al Quran sarat dengan kandungan-kandungan tentang sunatullah, dan kesimpulannya adalah, jika sebuah masyarakat berdiri melawan musuh atau menjalankan kewajiban dengan bertawakal kepada Allah Swt, maka hasilnya adalah kemenangan dan kemajuan, akan tetapi jika saling bertikai, cari aman, dan malas, maka hasilnya adalah kekalahan," imbuh Rahbar.
Ayatullah Khamenei juga menyinggung kehebohan musuh di beberapa kesempatan karena sejumlah kelemahan dan kekurangan di dalam negeri Iran.
Ia menjelaskan, "Baik di tahun 1981 maupun tahun-tahun setelahnya, musuh dalam beberapa kasus gempar, berharap dan mengira Republik Islam Iran dan pemerintahannya sedang runtuh, tapi harapan itu berubah menjadi keputusasaan, masalah mereka adalah tidak mengetahui akar dari keputusasaan ini."
Rahbar menegaskan, "Musuh tidak bisa memahami bahwa di dunia ini selain kalkulasi politik, terdapat kalkukasi-kalkulasi lain yang tidak lain adalah sunatullah."
Hari Ini, Pejabat Kehakiman Iran Bertemu Rahbar
Kepala, staf dan pejabat Lembaga Kehakiman Republik Islam Iran bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei di Tehran pada hari Selasa, 28 Juni 2022.
Pertemuan tersebut digelar dalam kerangka memperingati Hari Kehakiman dan Hari Kesyahidan Ayatullah Doktor Beheshti dan rekan-rekannya.
Tanggal 7 Tir 1360 HS, 72 anggota Partai Jomhouri-e Eslami Iran, termasuk Ayatullah Beheshti, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Mahkamah Agung Iran, gugur syahid akibat serangan bom di gedung markas partai tersebut.
Peledakan gedung markas Partai Republik Islam itu dilakukan oleh kelompok teroris Mujahidin al-Khalq yang berkonspirasi dengan negara-negara Barat. Gugur 72 tokoh garis depan Revolusi Islam Iran itu telah memberikan pukulan keras terhadap Republik Islam Iran yang baru berdiri 2 tahun.
Namun, berkat dukungan besar dari rakyat Iran terhadap revolusi, Republik Islam tetap tegak berdiri meskipun berkali-kali didera peristiwa teror, termasuk agresi yang dilakukan oleh negara tetangganya, Irak.
Ayatullah Khamenei dalam pertemuan dengan para pejabat Kehakiman Iran menyebut buah dari perlawanan terhadap musuh adalah kemenangan dan kemajuan.
"Alasan keunggulan dan kemenangan bangsa Iran, dan pemerintahan Republik Islam Iran yang menakjubkan di hadapan berbagai peristiwa besar serta pahit pada tahun 1981 adalah perlawanan, kerja keras dan tidak gentar pada musuh. Inilah sunatullah yang terulang di setiap pemerintahan, dan kita harus tahu bahwa Tuhan di tahun 2022 tidak lain adalah Tuhan pada tahun 1981," paparnya.
Rahbar kemudian memberikan sejumlah contoh dari sunatullah dan hukum Ilahi yang dijelaskan di dalam Al Quran terkait buah dari membantu agama Allah atau akibat dari mengingkari nikmat-nikmat-Nya.
"Al Quran sarat dengan kandungan-kandungan tentang sunatullah, dan kesimpulannya adalah, jika sebuah masyarakat berdiri melawan musuh atau menjalankan kewajiban dengan bertawakal kepada Allah Swt, maka hasilnya adalah kemenangan dan kemajuan, akan tetapi jika saling bertikai, cari aman, dan malas, maka hasilnya adalah kekalahan," imbuh Rahbar.
Ayatullah Khamenei juga menyinggung kehebohan musuh di beberapa kesempatan karena sejumlah kelemahan dan kekurangan di dalam negeri Iran.
"Baik pada tahun 1981 maupun tahun-tahun setelahnya, musuh dalam beberapa kasus gempar, berharap dan mengira Republik Islam Iran dan pemerintahannya sedang runtuh, tapi harapan itu berubah menjadi keputusasaan, masalah mereka adalah tidak mengetahui akar dari keputusasaan ini," jelasnya.
Rahbar menegaskan, musuh tidak bisa memahami bahwa di dunia ini selain kalkulasi politik, terdapat kalkukasi-kalkulasi lain yang tidak lain adalah sunatullah.
Empat Mata-Mata Israel Ditangkap di Lebanon Selatan
Dinas keamanan dalam negeri Lebanon baru-baru ini berhasil menangkap sejumlah orang yang diduga bekerja sama dengan Rezim Zionis di wilayah El Aarqoub di selatan Lebanon.
Aparat Keamanan Lebanon, Selasa (28/6/2022) dalam sebuah operasi rahasia untuk mengungkap identitas, dan mengidentifikasi jaringan mata-mata baru di negara itu, berhasil menangkap empat orang yang diduga bekerja sama dengan Rezim Zionis.
Sebuah sumber di Lebanon mengabarkan, dinas intelijen Rezim Zionis, memiliki puluhan platform di media sosial dengan kedok jaringan besar penyedia lapangan kerja, dan perekrutan pemuda di Lebanon.
Salah satu anggota Parlemen Lebanon mengatakan, operasi penangkapan dilakukan secara terbatas, dan sampai sekarang hanya keempat orang ini yang ditangkap.
Pada bulan Februari 2022 lalu, pemerintah Lebanon berhasil mengungkap dan menumpas 17 jaringan mata-mata Rezim Zionis di negara itu.
Zionis di Perbatasan Lebanon Mulai Bangun Bungker Dalam Rumah
Kementerian Perang Rezim Zionis memulai pembangunan bungker di dalam rumah-rumah pemukim Zionis, di perbatasan Lebanon Selatan, utara wilayah pendudukan.
Shehab News, Selasa (28/6/2022) melaporkan, berdasarkan keputusan Kementerian Perang Rezim Zionis, pembangunan bungker di dalam rumah-rumah pemukim Zionis di perbatasan Lebanon Selatan, dimulai hari ini.
Pembangunan bungker-bungker Zionis di wilayah perbatasan Lebanon Selatan ini dilakukan oleh Divisi Utara, Angkatan Bersenjata Rezim Zionis.
Dalam beberapa bulan ke depan diharapkan puluhan bungker di dalam rumah-rumah para pemukim Zionis di perbatasan Lebanon Selatan, sudah terbangun.
Beberapa bulan kebelakang, militer Rezim Zionis juga sudah menggelar sejumlah manuver di wilayah-wilayah berbeda untuk melatih skenario tempur melawan Hizbullah Lebanon.
Hizbullah Lebanon dalam beberapa minggu terakhir telah menyiagakan penuh pasukannya di perbatasan wilayah pendudukan sebagai respon atas meningatnya ketegangan akibat penetapan batas laut Lebanon dan Rezim Zionis serta pelanggaran zona laut Lebanon oleh Rezim Zionis.
Kemampuan Rudal Palestina; Perubahan Konstelasi dan Mengejutkan Israel
Anggota senior Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) mengatakan, kemampuan rudal muqawama Palestina terus meningkat dan ini akan terungkap di berbagai pertempuran melawan Rezim Zionis.
Hamas selama beberapa tahun terakhir melalui berbagai uji coba rudal dan penyelenggaraan manuver militer, telah meningkatkan kemampuan resistensinya dan menciptakan pertahanan dalam menghadapi Rezim Zionis Israel.
Ismail Ridwan Selasa (28/6/2022) saat diwawancarai Iran Press di Gaza terkait kemampuan kekuatan rudal muqawama Palestina menekankan, rudal muqawama mampu menjangkaui seluruh wilayah Rezim ilegal Israel, dan mencapai target yang ditentukan.
Ismail Ridwan, anggota senior Hamas
Anggota senior Hamas ini menjelaskan, kekuatan rudal muqawama Palestina merusak konstelasi di bumi pendudukan, karena muqawama dengan kemampuan dan akurasi rudalnya, telah mengejutkan Rezim Zionis.
"Peningkatan kekuatan muqawama Palestina penting untuk menciptakan kemampuan pertahanan menghadapi penjajah Zionis dan membela Baitul Maqdis serta Masjid al-Aqsa dan demi membebaskan seluruh wilayah Palestina," papar Ismail Ridwan.
Lebih lanjut Ismail Ridwan menambahkan persatuan seluruh faksi muqawama Palestina, termsuk Brigade Izzudin al-Qassam, Saraya al-Quds, dan unit muqawama lain penting untuk membela Baitul Maqdis, Masjid al-Aqsa, dan juga mematahkan skenario Zionis-Amerika.
Sementara itu, Ketua Biro Politik Hamas, Ismail Haniyah Minggu lalu saat menjelaskan kekuatan defensif faksi muqawama ini menegaskan, Hamas kurang dari lima menit mampu menembakkan 150 rudal dan roket ke arah Palestina pendudukan.
Selama perang 12 hari (Pedang al-Quds), pangkalan udara Rezim Zionis menjadi salah satu terget terpenting rudal dan roket faksi muqawama Palestina. Bahkan pangkalan ini diserang dari jarak yang sangat jauh dari Jalur Gaza.
Hizbullah: Israel Takut Berperang dengan Kelompok Perlawanan
Salah satu pejabat Hizbullah Lebanon menyoroti kemampuan kelompok perlawanan Islam, dan mengatakan, orang-orang Israel takut terjun dalam perang apa pun dengan kelompok perlawanan.
Syeikh Hassan Al Baghdadi anggota Dewan Pusat Hizbullah, Minggu (26/6/2022) terkait ancaman-ancaman Rezim Zionis terhadap Lebanon mengatakan, "Ancaman para pejabat Zionis terhadap Lebanon menggelikan, karena mereka berada di puncak kekuatan, dan sekutu-sekutu mereka kalah dalam perang menghadapi kelompok perlawanan."
Ia menambahkan, "Hari ini ancaman-ancaman terkait perang, semakin membuat para pemukim Zionis ketakutan, dan orang-orang Lebanon, dikarenakan simpati mereka kepada kelompok perlawanan, dan keyakinan mereka atas kekuatan kelompok ini, sama sekali tidak menganggap penting ancaman-ancaman tersebut."
Pejabat Hizbullah menegaskan, kelompok perlawanan menolak segala bentuk normalisasi hubungan dengan Israel, dan berkomitmen menjaga aset-aset laut Lebanon, mematuhi peraturan dan prinsip nasional Lebanon, serta memilih opsi perlawanan dalam membela negara, asas dan sakralitasnya. (



























