کمالوندی

کمالوندی

 

Ahmad ibn Muhammad Ardabili dikenal sebagai Muqaddas Ardabili dan Muhaqiq Ardabili adalah salah satu ulama besar Syiah di abad kesepuluh Hijriah dan berasal dari kota Ardabil, Iran.

Muqaddas Ardabili hijrah ke kota Najaf untuk mendalami ilmu-ilmu agama dan ia mencapai derajat keilmuan yang tinggi sehingga didapuk menjadi marja’ dan pemimpin Syiah di Najaf setelah Syahid Tsani.

Faqih besar ini telah menulis banyak buku di bidang teologi (ilmu kalam), fikih, yurisprudensi, dan sejarah kehidupan Ahlul Bait, dan sayangnya, beberapa di antara karyanya tidak diketahui nasibnya. Karyanya yang paling penting adalah sebuah buku berjudul “Majma' al-Faidah wa al-Burhan fi Syarh al-Adzhan.”

Kitab tersebut adalah sebuah ensiklopedia fikih argumentatif yang paling terkenal dan menjadi salah satu sumber utama fikih Jakfari yang selalu mendapat perhatian dari para mujtahid. Meskipun kitab ini ditulis sebagai penjelas atas kitab al-Irsyad, karya Allamah Hilli, namun ia sangat detail dan mendalam yang menganalisa dan mempelajari kajian-kajian fikih dengan cermat dan argumentatif.

Salah satu kontribusi penting yang disumbangkan Muqaddas Ardabili di bidang fikih adalah memperkuat bangunan fikih dan ijtihad atas pondasi riwayat. Dalam bukunya, “Majma' al-Faidah wa al-Burhan fi Syarh al-Adzhan” ia menjelaskan secara lengkap tentang riwayat yang berkaitan dengan cabang-cabang agama, di sela-sela pembahasan fikih dan yurisprudensi.


Sebelum periode Muqaddas Ardabili, para fukaha (ahli fikih) tetap menaruh perhatian pada riwayat dan mengeluarkan fatwa atas dasar riwayat, tetapi metode khusus Muqaddas Ardabili yang memperkuat landasan fikih atas riwayat dan memberikan porsi besar riwayat dalam perkara ijtihad, benar-benar sebuah hal baru dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Setelah adanya buku “Majma' al-Faidah wa al-Burhan fi Syarh al-Adzhan,”  metode fikih (Fiqih al-Riwa'i) yang diperkenalkan oleh Muqaddas Ardabili mulai dikenal luas dan para fukaha lainnya juga mengikuti dia. Inovasi ini sangat penting dan berpengaruh dalam fikih sehingga para ulama menganggap Muqaddas Ardabili sebagai peletak metode baru di bidang fikih.

Muqaddas Ardabili memandang fikih sebagai ilmu bagi kehidupan. Dalam fatwa dan penjelasan hukum fikih, ia mengadopsi sikap yang seimbang dan ‘urf (adat kebiasaan) yang sesuai dengan kebutuhan saat itu dan sesuai dengan realitas kehidupan masyarakat.

Ulama besar ini memberikan perhatian khusus pada prinsip mempermudah pelaksanaan perintah-perintah agama. Ia percaya bahwa dalam menjalankan hukum syar’i mulai dari ibadah, jual-beli, hingga persoalan fikih lainnya, orang tidak boleh mendapatkan masalah dan kesulitan tanpa sebab.

Dalam surat al-Baqarah ayat 185 disebutkan, “… Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” Demikian juga dalam surat al-Hajj ayat 78, “…Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan…”

Ada banyak ayat dan riwayat lain dengan kandungan yang sama yang menunjukkan bahwa hukum dan perintah agama itu mudah dan tidak sulit untuk dijalankan. Tentu saja, kita membutuhkan petunjuk ulama yang menguasai ayat dan riwayat untuk menafsirkan ayat-ayat tersebut dan menentukan batas-batas penyederhanaan ini (prinsip kemudahan ini).


Tidak diragukan lagi, Muqaddas Ardabili adalah salah satu ulama yang paling ahli dalam menentukan batasan-batasan ini. Dengan penguasaannya pada al-Quran dan hadis, ia menjelaskan hukum-hukum agama kepada masyarakat sesuai dengan prinsip kemudahan.

Salah satu sifat dominan Muqaddas Ardabili adalah menghormati orang-orang yang menentangnya. Dalam banyak kasus, ia menolak pendapat umum yang berlaku di antara para ulama dan memberikan pendapat dan fatwa baru yang berbeda dengan pandangan orang lain, tentunya berdasarkan penelitian dan kajian yang cermat.

Namun, Muqaddas Ardabili tidak pernah bersikap kasar dengan para ulama senior lain yang tidak sependapat dengannya. Ia mengutarakan pendapatnya dengan cara yang tidak menimbulkan kontroversi dan emosi pihak lain. Misalnya, setelah menolak pandangan umum di kalangan ulama dengan argumentasi ilmiah dan membuktikan pendapatnya, ia menulis, “Apa yang dikatakan oleh para ulama senior (pandangan yang kemudian dikenal sebagai pendapat jumhur ulama), mungkin saya tidak mengerti bahwa (pendapat) itu sesuai dengan pemahaman dan ijtihad saya.”

Atau menulis demikian, “Mungkin para jumhur ulama punya argumen atau memahami sesuatu dari argumen yang ada yang belum saya pahami.” Model pendekatan Muqaddas Ardabili ini telah memelihara iklim sejuk di kancah intelektual dan mencegah masuknya perdebatan yang tidak perlu dan sikap yang tidak rasional dalam masalah fikih.

Ia juga mengadopsi sikap yang rasional dan terpuji dalam bergaul dengan para ulama Sunni. Perbedaan akidah tidak membuatnya meninggalkan sikap adil dan ia tidak pernah membuka lisannya untuk mengucapkan kata-kata kasar. Pada masanya, segelintir orang percaya bahwa menyimpan kitab-kitab Sunni itu pun perbuatan yang salah, tetapi Muqaddas Ardabili yakin bahwa hal yang benar dan salah terdapat dalam kitab-kitab Sunni dan tidak semuanya dapat dianggap sebagai kitab yang menyesatkan.

Sebaliknya, kandungannya yang benar harus dimanfaatkan dan hadis-hadis palsu harus dibuang. Ia percaya bahwa hal yang sahih dapat dipisahkan dari yang batil dengan menunjukkan dalil-dalil.

Dengan pandangan yang terbuka ini, Muqaddas Ardabili mempelajari banyak kitab-kitab Sunni dan dalam beberapa topik, ia menelaah dan mengkritik pandangan para ulama mereka. Ulama Syiah ini juga menekankan perlunya hubungan sosial dengan Sunni, sementara riwayat yang mencela berhubungan dengan para penentang, hanya ditujukan kepada mereka yang membenci dan memusuhi Ahlul Bait, bukan semua penentang.

Semua ini menunjukkan kebijaksanaan dan keterbukaan Muqaddas Ardabili. Meskipun waktu itu sebagian berpikiran ekstrem, ia telah menunjukkan jalan yang benar kapada para siswa di hauzah ilmiah dan mendorong mereka untuk bersikap toleran dan memegang prinsip moral dalam menghadapi lawan serta menutup jalan bagi para oportunis.

Meskipun Muqaddas Ardabili menunjukkan rasa hormat dan ketertarikan yang besar kepada para ulama senior pada masanya, namun ketertarikan ini tidak membuatnya menerima pendapat mereka tanpa argumen yang kuat. Prinsipnya adalah mendalami kembali dan meninjau ulang semua persoalan fikih yang kecil dan besar, bahkan perkara yang sudah diterima dan disepakati. Sehingga ada yang berkata bahwa dia tetap mengkaji perkara yang sudah jelas dan tidak menerimanya tanpa argumentasi.

Sebelum masanya, perdebatan dalam masalah fikih tidak begitu umum. Tetapi karena pemikiran dinamis dan kritis serta pemahaman luas yang dimiliki Muqaddas Ardabili, membuatnya tidak mudah menerima persoalan ilmiah begitu saja dan tidak puas dengan pendapat orang lain. Ia akan membuka penelitian yang serius dan dengan berani mengumumkan pendapatnya kepada publik meskipun bertentangan dengan pandangan jumhur ulama.

Keberanian ulama besar ini dalam mengkritisi pandangan para pendahulunya telah membuka jalan baru dalam fikih serta melahirkan inovasi dan kemajuan di fikih Syiah. Karena itulah, Muqaddas Ardabili – sebagai fakih yang berpikiran terbuka – telah membuka jalan bagi diskusi ilmiah dan adu argumen di bidang fikih.

 

Pada dua bagian sebelumnya dibahas tentang ulama besar Abad ke-10 Ahmad bin Mohammad Ardabili yang lebih dikenal dengan Moghaddas Ardabili, dan pelayanan luar biasa yang diberikannya dalam menghidupkan Hauzah Ilmiah Najaf, dan memperkuat ajaran Syiah di Iran.

Selain itu juga sudah dibahas tentang metode fikih khusus Mujtahid Besar Syiah ini, serta jalan yang dirintisnya untuk semakin mengukuhkan fikih Syiah. Sementara pada bagian ini akan dibahas tentang karakteristik kepribadian Mohaghegh Ardabili sehingga sampai dikenal sebagai Moghaddas yang artinya “Orang Suci”. 
 
Mohaghegh Ardabili dengan mengukuhkan fikih pada sandaran riwayat dan interaksi serta penelahaan ulang seluruh pintu fikih, secara berani mengemukakan pendapat barunya, dan karena sikap adil dan rendah hatinya, ia berhasil meyakinkan para penentang.
 
Mohaghegh Ardabili dengan bersandar pada prinsip kemudahan dalam Islam, percaya bahwa sebagian aturan ketat tanpa argumen yang mempersulit seseorang tidak memiliki landasan agama. Dengan demikian menurut pandangan Ardabili, fikih adalah pengetahuan untuk kehidupan dan kebahagiaan masyarakat. Pada bagian ini akan diulas kepribadian Moghaddas Ardabili yang bisa menjadi teladan praktis bagi kita dalam akhlak dan kesucian jiwa.
 
Dikarenakan ketakwaannya yang tinggi dan memiliki segudang kemuliaan yang disaksikan masyarakat, ulama besar Syiah ini dikenal sebagai Moghaddas atau orang suci. Diceritakan bahwa selama 40 tahun Ardabili bukan hanya tidak melakukan dosa, bahkan tidak melakukan hal-hal yang makruh dan mubah. Artinya, ia hanyak melakukan pekerjaan-pekerjaan yang mustahab dan wajib saja.
 
Suatu hari seorang pria bersikeras bertanya kepada Moghaddas Ardabili, apakah Anda benar-benar tidak melakukan dosa ? Ardabili menjawab, “Memangnya Anda makan sesuatu yang najis atau bahkan bersedia untuk sekadar melihatnya ? Pandangan kita terhadap dosa juga seperti ini.”
 
Benar berdasarkan kesaksian para ulama dan pemuka agama, Ardabili dalam zuhud, takwa dan ibadah telah sampai pada derajat terakhir, dan tidak ada ulama lain yang menyamainya. Selama hidupnya, ia adalah ulama yang paling menjaga diri, paling taat beribadah, dan paling bertakwa, sampai masyarakat biasa pun mengumpamakan dirinya sebagai perwujudan takwa dan kesucian.
 
Moghaddas Ardabili selain merupakan penjelmaan dari kesucian, bagi masyarakat kebanyakaan bahkan bagi ulama, adalah teladan dalam akhlak yang baik dan pemberani. Banyak kisah yang menceritakan tentang sifat rendah hati, kesabaran, kedermawanan, keberanian, dan kedekatan dengan masyarakat yang dimiliki Ardabili. Mendengar kisah-kisah tersebut dapat membantu manusia mengenal tangga-tangga kemanusiaan.
 
Di antara kisah itu, ulama besar Syiah ini diceritakan selalu menerima hadiah-hadiah yang diberikan kepadanya mulai dari yang tidak terlalu berharga sampai yang sangat berharga. Terkadang ia menerima hadiah kain yang sangat bernilai setara emas, dan biasanya Syeikh Ardabili akan mengenakan kain semacam itu sebagai serban, lalu pergi keluar rumah dengannya, di perjalanan ia akan memberikan sepotong kain berharga itu kepada setiap fakir miskin yang ditemuinya sehingga ketika tiba di rumah tidak ada lagi yang tersisa selembar pun di kepalanya.
 
Kedermawanan dan keberanian Moghaddas Ardabili sedemikian tingginya sampai sebagian orang membandingkannya dengan cincin emas. Di masa paceklik, Ardabili membagikan semua yang ada di rumahnya kepada fakir miskin, dan menyisakan untuk keluarganya setara dengan jatah untuk seorang fakir. Suatu kali istri Mohaghegh Ardabili protes, dan mengkhawatirkan anak-anaknya yang kelaparan. Ardabili langsung keluar rumah tanpa menjawab protes istrinya untuk beritikaf di Masjid Kufah.
 
Dua hari berlalu, seorang pria tak dikenal membawa sejumlah banyak gandum dan tepung ke rumah Ardabili. Pria tersebut mengaku membawakan semua itu atas perintah Ardabili yang sedang beritikaf di masjid. Sekembalinya Ardabili ke rumah, istri beliau mengaku senang dengan kualitas gandum yang dikirimnya, sementara Ardabili sendiri bingung karena merasa tidak pernah menyuruh orang untuk mengirim gandum tersebut, kemudian ia sadar itu merupakan hadiah dari Ilahi dan langsung bersyukur kepada Allah Swt.
 
Ketawadhuan dan rendah hati merupakan sifat menonjol lain yang dimiliki Moghaddas Ardabili. Diceritakan suatu hari sebuah rombongan melewati kota Najaf, dan bermaksud untuk beristirahat sejenak di sana. Salah satu anggota rombongan yang tampak lelah, dan mukanya penuh debu melihat Moghaddas Ardabili tapi tidak mengenalnya. Ia pun meminta Ardabili untuk mencucikan bajunya yang kotor dan berjanji akan membayarnya.
 
Moghaddas Ardabili menerima tawaran orang itu dan mencucikan bajunya. Orang-orang yang mengenal Moghaddas Ardabili mencaci pemilik baju sampai ia malu dan meminta maaf, tapi Moghaddas Ardabili dengan tenang berkata, “Hak seorang Mukmin dari saudaranya lebih dari sekadar mencucikan baju, lalu mengapa harus meminta maaf.”
 
Seluruh usia dan kemampuan Moghaddas Ardabili digunakan untuk berkhidmat kepada ajaran Ahlul Bait as, sehingga ia diberi kesempatan bertemu dengan Imam Mahdi af.
 
Salah seorang murid Ardabili bernama Mir Feizollah Tafreshi menceritakan, “Suatu malam selepas belajar, saya duduk di kamar saya yang berhadapan dengan Makam Imam Ali as. Saya melihat seseorang melangkah ke Makam Imam Ali as di tengah malam. Saya berpikir mungkin ia seorang pencuri, maka saya pun mengikutinya. Setelah melihatnya dari dekat saya baru menyadari bahwa orang itu adalah Moghaddas Ardabili. Ketika sampai ke dekat Pusara Suci Imam Ali as, pintu-pintu Makam tiba-tiba terbuka. Perasaan ingin tahu saya muncul dan saya terus mengikutinya. Syeikh Ardabili berdiri di depan Pusara Suci Imam Ali dan saya mendengar ia berbicara dengan seseorang. Kemudian ia keluar dan melangkah ke Masjid Kufah. Di dalam masjid dekat mihrab ia berbicara lama dengan seseorang, lalu ia pun pulang.” 
 
Tafreshi menambahkan, “Saat melangkah pulang, akhirnya Moghaddas Ardabili menyadari dirinya sedang diikuti. Saya pun berusaha menjelaskan kepadanya. Setelah meminta saya berjanji untuk tidak menceritakan apa yang terjadi selama beliau masih hidup, Syeikh berkata, ‘Saya menemukan permasalahan dalam pembahasan agama. Saya mendatangi Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib as, dan saya bertanya kepada beliau. Imam Ali as berkata, hari ini Imam Mahdi af akan datang ke Masjid Kufah, pergilah ke sana dan bertanyalah kepadanya. Lalu saya pun pergi ke Masjid Kufah dekat mihrab, dan menanyakan masalah tersebut kepada Imam Zaman af, dan saya menerima jawabannya.' Berarti orang yang saya lihat di Masjid Kufah itu adalah Imam Mahdi af.”
 
Ya, di dunia yang bagi kebanyakan orang dipenuhi oleh kegelapan ini, ada sejumlah pembesar yang karena ketakwaan dan kesucian membawa dirinya sampai ke sumber cahaya dan meraih kebahagiaan.
 
Fakih dan ulama besar Moghaddas Ardabili akhirnya meninggal dunia pada bulan Rajab 993 Hijriah Qamariyah. Cahaya fikih yang menerangi Dunia Syiah dari Kota Ardabil itu redup setelah menjalani seluruh hidupnya dengan kerja keras tak kenal lelah di jalan agama dan syariat abadi Islam.
 
Ia meninggal dunia di kota suci Najaf, Irak. Syeikh Ardabili meninggalkan banyak karya berharga layaknya cahaya yang menyinari Islam dan Syiah. Tubuh mulia beliau dikebumikan di kompleks Makam Suci Imam Ali as, dengan harapan sebagaimana di dunia ia mencintai Ahlul Bait as, di akhirat pun bisa bersama mereka.

 

Salah satu ulama besar dunia Syiah di abad ke-16 adalah Qazi Noorullah Shoushtari yang juga dikelola sebagai Syahid Tsalis.

Budaya dan peradaban manusia berhutang kepada pengorbanan para ulama yang menjaga cahaya kesadaran dan kesalehan masyarakat. Membaca kembali sejarah ulama Syiah menunjukkan dengan baik bagaimana iman yang tulus dan tekad baja mereka, bahkan dalam keadaan yang paling putus asa sekalipun, mampu mengusung panji kebangkitan dan menyerahkannya kepada generasi selanjutnya.

Qazi Noorullah Shoushtari lahir di Shushtar pada tahun 956 H dalam keluarga yang dikenal dengan ilmu pengetahuan dan keyakinannya. Ayahnya disebut Sayyid Syarif, seorang ulama terkenal, sedangkan kakek, dan saudara-saudaranya merupakan para sarjana dalam ilmu-ilmu intelektual dan sastra. Lima putra Qazi adalah penulis dan ulama terkemuka di masanya.

Setelah mempelajari pendidikan dasar di Shushtar, Qazi Noorullah melakukan perjalanan ke Mashhad untuk berguru kepada para ulama terkemuka seperti Mawla Abdul Wahed Shoushtari dan Mawla Abdul Rashid Shoushtari.

Kemudian Qazi Noorullah Shushtari bermigrasi ke India pada tahun 993 H dan menetap di kota Agra. Saat itu, Akbar Shah memerintah India. Akbar Shah telah menaklukkan kerajaan besar dengan menaklukkan tanah yang berdekatan. Meskipun dia tertarik pada ilmuwan, tapi dia tidak memiliki keyakinan yang kuat pada agama tertentu. Oleh karena ini ateisme meningkat di India, dan agama-agama ilahi berada dalam kelemahan dan kepunahan. Ketika Qazi Noorullah datang ke India, ia diberi perhatian khusus oleh Akbarshah karena ilmu dan kemampuannya yang luar biasa, dan pada usia 35 tahun ia diangkat sebagai hakim.

Shoushtari memberikan syarakat Akbar Shah bahwa dia akan menerima jabatan sebagai hakim hanya jika dia memilih dan bertindak sesuai dengan ijtihadnya dalam pekerjaan, dan  tidak meninggalkan lingkaran empat agama Hanafi, Hanbali, Syafi'i dan Maliki. Akbar Shah menerima persyaratan tersebut.

Penguasaan Hakim Noorullah terhadap masalah yurisprudensi Islam yang luas dan matang, sedemikian rupa sehingga fatwa dan penilaiannya diterima oleh ulama Sunni dan membangkitkan kekaguman mereka.

Qazi Noorullah sangat adil dan sangat menentang para penyuap dan penasehat dalam pekerjaannya mengadili, dan dia menghakimi hanya atas dasar keadilan.  Beberapa percaya bahwa Qazi Noorullah pertama-tama menyembunyikan keyakinan mazhab yang dianutnya karena Taqiyah. Tapi kelompok sejarawan lain percaya bahwa menurut beberapa bukti sejarah seperti perdebatan, tulisan dan komentar para ulama pada waktu itu, menunjukkan tentang keyakinannya sebagai penganut Syi'ahnya yang dikenal oleh orang-orang sezamannya. Bahkan beliau dikenal sebagai salah satu ulama yang menjelaskan dan mempromosikan Syiah dan cinta Ahl al-Bayt di India.

Qazi Noorullah Shoushtari adalah seorang penulis yang cakap, produktif dan penyair berbakat yang melakukan yang terbaik untuk menyebarkan agama Syiah. Karya terpenting ulama syahid ini adalah buku-buku terkenal "Ahqaq al-Haqq wa Azhaq al-Batil" dan "Majalis al-Mu'minin".

Ketika itu, salah seorang ulama Syafi'i dari Iran telah menulis sebuah buku berjudul "Ibtal Nahj al-Batil" yang menolak kepercayaan Syi'ah yang isinya telah menyebabkan penganiayaan terhadap Syi'ah.

Qazi Noorullah menulis kitab "Ahqaq al-Haqq wa Azhaq al-Batil" yang abadi dalam sejarah. Beberapa orang percaya bahwa penulisan buku inilah yang menyebabkan kesyahidan Qazi Noorullah.

Buku Majalis al-Mu'minin adalah karya abadi lain Qazi Noorullah Shoushtari, yang merupakan buku terkenal yang ditulis dalam bahasa Persia. Qazi Noorullah juga menulis buku ini untuk membela Syiah. Ketika itu ada pihak yang menyebut kemunculan Syi'ah bukan awal dari Islam tetapi era Safavi di Iran abad ke-14.

Dalam buku ini, penulis memperkenalkan sejarah Syiah dan para tokohnya. Buku ini, yang dianggap semacam ensiklopedia, ditulis empat ratus tahun yang lalu dalam situasi di mana tidak ada alat penelitian modern dan tidak ada kondisi politik dan sosial untuk penelitian bebas para sarjana Syiah. Namun iman yang kuat dan kemauan yang tinggi, menyebabkan Qazi Noorullah Shoushtari menyelesaikan penulisan buku ini. Meskipun dia tidak mengharapkan penghargaan, dan ketenaran, tetapi demi kecintaannya pada ajaran Islam Syiah.

Qazi Noorullah Shoushtari selama hidupnya aktif membimbing masyarakat dan menjalankan tugasnya sebagai hakim yang berusaha adil dan mengajar di India sampai kematian Akbar Shah wafat. Kemudian, pada masa pemerintahan putra Akbar Shah, Jahangir Shah, kebencian terhadap Qazi Noorullah meningkat dan musuh-musuhnya berusaha keras untuk mengubah pandangan Jahangir Shah tentang beliau.

Setelah Qazi Noorullah menulis buku Majalis al-Mu'minin, musuh-musuhnya memutuskan untuk melenyapkannya, dan akhirnya, dengan fitnah yang ditujukan kepadanya, mereka membujuk raja untuk menjatuhkan hukuman kepada Qazi Noorullah dan mencambuknya berulang kali hingga beliau gugur.

Ketika itu Qazi Noorullah berusia lebih dari tujuh puluh tahun. Dengan alasan ini, ia disebut martir ketiga. Jenazah Qazi Noorullah Shushtari yang berdarah dimakamkan di Akbarabad, India. Makam ulama alim ini kini menjadi tempat ziarah para pecinta mazhab Ahl al-Bayt. Qazi Noorullah mengakhiri hidupnya sebagaimana uacapan mulia Imam Ali bin Abi Thalib, “Allah telah menetapkan kematian bagi satu golongan dan kematian bagi golongan yang lain, dan masing-masing akan mencapai waktu yang telah ditentukan sebagaimana ketetapan-Nya. Maka berbahagialah para mujahidin karena terbunuh di jalan ketaatan kepada Allah,”.

 

Syeikh Mohammed bin Hussein bin Abdul Samad Haritsi yang dikenal dengan Bahauddin dan Syeikh Bahai, adalah salah seorang ulama dan cendekiawan besar Syiah dan Islam. Ia dilahirkan pada tahun 953 Hijriyah (kemungkinan 17 Dzulhijjah) di kota Baalbek, Lebanon.

Ayahnya, Izzuddin al-Amili adalah seorang ulama terkenal di Lebanon dan murid dari Syahid Thani. Garis keturunannya berujung pada Harits Hamdani, salah seorang sahabat besar Imam Ali as. Harits Hamdani adalah salah satu penolong setia Imam Ali as dalam Perang Shiffin dan Jamal.

Syeikh Bahai menghabiskan masa kecilnya di lingkungan Syiah Jabal Amil dan kemudian hijrah ke Iran bersama keluarganya pada usia 13 tahun. Pada masa itu, Dinasti Seljuk (Turki Seljuk) sedang berkuasa di Lebanon dan menekan para pecinta Ahlul Bait. Sebaliknya, di Iran yang dikuasai oleh Dinasti Safawi yang berhaluan Syiah, kondisi untuk menyebarkan mazhab Syiah terbuka lebar.

Saat itu, Iran telah menjadi pusat perkumpulan para ulama Syiah. Ayah Syeikh Bahai diangkat oleh Raja Mohammad Khodabandeh sebagai “Syeikh Islam Herat” karena keluasan ilmu dan keutamaannya. Posisi ini kemudian diteruskan ke Syeikh Bahai.

Selain ilmu-ilmu agama, Syeikh Bahai juga menguasai berbagai disiplin ilmu yang berkembang pada masa itu, termasuk matematika, arsitektur, geografi, dan astronomi. Karya arsitekturnya yang luar biasa masih dikagumi oleh para pakar di bidang ini setelah berabad-abad.

Beberapa karya arsitektur Syeikh Bahai terkenal di dunia, seperti Menara Jonban di kota Isfahan. Uniknya, jika salah satu menara diguncang, menara lainnya akan ikut bergoyang. Kubah Masjid Imam di Isfahan yang bisa memantulkan suara sampai tujuh kali, desain halaman dan aula di Kompleks Makam Imam Ali Ridha as di kota Mashad, dan desain dinding di Kompleks Makam Imam Ali as di kota Najaf, Irak yang bisa menjadi petunjuk waktu shalat zuhur di sepanjang tahun.

Berkat kecerdasan Syeikh Bahai, banyak masjid, bangunan, jembatan, jalan raya dan taman dibangun di Isfahan, ibu kota Shah Abbas. Era keemasan arsitektur Dinasti Safawi dimulai dari sini dan warisan Syeikh Bahai menjadi salah satu seni yang paling ikonik di Iran.

Arsitektur era Safawi punya pengaruh yang luar biasa pada periode selanjutnya dan mampu memengaruhi gaya arsitektur di India, Irak, Kaukasus, Uzbekistan, Dinasti Ottoman, Lahore, dan Florence, Italia. Untuk itu, hari kelahiran Syeikh Bahai ditetapkan sebagai Hari Arsitektur di Iran.

Meskipun Syeikh Bahai unggul di bidang sains pada zamannya, namun posisi ilmuwan besar ini di dunia Syiah melampaui keahliannya di bidang arsitektur, astronomi, dan matematika.

Dalam hal ini, ia berkata, “Di antara hal terpenting yang menuntut kerja keras dan waktu siang-malam sangat pantas dihabiskan untuk itu adalah (mencari) ilmu-ilmu agama yang menjadi landasan Islam dan banyak makrifat yang diserukan oleh para nabi, terutama ilmu hadis… dan menyingkap rahasia dan mutiara di dalamnya, karena ilmu hadis – setelah ilmu tafsir (al-Quran) – merupakan sumber ilmu agama dan landasan hukum utama dan sekunder.”

Syeikh Bahai adalah ulama besar yang menguasai ilmu-ilmu Islam, termasuk yurisprudensi, ilmu al-Quran dan tafsir, ushuluddin, doa dan munajat, hikmah dan filsafat, dan menjadi salah satu ulama yang paling produktif di Dunia Islam dalam hal karya tulis.

Jumlah kitab, risalah, dan catatan pinggir (anotasi) yang dibuat oleh Syeikh Bahai berjumlah 123 judul. Kitab Jami' Abbasi adalah buku fikih yang paling terkenal yang ditulis oleh ulama besar ini. Kitab yang ditulis dalam bahasa Persia ini merupakan sebuah inisiatif baru dalam penulisan buku-buku fikih untuk masyarakat umum. Sebagian ulama menganggapnya sebagai buku fikih pertama dalam bahasa Persia dalam bentuk fikih praktis.

Sebagai ulama besar Syiah, Syeikh Bahai menaruh perhatian serius pada dua sumber utama fikih yaitu, kitab suci al-Quran dan Sunnah Nabi Saw. Metodenya dalam menjelaskan hukum fikih adalah bahwa pertama-tama ia merujuk pada ayat-ayat al-Quran dan tafsir yang terkait dengan topik yang sedang dibahas, kemudian ia memanfaatkan riwayat dan hadis untuk mempelajari aspek-aspek masalah.

Sambil mengkritik dan mengkaji pendapat para fakih lain dalam topik yang sama, Syeikh Bahai kemudian mengumumkan pendapatnya. Metode ini dapat ditemukan dalam buku Mashriq al-Shamsin.

Dalam fikih Syeikh Bahai, ilmu hadis menjadi salah satu rujukan utama. Oleh karena itu, ia memberikan perhatian khusus untuk memastikan hadis yang sahih dan hadis palsu. Ilmu yang mempelajari tentang hakikat periwayatan dan segala seluk-beluk sebuah hadis disebut Ilmu Dirayah.

Syeikh Bahai menaruh perhatian besar pada Ilmu Dirayah dan menuliskan catatan tentang dirayah hadis pada dua buku pentingnya yaitu, Mashriq al-Shamsin dan Habl al-Matin. Fikih yang berbasis metode riwayat dapat ditemukan dalam buku-buku fikih yang ditulis oleh Syeikh Bahai.

Dalam buku Habl al-Matin, misalnya, setiap tema kajian akan diawali dengan menyebutkan riwayat-riwayat yang berhubungan dengan itu dan sanadnya. Kemudian diikuti dengan penjelasan teks riwayat dan selanjutnya Syeikh Bahai akan mengeluarkan pendapatnya yang disertai dengan dalil-dalil yang kuat.

Di samping fikih, Syeikh Bahai juga punya ketertarikan khusus pada irfan dan bahkan Allamah Majlisi menganggap ia sebagai orang yang zuhud dan suka berkhalwat. Oleh sebab itu, sebagian orang memandang Syeikh Bahai sebagai ahli tasawuf, tetapi referensi yang ada menunjukkan bahwa ia mengkritik keras sebagian metode dan keyakinan para sufi serta mencelanya karena telah menyimpang dari pokok ajaran agama.

Aspek penting lain dari kepribadian Syeikh Bahai adalah peran politik dan sosialnya di Iran saat itu. Para ulama Syiah biasanya tidak memiliki hubungan dekat dengan istana raja, karena mereka menganggapnya berdosa membantu para penindas dan penguasa lalim.

Namun, dalam beberapa periode termasuk periode Safawi di Iran, beberapa ulama Syiah memiliki hubungan dekat dengan istana raja, hubungan ini tidak pernah untuk mencari kekuasaan dan keduniawian, tetapi sebaliknya, kubu ulama dengan pemahaman yang tepat akan kondisi saat itu, memilih berkomunikasi dengan istana dengan tujuan menyebarluaskan agama dan memperbaiki kondisi masyarakat Muslim.

Syeikh Bahai hidup di salah satu periode terpenting dalam sejarah Iran yaitu, era Safawi. Ia hidup sezaman dengan empat raja Dinasti Safawi, tetapi kegiatan politik dan sosialnya lebih sering dilakukan pada masa pemerintahan Shah Abbas Safawi.

Pada tahun 996 H, Syeikh Bahai diangkat oleh Shah Abbas Kabir menjadi Syeikh al-Islam Isfahan (ibukota baru Shah Abbas) dan memegang posisi ini sampai akhir hayatnya. Ia menjadi otoritas tertinggi agama yang bertugas untuk memerangi kezaliman terhadap kaum lemah, menegakkan amar makruf dan nahi munkar, menjelaskan persoalan fikih kepada masyarakat, dan menerapkan hukum agama di tengah masyarakat.

Hubungan Syeikh Bahai dengan istana bertujuan untuk memberikan pengarahan dan membimbing masyarakat. Ia menggunakan pengaruh para raja untuk memperkuat agama dan melindungi orang-orang yang tertindas.

Syeikh Bahai Amili wafat pada tahun 1031 H setelah menghabiskan 78 tahun dari usianya untuk menyebarluaskan mazhab Ahlul Bait. Dikisahkan bahwa beberapa hari sebelum wafat, ia dan sekelompok pengikut dan muridnya pergi berziarah ke makam salah satu orang arif. Di tengah ziarah, ia mendengar sebuah suara yang mengajaknya bersiap untuk menyambut kematian.

Sekembali dari tempat itu, Syeikh Bahai memilih berkhalwat dan meninggal dunia setelah sakit selama tujuh hari. Sesuai dengan wasiatnya, jenazahnya dibawa ke Mashad dan dikebumikan di madrasahnya yang berada di pelataran Kompleks Makam Imam Ridha as. Ia telah pergi untuk selamanya, tetapi cahaya ilmu yang bersumber dari Ahlul Bait, tetap menerangi jalan umat manusia. 

 

Salah satu karakteristik Abad ke-11 Hijriah Qamariyah adalah konfrontasi serius pemikiran Syiah dengan pemikiran filsafat Barat.

Oleh karena itu beberapa ulama besar Syiah terjun menghadapi pemikiran-pemikiran filsafat ini, dan berhasil membangun fondasi pemikiran filsafat Syiah dengan metode, dan sumber-sumbernya yang khas. Dalam hal ini Mir Damad memberikan kontribusi yang cukup besar dalam membangun pemikiran filsafat Syiah dan Dunia Islam.
 
Sejarah Syiah dan kehidupan para ulamanya di masa keghaiban Imam Mahdi af, merupakan sejarah yang sarat dengan pasang surut, namun dalam sejarah yang penuh peristiwa itu, ajaran Syiah berhasil mempertahankan keasliannya sebagai ajaran yang independen dan hidup di hadapan serbuan berbagai pemikiran. Kemampuan ini bagi sebuah ajaran yang selama berabad-abad dimusuhi oleh para penguasa Muslim, dan non-Muslim, lahir berkat tiang-tiang pemikiran Syiah yaitu Imamah dan Wilayah.
 
Mir Damad adalah seorang ulama Syiah Abad-11 Hijriah Qamariyah, masa yang penuh gejolak pemikiran itu. Ia seorang filsuf, teolog, fakih, dan penyair Syiah unggul di masa Dinasti Safawiah di Iran. Mir Damad merupakan ahli di bidang ilmu-ilmu Islam terutama fikih, tafsir Al Quran, dan hadis, dan ia memiliki pandangan mandiri dalam ilmu-ilmu ini. Akan tetapi keahlian yang lebih menonjol dalam dirinya sebagai ilmuwan adalah hikmah dan filsafat.
 
Ia adalah hakim terbesar di era Safavi yang kemunculannya di bidang pemikiran Isfahan, berhasil “mengguncang” filsafat. Oleh karena itu ia dikenal sebagai Guru Ketiga. Sebelumnya Aristoteles disebut sebagai Guru Pertama, kemudian Al Farabi, sebagai Guru Kedua. Mir Damad percaya aliran-aliran pemikiran terdahulu sangat sederhana dan pemula sekali, oleh karena itu ia berusaha menggabungkan sumber filsafat Yunani dengan visi Irfani, dan dengan menggunakan ajaran akidah Syiah, ia menyuguhkan sistem filsafat Islam yang dinamainya sendiri sebagai “Hikmah Yamani”. 
 
Mir Mohammad Bagher Astarabadi yang lebih dikenal dengan Mir Damad termasuk tokoh penting dalam aliran filsafat Isfahan. Karya monumentalnya di bidang filsafat adalah Al Qabasat, dan murid terbaiknya adalah Mulla Sadra. Mir Mohammad lahir pada tahun 969 Hijriah Qamariyah. Ayahnya Sayid Mohamad Hossein Astarabadi, dan ibunya adalah putri dari Mohaghegh Karaki atau yang lebih dikenal sebagai Mohaghegh Sani.
 
Oleh karena itu sejak kanak-kanak Mir Damad sudah mendapatkan pendidikan dari ayah dan ibu yang unggul serta bertakwa, di sebuah keluarga berilmu. Mir Mohammad setelah menempuh pendidikan dasar berangkat ke kota Mashhad, dan di sana ia belajar kepada sejumlah guru terkemuka di Hauzah Ilmiah. Kemudian dengan maksud meraih cita-cita lebih tinggi dalam ilmu dan penelitian, ia menghabiskan waktu bertahun-tahun di kota Qazvin, Herat dan Isfahan yang kala itu ketiganya merupakan pusat ilmu penting di Iran. 
 
Guru-guru terpenting Mir Damad di antaranya adalah Sayid Ali Mousavi Amoli, Abdolali Amoli yang merupakan pamannya, dan Syeikh Ezzoddin Hossein Amoli, ayah dari Syeikh Bahai. Sepertinya perjalanan Mir Damad ke Qazvin, Herat dan Mashhad mengikuti gurunya Syeikh Ezzoddin yang karena faktor politik dan sosial, beberapa kali berpindah-pindah tempat tinggal.
 
Syeikh Bahai putra Syeikh Ezzoddin merupakan teman dekat Mir Damad, banyak cerita yang mengisahkan kedekatan mereka berdua. Di antara cerita itu, dalam sebuah perjalanan kedua ulama besar ini pergi bersama Syah Abbas. Syeikh Bahai bertubuh langsing, dan menunggangi sebuah kuda ramping, dan berada paling depan dari semuanya. Sebaliknya Mir Damad memiliki tubuh tinggi besar, yang meski berusaha keras, namun kudanya tidak bisa berjalan lebih cepat. Syah Abbas yang menyaksikan hal ini kemudian ingin menguji kedekatan atau kecemburuan dua sahabat tersebut.
 
Setelah itu ia mendekati Mir Damad, dan dengan tersenyum menunjuk kepada Syeikh Bahai dan berkata, “Mir, lihatlah Syeikh Bahai tidak punya sopan santun, tanpa memperhatikan kita, pergi lebih cepat.” Mir Damad menjawab, “Bukan begitu, Syeikh Bahai adalah ilmuwan besar, dan kudanya karena mengetahui ditunggangi oleh orang semacam itu, bergairah dan bergerak lebih cepat.”
 
Lalu Syah Abbas memacu kudanya sampai mendekati Syeikh Bahai dan berkata kepadanya, “Sejauh yang saya lihat, para pemikir tidak terlalu banyak makan, tapi Mir Damad karena begitu rakus pada makanan, sampai badanya gemuk seperti itu.” Syeikh Bahai menjawab, “Bukan begitu, Mir Damad hanya rakus melahap ilmu, dan badannya yang gemuk itu tidak ada hubungannya dengan rakus makan. Kuda Mir Damad lelah dan berjalan lambat karena ditunggangi oleh orang mulia yang bahkan gunung pun tak sanggup menahan beratnya ilmu pengetahuan yang dimiliki orang itu.” 
 
Masa-masa menempuh ilmu yang dijalani Mir Damad di Herat di bawah pengajaran Syeikh Ezzoddin  Hossein adalah masa-masa yang kaya ilmu pengetahuan. Di akhir masa pembelajaran itu, Mir Damad kemudian dikenal sebagai seorang ulama unggul, dan ahli di bidang filsafat, fikih dan hadis. Setelah Syah Tahmaseb meninggal dunia, dan Syah Esmail Kedua naik tahta, kondisi bagi para ulama Syiah bertambah sulit, dan di masa ini para ulama berusaha menjauh dari pusat kekuasaan yaitu Qazvin.
 
Oleh karena itu Mir Damad dan Syeikh Bahai berpindah tempat dari Qzvin ke Isfahan, dan sibuk mengajar di sana. Hingga ketika kekuasaan sampai ke tangan Syah Abbas, dan menjadikan Isfahan sebagai pusat kekuasaan. Karena Syah Abbas sangat menyukai ilmu pengetahuan, para ulama Syiah kembali merasakan kebebasan dan keamanan, selain itu ilmu pengetahuan juga mengalami pertumbuhan cepat di masa ini. Isfahan di masa Syah Esmail memiliki banyak sekolah bagus, dan pelajar agama bekerja keras menuntut ilmu, dan ajaran Islam. Mir Damad mengajar filsafat di Madrasah Khoja Isfahan, dan Syeikh Bahai mengajar tafsir, fikih dan hadis di madrasah yang sama.
 
Mir Damad di masa hidupnya mendidik banyak murid, di antaranya yang kelak menjadi orang besar adalah Mulla Sadra, Abdolrazaq Lahiji, Mulla Mohammad Feiz Kashani, dan Mohaghegh Khansari. Mir Damad sendiri yang memilih murid, dan sebelum menerima mereka sebagai murid, Mir Damad akan menguji dan mewawancarai mereka. Orang-orang yang dianggap layak belajar hikmah akan diterimanya menjadi murid. Hakim bijaksana ini percaya bahwa hikmah jika berada di tangan orang-orang yang tidak bisa memahami dengan benar, maka akan menyebabkan kesesatan pada mereka, dan orang lain.
 
Salah satu murid terhebat Mir Damad adalah Sadr Al Motaalihin yang lebih dikenal sebagai Mulla Sadra, filsuf paling berpengaruh di era Safavi dan pencetus Hikmah Mutaaliyah. Hakim besar ini menganggap akal saja tidak akan cukup menjadi alat untuk mencapai hakikat hikmah, ia percaya wahyu Ilahi dan penyingkapan-penyingkapan Irfani harus menjadi sumber asli dan terpercaya bagi filsafat. Hikmah Mutaaliyah dalam tiga abad terakhir merupakan ajaran filsafat paling menonjol di Dunia Islam, dan menjadi perhatian para filsuf Barat.
 
Mir Damad menghasilkan lebih dari 50 karya besar dan berharga, yang kebanyakan ditulis tangan oleh dirinya sendiri. Karya terbesar Mir Damad di antaranya adalah Al Qabasat, Taqdisaat, Jazwaat, dan Sadruhul Muntaha. Buku Al Qabasat membahas tentang penciptaan alam semesta, buku Taqdisaat membahas Hikmah Ilahi, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan serta kerancuan tentang Tauhid, dan Keesaan Tuhan.
 
Jazwaat mencakup pendapat Mir Damad tentang filsafat, dan buku Sadruhul Muntaha adalah kitab tafsir Al Quran. Mir Damad juga menulis buku lain yang diberi judul “Al Rawasyih Al Samawiah” yang menjelaskan hadis, riwayat dan perkataan Imam Maksum as. Hakim besar ini juga menulis syair dengan tema-tema Irfani dan falsafi.
 
Mir Damad selain keunggulannya dalam teori, dalam akhlak dan sifat baik termasuk yang terdepan. Ia menganggap upaya manusia menjalankan perintah agama, dan mematuhi adab perjalanan spiritual atau suluk, sebagai penjamin kebahagiaan dan kesempurnaan manusia, dan ia sangat menaruh perhatian besar padanya. Ia sangat cinta membaca Al Quran, setiap malam ia membaca setengah Al Quran.
 
Ia juga sangat menekankan hal-hal mustahab termasuk shalat nafilah, tidak meninggalkan munajat kepada Allah Swt di malam hari, dan ia banyak berzikir, menyucikan diri. Ia makan dan tidur secukupnya, hanya sebagai upaya memulihkan tenaga untuk kembali menjalankan ibadah, meneliti, dan mengajar, tidak pernah menjadikan tidur dan makan untuk bersenang-senang dan mencari kenikmatan.
 
Kita sering menemukan nama tokoh-tokoh semacam Al Farabi, Ibnu Sina, Suhrawardi, Mulla Sadra dan yang lainnya di buku-buku sejarah filsafat, namun kita tidak pernah melihat nama Mir Damad. Kita akan terkejut karena orang yang telah mendidik murid semacam Mulla Sadra, dan menulis ratusan buku serta makalah ilmiah, namun sangat sedikit ditulis tentang pemikirannya.
 
Salah satu alasan mengapa sedikit sekali yang menulis tentang pemikiran Mir Damad adalah karena tingkat kedalaman dan kerumitan pemikirannya tentang filsafat yang tinggi, sehingga sulit untuk mengulasnya. Mir Damad percaya pemikiran luhur filsafat tidak boleh diberikan kepada orang bodoh yang tidak memiliki batin yang bersih, perasaan yang lurus, tekad yang kuat, dan kecerdasan yang memadai, karena orang-orang semacam ini ketika belajar hikmah yang melampaui pemahamannya, tidak diragukan akan menuju kesesatan, dan membawa orang lain ke dalam kesesatan.
 
Filsuf terkemuka Prancis, Henry Corbin menyebut alasan sulitnya penulisan karya-karya Mir Damad adalah upayanya menghindari pengkafiran dan pengejaran musuh yang di kemudian hari menyebabkan muridnya Mulla Sadra diasingkan.

Rabu, 21 Juli 2021 20:48

Mir Mohammad Bagher Astarabadi

 

Mir Damad (Mir Mohammad Bagher Astarabadi) adalah seorang ulama Syiah Abad-11 Hijriah Qamariyah, masa yang penuh gejolak pemikiran itu. Ia seorang filsuf, teolog, fakih, dan penyair Syiah unggul di masa Dinasti Safawiah di Iran. Ia juga dikenal sebagai Guru Ketiga.

Pada abad ke-11, filsafat Islam mengambil lompatan yang signifikan, dan beberapa pemikir besar Syiah memfokuskan aktivitas mereka pada kebijaksanaan dan filsafat. Ada beberapa alasan mengapa para cendekiawan Muslim masuk ke Lembah Filsafat. Salah satu alasan ini tergantung pada sifat ilmu filsafat. Filsafat berarti berpikir tentang masalah paling umum dan mendasar yang kita hadapi dalam hidup dan di dunia.

Filsafat muncul ketika kita mengajukan pertanyaan mendasar tentang diri kita sendiri dan dunia. Pertanyaan seperti: Di ​​mana kita sebelum lahir dan apa yang terjadi pada kita setelah kematian? Apa itu kecantikan? Apakah hidup kita dijalankan oleh orang atau kekuatan lain? Apakah dunia membutuhkan pencipta? Apa itu Tuhan? Apakah tujuan hidup? Apa itu kebahagiaan sejati? Dan puluhan pertanyaan seperti ini. Para filsuf mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan mengandalkan akal. Tetapi dengan sedikit perhatian kita melihat bahwa inilah pertanyaan-pertanyaan dasar yang juga coba dijawab oleh agama-agama ilahi.

Di antara berbagai agama, agama Islam, khususnya mazhab Syi'ah, lebih sejalan dengan ilmu filsafat karena pandangannya yang besar mengenai akal. Sifat pemikiran Islam, khususnya pemikiran Syi'ah, sesuai dengan rasionalitas, dan teks-teks agama penting Islam, termasuk Al-Qur'an dan hadits para maksumin, menekankan penggunaan akal yang benar dan ketaatan pada aturan rasional.

Dalam ajaran Islam, akal beserta wahyu merupakan otoritas dan petunjuk yang diberikan Allah kepada manusia untuk menemukan jalan petunjuk. Nahj al-Balaghah penuh dengan khutbah mistik dan filosofis Amirulmukminin Ali as dan riwayat para Imam lainnya, terutama Imam Baqir as, Imam Sadiq as dan perdebatan Imam Ridha as juga sarat dengan argumentasi rasional dan filosofis. Dengan demikian, hakikat pemikiran Syi'ah tidak pernah sepi dari pemikiran filosofis.

Dari sisi lain, saat itu ulama Syah juga menghadapi fenomena baru yang lain, menghadapi budaya Barat. Di era Safawi, bangsa Eropa banyak tinggal di Iran dengan berbagai alasan mulai dari pialang, wisatawan, pedagang dan bahkan dokter untuk menyebarkan agama Kristen. Sejarah mencatat bahwa pemerintah Eropa mengirim misionaris ke Iran untuk mengubah agama rakyat negara ini. Mereka berupaya mengubah keyakinan masyarakat dan mencitrakan bahwa Islam tidak benar dengan menyebarkan keraguan dan syubhat melalui buku-buku dan acara tabligh.

Di kondisi seperti ini, tugas ulama adalah membela agama secara rasional. Pembelaan dan penjelasan akan keyakinan agama sebelumnya diemban oleh para ulama dalam bentuk Ilmu Teologi. Ilmu Teologi menggunakan dua sumber, akal dan nakli (al-Quran dan hadis), dan memiliki metode khusus. Namun seperti yang disadari para filosof Syiah, metode falsafi lebih baik dari teologi untuk menjawab syubhat ini dan membela agama. Dengan demikian mereka semakin cenderung untuk menggali ilmu ini.

Di kalangan filosof Muslim, ulama seperti Farabi, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, Khajeh Nasir al-Din Tusi, Shahab al-Din Suhrawardi, Mir Damad, dan Mullah Sadra memiliki gaya dan sistem filsafatnya sendiri. Sementara itu, ada banyak kesamaan antara sistem filsafat Ibnu Sina, Mir Damad dan Mulla Sadra. Tampaknya Mir Damad melanjutkan gerakan yang dimulai oleh Ibnu Sina dan diakhiri oleh Sadr al-Muta'allehin. Masing-masing orang bijak besar ini telah menciptakan titik balik dalam proses pemikiran Muslim.

Ibnu Sina adalah pengikut kuat Aristoteles dan filsafatnya, "filsafat Mashaa". Aristoteles, filsuf terbesar dari sekolah Yunani, percaya bahwa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar ini, manusia cukup menggunakan kecerdasannya dengan benar. Dengan mencoba merumuskan hukum-hukum berpikir yang benar (logika), ia berusaha mencegah manusia dari membuat kesalahan dalam berpikir, sehingga cahaya akal dapat memperjelas kebenaran.

Ibnu Sina sepenuhnya berkomitmen pada prinsip-prinsip filsafat Aristoteles, tetapi dia percaya bahwa akal dan agama tidak bertentangan satu sama lain, dan apa pun yang dihukumi akal, agama akan menerimanya. Dan di sisi lain, semua aturan agama, jika dipahami dengan benar, pasti disetujui oleh akal. Oleh karena itu, ia mencoba menerapkan filosofi Aristoteles pada prinsip dan keyakinan agama. Namun terlepas dari upaya Ibnu Sina untuk menyelaraskan filsafat dan agama, ia tidak terlalu berhasil di mata para kritikus.

Gagasan dan pemikiran Ibnu Sina sangat suci bagi para filosof setelahnya, dan untuk waktu yang lama tidak ada orang bijak yang berani mengkritik atau menolak gagasannya. Shahab al-Din Suhrawardi, yang dikenal sebagai Syekh Ishraq, salah satu orang bijak abad keenam Hijriah, adalah orang bijak Muslim pertama yang secara serius mengkritik teori-teori Ibnu Sina. Meskipun Syeikh Ishraq telah menerima banyak prinsip filsafat rasionalis Mashaa, dia percaya bahwa akal saja tidak cukup untuk menemukan seluruh kebenaran. Dia percaya bahwa manusia memiliki cara lain untuk mengetahui dan itu adalah pengalaman mistik. Dengan cara ini, ia mendirikan sistem filsafat Islam lain yang disebut "Filsafat Pencerahan" di mana mistisisme memiliki tempat khusus dalam menjawab masalah utama filsafat.

Mir Damad percaya bahwa Ibn Sina dan Suhrawardi, meskipun telah melakukan upaya yang terpuji, tidak berhasil menyesuaikan sistem filosofi mereka dengan Islam dan Syi'ah. Alasan untuk ini adalah kurangnya penguasaan yang memadai atas sumber-sumber agama dan metode mereka sesuai dengan akal dan syariah. Sebaliknya, Mir Damad telah menggunakan kehadiran para ahli hadits dan narasi terbesar selama bertahun-tahun, dan hidupnya dipenuhi dengan angin inspirasi dari kata-kata Maksum.

Orang bijak yang bijaksana ini, ketika masih remaja, diizinkan untuk meriwayatkan dari banyak ulama pada waktu itu dan mendominasi dan mengelilingi banyak sumber penting dari narasi Syi'ah. Ia juga sangat ahli dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an. Keunggulan ini membuat Mirdamad cukup berhasil dalam penerapan agama dan filsafat di atas para pendahulunya.

Mir Damad sebenarnya adalah pendiri filsafat mazhab Isfahan. Para pemikir besar yang telah terdidik dalam bidang pemikiran ini, selain sangat menyukai Al-Qur'an dan tafsirnya, juga sangat mengenal riwayat-riwayat para Imam (as). Mir Damad memainkan peran yang sangat penting dalam membangun filsafat Syi'ah berdasarkan hadits dan ajaran Islam. Dia menyelaraskan kosmologi Ibnu Sinai dengan Imamologi Syi'ah dan mendasarkan dasar ontologisnya pada keberadaan suci empat belas maksum.

Mir Damad mengkritik keras suasana intelektual seminari Isfahan dan mempersiapkan para pemikir untuk menerima sistem filosofis baru dan, lebih lengkapnya, sebuah revolusi filosofis. Dengan keyakinan yang tak tertandingi, ia menyebut ide-ide filosofis di hadapannya sebagai "kebodohan filosofis" dan menganggap kebijaksanaan dan filosofinya sebagai langkah besar dalam mereformasi dan mempromosikan filsafat Islam.

Tentu saja, orang bijak yang bijaksana ini, terlepas dari sikapnya terhadap masa lalu, tidak memasuki lembah ekstremisme fanatik, dan setelah mengkritik sekolah-sekolah sebelum dia, baik Islam maupun Yunani, dia menggunakan beberapa elemen dan metode yang berguna. Karena itu, ia sama sekali tidak menolak filsafat Yunani dan bahkan menganggap beberapa unsurnya berasal dari kebijaksanaan para nabi. Terlepas dari kritiknya terhadap jalan pemikiran filosofis sebelumnya, Mir Damad telah berperilaku sedemikian rupa sehingga orang lain mengenalinya sebagai kritikus yang adil dan brilian.

Mir Damad percaya bahwa kebijaksanaan sejati adalah kebijaksanaan yang diturunkan kepada umat manusia oleh Pencipta manusia dan melalui para nabi. Filsuf besar ini menyebut judul aliran filsafatnya "Kebijaksanaan Yamani" dan menyatakan dalam tulisannya bahwa "Kebijaksanaan Yamani" adalah kebijaksanaan dan rasionalitas yang sama yang telah terbentuk sepanjang sejarah di dunia Islam. Yuman adalah alegori dari bagian kanan atau timur lembah dari mana Nabi Musa mendengar pesan Tuhan.

Dalam pengertian ini, timur adalah sumber cahaya ilahi dan titik yang berlawanan dengan barat. Dia percaya bahwa kebijaksanaan (filsafat) ini mencakup metode dan teori benar dan salah yang perlu dikritik dan ditambah untuk mendekati kebijaksanaan Yuman yang dibawa oleh para nabi. Mir Damad menganggap dirinya sebagai kritikus dan pembaharu yang sama yang mampu membebaskan kebijaksanaan Yamani dari kesalahan dan kesalahpahaman dan membawanya ke posisi yang layak. Setelah dia, muridnya yang bijak "Hakim Mullah Sadra" mampu mengambil langkah besar dalam menegakkan filsafat Islam dengan membangun kebijaksanaan transenden, sehingga setelah tiga ratus tahun, beberapa filsuf Barat terbesar, termasuk "Henry Corben" duduk mendengarkan pelajarannya.

Mir Damad jatuh sakit parah pada 1040 H ketika dia dalam perjalanan ke Karbala dan Najaf untuk mengunjungi para Imam Maksum as, dan meninggal di dekat Najaf ketika dia berusia tujuh puluh tahun. Tubuh sucinya dengan hormat dibawa ke Najaf Ashraf dan dimakamkan di ambang pintu kompleks suci makam Imam Ali (as). Dengan demikian, buku kehidupan seorang bijak terkemuka dan besar di dunia Islam ditutup dan daun emas dan bercahaya ditambahkan ke sejarah mulia ulama. Semoga arwahnya bersama para auliya Allah.

 

Sekitar 11 tahun lalu, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei secara resmi menyampaikan wacana referendum sebagai solusi masalah Palestina untuk pertama kalinya.

Pandangan Rahbar yang dikemukakan sejak 20 Oktober 2000 ini mengandung beberapa ungkapan dan proposisi strategis yang menjelaskan pandangan Republik Islam Iran. Beliau mengatakan, "Para pemuda umat Islam telah mengibarkan panji-panji jihad di Palestina demi mempertahankan martabat, identitas dan eksistensinya dengan jiwa mereka sendiri. Saya katakan kepada saudara-saudara Palestina: Lanjutkan perjuangan Anda !"

Ayatullah Khamenei menegaskan,"Perlawanan Palestina terus berlanjut disertai upaya diplomatik dan politik. Jalan penyelesaian terakhir bagi bangsa Palestina yang tertindas adalah jihad dan perlawanan berani melawan penjajah. Pembentukan negara Palestina dibangun melalui kembalinya semua orang Palestina ke negara mereka, dan menghadapi musuh dengan  otoritas dan kekuatan bersenjata,".

Ditegaskannya, "Mempersenjatai Tepi Barat sebagai suatu keharusan. Setiap rencana aksi harus didasarkan pada prinsip semua Palestina untuk semua orang Palestina. Perlawanan berani oleh orang-orang yang rumah dan negaranya diduduki diakui dalam semua perjanjian internasional,". 

Di tempat lain dalam pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menekankan perlunya kehadiran rakyat dan pemuda untuk pembebasan Quds Syarif. Ayatullah Khamenei mengungkapkan, "Jika nasib perjuangan Palestina ada di tangan segelintir politisi, rakyat tidak memiliki peran di dalamnya, nasib mereka akan seperti yang Anda lihat saat ini; kehinaan; mundur ke belakang; Memberikan tanah kepada musuh; mengosongkan barak satu demi satu untuk musuh yang menindas, agresor, tidak punya malu dan keji. Sementara itu, para pemimpin negara-negara Arab berdiam diri dan tidak bertindak dalam insiden getir Camp David dan berupaya menghilangkan masalah Palestina di benak komunitas Muslim, dan ini adalah pengkhianatan besar terhadap perjuangan Palestina,".

"Untuk membebaskan Palestina perlu fokus pada musuh bersama negara-negara Arab serta menghindari ketegangan dan perang di tengah masyarakat Muslim, dan negara-negara Muslim harus memberikan bantuan nyata kepada negara-negara garis depan demi menyelamatkan Palestina. Di masa lalu, beberapa pemerintah bahkan menikam negara-negara garis depan dari belakang! Contoh nyatanya adalah pemerintah Iran di era Pahlevi," tutur Rahbar.

Ayatullah Khamenei juga mengingatkan dunia Islam mengenai peran rezim Zionis dalam menciptakan perpecahan di dunia Islam dan kesia-siaan bernegosiasi dengan rezim perampas dan ekspansionis ini. Beliau mengungkapkan, "Rezim Zionis diciptakan oleh kekuatan politik dan ekonomi dunia untuk tujuan supaya dunia Islam tidak bersatu dan memiliki harga diri. Mereka tidak akan membiarkan kaum muslimin membentuk satu kesatuan besar yang akan menjadi ancamannya. Orang-orang yang polos berpikir bisa bernegosiasi dengan rezim Zionis. Padahal, setiap pembicaraan untuk rezim Zionis seperti membuka lapangan bagi mereka untuk maju. Kemarin mereka membantunya dalam pembicaraan, hari ini mereka datang dan mengklaim Masjid Al-Aqsa. Ancaman dan penyuapan digunakan sebagai alat dari pihak Barat-Ibrani. Berkomitmen untuk bernegosiasi dengan Israel serta melupakan jihad dan perlawanan di beberapa kelompok Palestina, bergerak untuk bernegosiasi dengan rezim penipu, pembohong dan perampas adalah kesalahan besar yang tak termaafkan dan menunda kemenangan bangsa Palestina,". 

Ayatullah Khamenei meyakini rezim Zionis yang menjajah Palestina adalah rezim rasis. Oleh karena itu tidak bisa diharapkan akan membawa keadilan dan perdamaian. Sebab mereka telah mengusir suatu bangsa dari tanah airnya, dan mereka yang tinggal menjadi sasaran orang asing yang dibawa ke sana. Lalu bisakah bangsa ini dibungkam. Ketika Republik Islam memperjuangkan aspirasi mereka dianggap menentang proses perdamaian.

Rahbar memaparkan, "Tentu saja, kami menentang kebijakan seperti itu. Ini adalah fantasi ketika Anda berpikir sebuah bangsa dapat dihapus dari sejarahnya, dan bangsa palsu diciptakan sebagai gantinya! Orang-orang Palestina memiliki budaya, peradaban dan sejarah. Tidak ada cara lain untuk menyembuhkannya. Saya katakan kepada mereka yang melihat masalah Timur Tengah sebagai krisis global, satu-satunya cara untuk menahan atau menghilangkan krisis Timur Tengah adalah dengan mencabut akar krisis. Apa akar dari krisis? keberadaan rezim Zionis di kawasan. Pengungsi Palestina harus kembali ke Palestina dari Lebanon dan tempat lain. Orang-orang asli Palestina - apakah Muslim, Kristen, Yahudi - mengadakan referendum dan memutuskan rezim mana yang memerintah negara mereka,". 

Ayatullah Khamenei mengatakan, "Hari ini, bangsa Muslim Palestina telah tampil ke depan atas nama Islam dan dengan slogan Islam. Musuh segera mengerti apa yang sedang terjadi. Ketika intifada di Palestina dimulai satu dekade lalu, musuh merasa terancam. Mereka [rezim Zionis] berupaya menghancurkannya, karena gerakan ini membawa nama Islam,".

"Saya perlu mengingatkan para pemimpin negara-negara Arab tentang tanggung jawab besar yang mereka miliki saat ini. Hari ini, umat Islam berharap dari para pemimpin Arab. Para pemimpin Arab bisa mendapatkan prestise abadi untuk diri mereka sendiri dengan keputusan yang tepat. Tentu saja, masalah Palestina tidak akan diselesaikan dengan pertemuan-pertemuan ini. Namun KTT ini dapat menyampaikan tuntutan bangsa Palestina kepada dunia.Tuntutan paling mendesak dari bangsa Palestina adalah agar para pelaku pembantaian warga Palestina diadili dan dihukum di pengadilan Islam atau Arab. Quds Syarif harus sepenuhnya dibersihkan dari Zionis. Biarkan rakyat Palestina memutuskan dengan bebas masa depan dan nasib mereka. Kontrak [kompromi dengan rezim Zionis] tidak berpengaruh dan tidak menguntungkan, bahkan hanya akan memalukan bagi mereka yang telah menandatanganinya," ungkap Rahbar. 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran memandang perlunya mengintegrasikan perlawanan bersenjata dan melanjutkan upaya hukum di PBB untuk mengadakan referendum. Dengan demikian, eksistensi Israel yang tergantung pada penghancuran bertahap identitas dan keberadaan Palestina harus dihadapi dengan perlawanan tegas dan bersenjata terhadap rezim agresor tersebut.

Mengenai perlunya melanjutkan perlawanan terhadap rezim Zionis, Rahbar mengatakan, "Dalam menghadapi rezim Zionis, Palestina harus menunjukkan kekuatan. Jika bukan karena menghadapi rudal Gaza, apakah rezim Zionis akan mundur. Oleh karena itu, Tepi Barat, seperti Gaza, harus dipersenjatai. Karena tangan kekuasaan sangat dibutuhkan. Amerika Serikat harus mempertimbangkan proposal Iran untuk referendum Palestina dan dengan keputusan yang berani, menyelamatkan diri dari simpul yang tidak dapat dipecahkan selama ini. Dokumen kesungguhan negara-negara Muslim dalam mendukung rakyat Palestina adalah pemutusan hubungan politik dan ekonomi yang terbuka dan terselubung dengan rezim tersebut. Pemerintah yang menjadi tuan rumah kedutaan atau kantor ekonomi Zionis tidak dapat mengklaim membela Palestina, dan tidak ada slogan anti-Zionis yang akan dianggap serius oleh mereka,". 

Ayatullah Khamenei juga memandang dukungan rakyat Palestina sebagai tugas agama serta tugas kemanusiaan. Oleh karena itu, Iran senantiasa mendukung Palestina dan menekankan ketidakmampuan metode kompromi sejak awal, karena telah berulang kali gagal dan berbahaya serta menimbulkan kerugian besar.

Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam percaya bahwa kesempatan yang diberikan untuk proses kompromi dengan Israel berefek destruktif terhadap perlawanan dan perjuangan rakyat Palestina. Penentangan Iran terhadap apa yang disebut dialog perdamaian Timur Tengah, karena tidak adil, penghinaan, arogan, dan irasional.

 

Program "Solusi Masalah Palestina dalam Perspektif Iran" terdiri dari 10 bagian yang akan membahas penyelesaian masalah Palestina dari perspektif Pemimpin Besar Revolusi Islam, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei.

Front arogan, terutama di bawah mantan Presiden AS Donald Trump dan sekarang di bawah Biden, berusaha menerapkan Kesepakatan Abad untuk mempercepat dan mengabadikan normalisasi kompromi negara-negara Arab dan arus reaksioner dengan rezim Zionis Israel.

Pada program ini, kami mencoba memperkenalkan inisiatif Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran tentang masa depan Palestina. Dalam hal ini, solusi  demokratis adalah dengan mengacu pada opini publik masyarakat asli Palestina, baik yang tinggal di dalam wilayah Palestina yang diduduki atau yang tinggal di kamp-kamp pengungsi Palestina di berbagai negara dunia.

Pendekatan jihad dan perlawanan bersenjata melawan pendudukan dan desain referendum nasional saling melengkapi untuk menyelesaikan masalah Palestina

Selama ini Republik Islam Iran telah menawarkan dua solusi simultan dan saling melengkapi untuk penyelesaian masalah Palestina yaitu: perlawanan dan penyelenggaraan referendum. Menyelenggarakan referendum di Palestina adalah strategi politik, bersama dengan strategi perlawanan untuk mencapai pembebasan Baitul Maqdis dari cengkeraman rezim Zionis.

Kedua solusi ini ini saling melengkapi. Penekanan Iran dalam inisiatifnya tidak hanya bertumpu pada tindakan politik untuk menentukan nasib rakyat Palestina saja. Tetapi juga mendorong penyelenggaraan referendum yang adil tentang masa depan Palestina, yang dilakukan bersamaan dengan perjuangan dan perlawanan terhadap kebijakan ekspansionis rezim Zionis.

Implementasi kedua langkah ini membutuhkan komitmen tinggi dari orang-orang Palestina dan dukungan publik dunia, terutama dari umat Islam yang terus berlanjut di seluruh penjuru dunia.

Inisiatif Iran memberikan mekanisme yang jelas untuk mematahkan rezim agresor Zionsi sesuai dengan aturan dan hukum internasional.

Saat ini, ada dua pendekatan terhadap isu Palestina di kancah regional dan global. Kelanjutan jihad dan perlawanan sejalan dengan inisiatif Iran untuk mengadakan referendum Palestina di dalam dan di luar Palestina yang berada di bawah pengawasan PBB.

Membandingkan rencana referendum Iran dengan rencana lain dari gerakan kompromi, yang bertujuan untuk menormalkan hubungan rezim apartheid Zionis dengan orang lain; prakarsa Iran mengandalkan pendekatan perlawanan, yang merupakan langkah penting dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina yang tertindas.

Faktor perlawanan telah terbentuk dalam konteks peristiwa sejarah beberapa dekade terakhir di Palestina. Identitas penjajah dari rezim pendudukan di Baitul Maqdis telah menyebabkan orang-orang Palestina, termasuk Hamas dan Jihad Islam Palestina, memiliki pandangan konfrontatif terhadap rezim Zionis dan menjadikan perlawanan sebagai model gerakan perjuangannya

Perlawanan Islam pada dasarnya dibentuk untuk melawan penindasan, agresi dan pendudukan, dengan tujuan untuk melestarikan hak, mengusir penindasan, mengakhiri pendudukan, mempertahankan kemerdekaan sesuai dengan ajaran dan aturan agama.

Tindakan apa pun selain pergi ke tempat pemungutan suara dan membuat keputusan bagi rakyat Palestina adalah tindakan yang tidak sah.

Di sisi lain, Iran tidak hanya berfokus pada solusi militer untuk masalah Palestina, tetapi juga telah membuat proposal politik-hukum.

Dalam perspektif Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Iran telah mengusulkan solusi yang adil dan sepenuhnya demokratis. Rahbar mengatakan, "Semua orang Palestina, baik penduduk saat ini atau mereka yang telah dideportasi ke negara lain harus mempertahankan identitasnya, baik Muslim, Kristen maupun Yahudi, untuk berpartisipasi dalam referendum publik, dengan pengawasan secara akurat dan terpercaya untuk memilih struktur sistem politik negaranya. Semua orang Palestina yang telah bertahun-tahun mengungsi harus kembali ke tanah airnya dan berpartisipasi dalam referendum, kemudian menyusun konstitusi dan pemilu. Ketika itu akan ada kedamaian,".

Prakarsa Republik Islam Iran untuk menyelesaikan masalah Palestina adalah inisitif yang dilaksanakan sepenuhnya berdasarkan prinsip hak rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri dan kembalinya pengungsi Palestina ke tanah leluhur mereka, mengadakan referendum dengan partisipasi rakyat Palestina baik Muslim, Kristen maupun Yahudi. Usulan ini mengejar sistem politik yang dipilih secara mayoritas berdasarkan referendum dan, pada akhirnya, keputusan oleh sistem politik yang dipilih secara demokratis oleh mayoritas penduduk. 

Berdasarkan inisitif ini, semua orang penduduk Palestina, termasuk Muslim, Yahudi dan Kristen, di dalam dan di luar wilayah pendudukan, akan mengambil bagian dalam referendum dan menentukan sistem pemerintahan di tanah mereka dengan mengacu pada opini publiknya.

Pemikiran Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran tentang Palestina sangat jelas. Berdasarkan pandangan ini, perlawanan dan perjuangan memiliki tempat yang penting, karena rezim Zionis hanya mengerti bahasa kekerasan. Oleh karena itu, pada langkah pertama, tidak dapat dibicarakan secara hukum dan manusiawi.

Seperti dalam beberapa dekade terakhir, sejarah telah menunjukkan bahwa rezim ini tidak berkomitmen pada dasar hukum, internasional, moral atau kemanusiaan apa pun, sehngga perlawanan adalah satu-satunya bahasa yang dipahami rezim ini.

Iran percaya bahwa perlawanan dan perjuangan membuka jalan bagi referendum nasional di Palestina, dan pada tahap akhir akan menjadikn rakyat Palestina dari berbagai agama, termasuk Islam, Kristen dan Yahudi sebagai pihak yang akan menentukan nasib mereka sendiri, dan Iran sebagai negara demokratis mendukung penuh terselenggaranya referendum di Palestina.

Pendekatan perlawanan, pada akhirnya akan membawa rakyat Palestina membangun sistem pemerintahan mereka sendiri.

Mohsen Faezi, seorang ahli media Palestina, percaya bahwa literatur Pemimpin Besar Revolusi Islam di Palestina berpijak pada perlawanan atau referendum. Ia mengatakan,  "Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran telah secara eksplisit menolak segala bentuk kekerasan atau parakarsa sejenis seperti melemparkan orang-orang Yahudi ke laut.

Oleh karena itu, prinsip referendum memiliki pijakan hukum dan diplomatik, sekaligus menunjukkan bahwa Iran menginginkan rakyat Palestina mencapai hak-hak mereka. Di sisi lain, mengingat kejahatan dan kekerasan Zionis, Rahbar menekankan perjuangan dan perlawanan.

Tujuan dari referendum, yang dari sudut pandang para ahli politik dan media Palestina, adalah untuk mengajak para penuntut hak asasi manusia dan demokrasi di Barat mewujudkan klaim mereka sendiri dengan mengungkapkan wajah mereka yang sebenarnya.

Pendaftaran prakarsa referendum di PBB terjadi di saat kubu media mainstream bungkam, dan media  Arab maupun Barat yang reaksioner berusaha menghindari meliputnya.

Padahal prakarsa tersebut, berdasarkan aturan yang dihormati secara internasional, menekankan penentuan nasib Palestina melalui referendum penduduk asli, termasuk Muslim, Kristen, dan Yahudi. Faktanya, tulang punggung inisitif Iran adalah penekanan pada hak rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri.(

 

Angkatan Laut berperan penting bagi keamanan nasional dan kekuatan Republik Islam Iran sebagai negara dengan garis pantai yang panjang di perbatasan utara dan selatan, terutama letaknya di wilayah geo-strategis Teluk Persia.

Di sisi lain, Iran menghadapi embargo senjata selama beberapa dekade, yang menyebabkan perhatian terhadap kemampuan dan kemandiriannya untuk memenuhi kebutuhan kapal dan peralatan militer laut, terutama kapal perusak, yang berada di garis depan industri maritim Iran.

Sejak diperkenalkannya kapal perusak Jamaran dengan nomor 76 pada Februari 2009 sebagai kapal kelas gelombang pertama ke Iran dan dunia, proses perancangan dan produksi kapal di industri pertahanan negara kita telah berkembang pesat. Pada tahun-tahun berikutnya hingga sekarang dibuat kapal baru kelas ini dalam tahap yang berbeda. Konstruksi dan operasi sedang berlangsung, dan perusak Sahand termasuk salah satu proyek besar di bidang ini. Selain mempercepat pembangunan kapal-kapal tersebut, hal terpenting dalam hal ini adalah perubahan yang sangat penting dan mendasar yang telah dilakukan pada kapal perusak kelas gelombang baru.

Pada prinsipnya, kapal ini tidak lagi sangat mirip dengan Jamaran. Kapal Sahand memiliki berat tonase antara 1300 hingga 1500 ton, dan panjangnya sekitar 95 meter. Kapal-kapal ini menggunakan rudal anti jelajah seperti rudal Noor atau Qadr, dan di bagian anti-pesawat, dua peluncur seri Mihrab dan Sayad 2 dipasang di kapal tersebut.

Dasar dari desain kelas gelombang, termasuk kapal perusak Sahand, kembali ke kapal kelas Alvand yang dibeli dari Inggris untuk angkatan laut Iran sebelum kemenangan Revolusi Islam dan pada akhir 1960-an. Iran menerima empat kapal ini, salah satunya hancur di Teluk Persia selama pertempuran yang tidak seimbang dengan Amerika Serikat pada tahun 1988.

Pemilihan kapal ini sebagai kapal jenis kelas gelombang menunjukkan bahwa perancang Angkatan Laut Angkatan Darat dan Organisasi Industri Maritim Kementerian Pertahanan Iran memiliki pilihan konservatif dan konvensional dalam langkah pertama untuk proyek penting ini.

Salah satu hal terpenting dalam desain kapal kelas gelombang adalah desain struktur luar dari tampilan kapal ini. Meskipun di kapal gelombang dan Damavand 1, memilii kemiripan dengan model awal Alvand dan tidak termasuk generasi baru di dunia, tetapi rilis gambar dari seri baru kapal kelas gelombang menunjukkan bahwa perubahan mendasar telah terjadi terutama di bidang desain lambung hingga penampang, serta kelengkapan radar canggih untuk melacak kapal target.

Kapal perusak Sahand adalah proyek gelombang kelima yang dikenal sebagai "Gelombang 5". Kapal ini diberi nama "Sahand" untuk mengenang kapal Penghancur Sahand, yang tenggelam pada tahun 1988, selama konflik angkatan laut dengan kapal-kapal AS di Teluk Persia. Pertama kali kapal ini diluncurkan pada September 2012 dan  Novermber 2018.

Sahand adalah kapal perang ketiga yang dibangun Iran setelah Jamaran dan Damavand. Kapal perusak ini memiliki kemampuan serangan dan pertahanan ganda dibandingkan dengan kapal perusak Jamaran, yang dilengkapi dengan peluncur torpedo, meriam anti-pesawat dan anti-permukaan, dan sistem rudal permukaan-ke-permukaan dan permukaan-ke-udara. Kapal ini juga dilengkapi kemampuan penghindaran radar yang meningkatkan jangkauan operasionalnya. 

Kapal Sahand dapat dianggap sebagai awal lompatan dalam kapal perusak jenis gelombang dan perpindahan ke kapal yang lebih besar. Kapal perusak Iran Sahand dengan nomor lambung 74 telah menjadi berita utama dalam beberapa hari terakhir, karena pelayaran pertamanya di Samudra Atlantik dalam sejarah Angkatan Laut Iran dengan navigator Makran.

Tingginya kapasitas kapal perusak Sahand dalam menyimpan logistik dan muatan, bahan bakar dan air menjadikannya salah satu pilihan utama pengiriman ke perairan yang jauh. Fitur Sahand lainnya adalah mendapatkan kebutuhannya lebih cepat dan lebih mudah dari kapal pendukung.

Menurut para ahli, Sahand dapat melakukan perjalanan 16.000 kilometer di lepas pantai Iran ke perbatasan AS dalam waktu sekitar 20 hari. Salah satu fitur terpenting dari kapal perusak Sahand adalah kekuatan angkatan lautnya yang tinggi. Struktur lambung yang kuat memungkinkan kapal perang ini berlayar selama lebih dari 150 hari di perairan yang bergejolak tanpa dukungan angkatan laut.

Badan utama Sahand terdiri dari 20 blok terpisah yang memiliki empat lantai. Pada kapal ini terdapat dinding untuk mencegah masuknya air atau api menyebar di antara blok yang berbeda yang menghubungkan satu sama lain melalui pintu yang terpasang di dalamnya. Struktur kapal perusak ini dirancang dalam tiga lantai.

Perbedaan tampilan dek atas Sahand dengan generasi sebelumnya. Material yang digunakan untuk struktur kapal perusak Sahand adalah material khusus dengan kemampuan siluman dari jangkauan radar musuh.

Sahand memiliki kemampuan melebihi Jamaran konstruksi struktur terapung dengan peningkatan tingkat penyembunyian. Perbedaan lain antara Sahand dan dua contoh kapal perusak kelas gelombang sebelumnya, yaitu Jamaran dan Damavand, terletak pada landasan pendaratan dan lepas landas helikopter yang lebih besar.

Pada kapal perusak Jamaran dan Damavand, landasan helikopter memiliki kemampuan untuk mendarat dan lepas landas helikopter kecil seperti helikopter Bell-212, Tetapi, pada kapal Sahand terdapat penambahan luas landasan untuk pendaratan dan lepas landas helikopter anti-permukaan SH3C King. Sahand adalah kapal perusak Iran pertama yang dapat menerima helikopter ini.

Kemampuan ofensif dan defensif yang tinggi dari kapal perusak Sahand juga dilengkapi pembaruan peluncur torpedo dan berbagai meriam anti-pesawat dan anti-permukaan, sistem rudal permukaan-ke-permukaan dan permukaan-ke-udara, sistem pertahanan titik, sistem anti-kapal selam, kemampuan anti-radar, dan peningkatan jangkauan operasional, kemampuan manuver yang tinggi serta sistem elektroniknya.

Kapal perusak Sahand dengan ukuran panjang 94 meter, lebar 11,5 meter, tinggi 16 meter dan berat 1400 ton lebih besar dibandingkan kapal Jamaran dan Damavand, sehingga mampu mengangkut personel lebih banyak.

Sahand ditenagai oleh empat mesin diesel yang menggerakkan dua baling-baling di depan dan dua baling-baling di belakang kapal, dan kecepatan maksimumnya adalah 34 knot. Menurut pejabat terkait, gearbox kapal perusak ini sepenuhnya milik Iran. Sementara tingkat konsumsi bahan bakarnya berkurang, tangki bahan bakarnya lebih besar dari Jamaran dan Damavand, dan mampu menempuh jarak 300 km.

Selain itu, di bagian belakang kapal ini telah dipasang meriam Gatling 30 mm (multi-barrel) yang memiliki daya tembak 4000 peluru per menit dan jangkauan 270 derajat, mampu menghadapi segala macam ancaman ofensif. Di bagian depan kapal perusak Sahand, dipasang meriam anti-permukaan dan anti-pesawat 76 mm yang disebut Fajr 27, yang juga dilengkapi dengan sistem optik dan sistem radar serta kemampuan untuk menembak target permukaan dan udara.

Meriam ini memiliki 85 persediaan amunisi dan senjata otomatis penuh yang mampu menghancurkan berbagai target permukaan dan udara, bahkan rudal anti kapal, dengan menembakkan hingga 120 peluru per menit, kemampuan untuk membidik dengan sistem radar dan elektro-optik yang efektif di kisaran 12.000 hingga 17.000 meter.

Kapal perusak ini juga memiliki 4 meriam 20 mm di kedua sisi untuk pertempuran jarak dekat. Dua 2 peluncur rudal pertahanan udara altar juga ditempatkan di kapal perusak ini. Kapal perusak ini memiliki tabung torpedo 6 533 mm untuk keterlibatan permukaan dan bawah permukaan.

Spesialis Angkatan Laut juga telah mampu memproduksi torpedo versi Iran untuk mengendalikan dan mengendalikan torpedo ini. Secara umum, dua karakteristik penting dari kapal perusak Sahand dapat dipertimbangkan dalam struktur yang sangat kuat dan penghindaran radar serta peningkatan tingkat dek penerbangan.

 

Kemajuan teknologi drone Iran selama tiga dekade terakhir senantiasa menakjubkan dan drone buatan negara ini khususnya selama satu dekade terakhir, mengingat munculnya konflik regional, dengan baik menunjukkan nilai tingginya di bidang pengawasan, indentifikasi, penargetan, pemadaman kebakaran dan pelaksanaan operasi ofensif di medan perang kawasan.

Drone Iran saat ini menjadi salah satu simbol terpenting kemajuan industri pertahanan nasional, di mana kelahirannya terjadi selama era perang pertahanan suci dan dengan mengandalkan sumber daya manusia muda dan teknisi di dekade setelah perang, telah mengalami peningkatan menakjubkan. Partisipasi drone ini di operasi melawan musuh di kawasan Asia Barat telah memberi posisi penting di strategi defensif dan ofensif negara ini.

Kemampuan drone Republik Islam Iran selama beberapa tahun lalu, fokus pada dua unsur kualitas dan kuantitas pesawat nirawak tempur dan persenjataan drone berupa bom dan roket serta rudal canggih mengalami lompatan signifikan. Bahkan pusat riset Barat di prediksinya menyebut Iran salah satu lima negara unggul dunia di bidang drone tempur. Drone Fotros yang memiliki kemampuan terbang jangka panjang merupakan salah satu prestasi penting di bidang ini.

Pesawat nirawak Fotros adalah drone pengintai dan tempur, dibangun oleh Organisasi Industri Udara Kementerian Pertahanan, yang diresmikan pada 17 November 2013 di hadapan Sardar Dehghan, Menteri Pertahanan, dan Amir Hatami, Wakil Menteri Pertahanan, di pabrik-pabrik Kementerian Pertahanan di Isfahan.

Pada tanggal 27 April 2019, Komandan Unit UAV Angkatan Darat IRGC mengumumkan penggunaan UAV Fotros dalam waktu dekat dan menyatakan bahwa kami secara serius memeriksa berbagai item dan parameter UAV Fotros dan setelah menyelesaikan penggunaannya di zona operasi. Pada 22 Agustus 2020, Hari Industri Pertahanan, di mana pencapaian pertahanan terbaru di bidang UAV diresmikan di Iran Aircraft Manufacturing Company (HESA) di Isfahan, terungkap tentang Drone Fotros bahwa pasukan darat IRGC adalah pelanggan pasti pertama dari UAV jarak jauh ini.

Fotros merupakan drone terbesar dan terlebar buatan Iran dengan sayap 16 meter, dapat terbang selama 16-30 jam tanpa henti serta jangkauan operasinya 1700 hingga 2000 km. Dua karakteristik ini bergantung pada berat dan jumlah roket yang dibawa drone Fotros. Jarak jelajah Fotros ditaksir sampai 4000 km. Selain itu, kecepatan drone ini sekitar 250 km perjam. Badan dan sayap drone Fotros juga dilengkapi tanki bahan bakar dengan kapasitas 350 kg serta dapat ditingkatkan hingga 450 kg.

Drone Fotros memiliki misi seperti mengawasi perbatasan laut dan darat, memantau jalur pipa minyak, telekomunikasi, mengontrol trafik jalan, mengawasi wilayah yang dilanda bencana gempa, kebakaran dan banjir, menjaga lingkungan hidup dan mengirim film serta gambar selama misinya.

Drone Fotros mampu terbang selamah sehari penuh di jarak ratusan km dari perbatasan laut Iran untuk mengawasi lalu lalang kapal permukaan dan kapal selam (peran yang saat ini diambil oleh pesawat patroli P-4 F) serta mengirim alarm peringatan dini saat menyaksikan konvoi kapal perang musuh. Jika diperlukan, Fotros juga dapat membantu memberi informasi kepada kapal perang militer Iran di timur dan barat Samudra Hindia.

Drone Fotros juga memiliki kemampuan merekam video dan gambar dari udara serta mengirimnya secara langsung (Real Time), serta mampu merekam gambar di pusat kontrol darat, memiliki kemampuaan untuk merencanakan perjalanan pulang pergi, melakukan misi komputer dengan auto pilot dan sistem GPS serta mengirim infromasi rutin penerbangan.

Fotros memiliki kemampuan yang lebih tinggi daripada drone MQ-1 Amerika, sedangkan durasi penerbangan Fitras antara 16 hingga 30 jam sesuai dengan misi yang dinyatakan dan jumlah bahan bakar, durasi penerbangan Amerika adalah 24 jam. Kemampuan khusus Fotros termasuk kemampuan untuk memfilmkan dan memotret dari udara dan mengirim gambar langsung, kemampuan untuk merencanakan perjalanan pulang pergi, penggunaan autopilot, dan pengiriman informasi penerbangan secara konstan.

Maket kedua Fotros: Salah satu kasus yang mendapat perhatian di pameran drone Departemen Pertahanan pada Agustus 2020, bertapatan dengan Hari Industri Pertahanan adalah pembuatan maket Drone Fotros.

Karakteristik performa Drone Fotros:

Jarak Terbang : 2000 Km

Daya Tahan Maksimum Terbang : 30 Jam

Ketinggian Terbang : 25000-7620 meter

Kecepatan : 150-250 Km perjam

Panjang : 9 Meter

Sayap : 16 Meter

Senjata : Memiliki empat slot roket udara ke darat

Misi : Tempur dan Mata-mata

Produsen : Industri Pertahanan Udara Departemen Pertahanan Iran

Di perang modern saat ini, sistem anti udara memainkan peran vital dalam menghadapi ancaman udara serta mencegah musuh menguasai zona udara di medan tempur.

Selama perang 8 tahun Iran-Irak, sistam anti udara Iran, mengingat inovasi Syahid Sattari yang saat itu menjabat sebagai komandan sistem anti udara angkatan udara militer Iran, radar unit ini sangat efektif membantu penembakan jatuh helikopter dan jet tempur Irak. Setelah perang pertahanan suci, sistem ini kemudian dirancang untuk diproduksi di dalam negeri, dan kemudian lahirlah sistem anti udara Mersad.

Menteri Pertahanan Iran saat itu, Ahmad Vahedi di acara peresmian lini produksi sistem rudal pada 11 April 2010 menyatakan bahwa sistem anti udara jarak menengah ini mampu menembak jatuh jet tempur modern di ketinggian rendah dan menengah dan di banding dengan sistem serupa, Hawk, sistem ini memiliki kelebihan. Selain itu, sistem anti udara Mersad juga memiliki keunggulan lain seperti kemampuan menghadapi perang elektronik, serta tergabung dengan jaringan radar dan sistem anti udara lain serta mudah dipindahkan (sistem bergerak).

Sistem Mersad dapat dianggap sebagai sistem asli Iran pertama yang semua komponennya dibuat di dalam negeri. Mersad merupakan hasil penyempurnaan sistem pertahanan udara Amerika "MIM 23 Hawk" di Iran. Komponen utama dari sistem pengamatan yang dirancang sepenuhnya secara digital meliputi bagian-bagian berikut: radar pencarian dan pelacakan, jaringan perangkat lunak dan perangkat keras target, landasan peluncuran dan pusat kendali dan komando.

Secara umum, perubahan paling penting dari sistem ini dibandingkan dengan rekan Amerika-nya adalah penggunaan elektronik digital, komponen elektronik canggih dengan teknologi solid-state dalam radar dan rudal, dan algoritma yang ditingkatkan dalam sistem deteksi dan pelacakan target serta pengendalian tembakan dalam konstruksinya.

Radar sistem ini juga disebut "Kavosh", "Jouiya" dan "Hadi" dari contoh Amerika, tetapi dengan banyak perubahan, terutama di bidang penggunaan teknologi digital. Radar pencari mampu melacak target dengan luas penampang setengah meter persegi pada jarak 150 km dan menguncinya pada radar pada jarak 80 km, kekuatan maksimum yang diperkirakan sekitar 45 km.

Radar detektor Jouiya juga berperan dalam membantu mendeteksi dan melacak target yang terbang di ketinggian rendah. Radar "konduktor" juga bertanggung jawab untuk mengunci target dan mengarahkan rudal ke arahnya. Dalam sistem Mersad, kemampuan untuk menyerang dua target secara bersamaan telah dibuat menggunakan dua radar konduktor. Radar ini juga dilengkapi dengan sistem pelacakan elektro-optik yang mempertahankan kinerja kunci optiknya jika terjadi peperangan elektronik yang parah.

Juga, melihat ruang kontrol sistem pertahanan Mersad menunjukkan volume perubahan dalam sistem asli ini dibandingkan dengan sistem pertahanan Hawk. Sistem Mersad 2 diperkenalkan pada 2011-an dengan pembaruan dan pengoptimalan dibandingkan dengan generasi pertama dan bergabung dengan angkatan pertahanan udara tentara. Dengan membuat perubahan total pada ruang kendali sistem ini, spesialis pertahanan udara angkatan darat telah mampu membangun sistem ini dalam kerahasiaan penuh dan untuk menangani ancaman di sekitarnya secara efektif, dengan menggunakan teknologi baru dan menulis kode khusus untuk tahapan yang berbeda. Dalam sistem Mersad 2, jangkauan deteksi radar pencarian ditingkatkan menjadi 220 km.

Rudal Shahin dan Shalamcheh adalah dua contoh rudal yang dikembangkan untuk sistem Mersad, dan gambar yang dirilis menunjukkan perubahan total dalam tahap desain dan konstruksi kedua rudal ini dibandingkan dengan rudal Hawk Amerika. Perubahan utama di bidang sistem pandu dan navigasi, perubahan yang paling kentara adalah penggunaan antena panel datar, elektronik digital dan komponen solid state.

Rudal Shamlcheh diresmikan pada tahun 2011 sebagai contoh yang lebih maju dari rudal Shahin. Rudal itu memiliki berat sekitar 700 kg, panjang 5 meter, diameter 360 mm, dan kecepatan sekitar 3 Mach. Ketinggian penerbangan untuk tabrakan rudal Shalamcheh dengan target penerbangan diperkirakan berkisar antara 60 meter hingga 18.000 meter, yang penting pada jarak 40 km. Hulu ledak rudal ini memiliki berat sekitar 70 kg, yang menunjukkan bahwa jika mengenai target, itu akan menghancurkannya sepenuhnya.

Selama manuver gabungan sistem anti udara Iran "Modaveane Osemone Velayat-98" di wilayay seluas 416 kilo meter persegi di Semnan, diuji coba model terbaru sistem anti udara Mersad, atau dikenal dengan Mersad 16.

 

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…