Warga Syiah yang Terzalimi di Iran

Rate this item
(0 votes)
Warga Syiah yang Terzalimi di Iran

 

"Menurut kami, tempat majelis untuk acara-acara Ahlul Bait as harus lebih baik dari rumah tempat kami menginap. Kami tidak ridha jika yang kami tempati lebih baik kondisinya. Dan juga Husainiyah memang diperuntukkan untuk para tamu, karenanya harus lebih baik, kalau tidak layak itu akan menjadi alasan ketidak hadiran dalam acara yang kami selenggarakan."

Menurut Kantor Berita ABNA, disalah satu desa yang berpenghuni sekitar 400 KK dikawasan bagian selatan Iran, terdapat sebuah keluarga yang satu-satunya bermazhab Syiah ditengah masyarakat yang keseluruhannya Sunni. Ketika ditemui dan diwawancarai wartawan Fars News, keluarga tersebut enggan untuk disebutkan namanya, bahkan tidak ingin nama desa dan lokasi mereka dipublikasikan. Dengan alasan, dalam tradisi keluarga mereka aib jika harus membeberkan kekurangan yang dapat mendatangkan simpatik orang untuk memberikan bantuan. Mereka akan menerima bantuan tetapi tidak dengan lebih dulu memintanya. Keluarga Syiah tersebut adalah yang termiskin di desa tersebut. Meskipun dalam kondisi serba kekurangan dan sederhana, keluarga tersebut mampu membangun sebuah Husainiyah [tempat menyelanggarakan majelis-majelis keagamaan] di samping rumah mereka.

Berikut hasil wawancara wartawan Fars News dengan salah seorang dari mereka:

Silahkan memperkenalkan nama anda?

-Nama saya F.M dan memiliki tiga saudara laki-laki dan tiga saudara perempuan.

Apa ketiga saudara laki-laki anda bersama dengan anda?

-Tidak. Dua diantaranya menetap dan kerja di Bandar Abbas, satunya lagi menetap di rumah mertuanya di Iranshahr.

Terus, anda tinggal dengan siapa di desa ini?

-Saya bersama dengan ayah, ibu, dan dua saudara perempuan saya yang lain.

Desa anda ini ada berapa kepala keluarga?

-Sekitar 400 kepala keluarga.

Benar keluarga anda satu-satunya yang bermazhab Syiah di desa ini?

-Iya, Alhamdulillah. Tentu keberadaan kami disini sangat banyak hikmahnya. Diantaranya dengan keberadaan kami disini, ada keluarga yang mengingat dan mengenang Imam Husain as.

Apa keluara kalian pendatang di desa ini?

-Ayah saya yang pendatang. Ibu saya penduduk asli desa ini. Karena menikah, akhirnya ayah menetap disini. Dan kami anak-anaknya kesemuanya lahir di desa ini.

Apa ayah anda sebelumnya bermazhab Sunni?

-Tidak. Ayah saya memang sudah Syiah sejak sebelum menikahi ibu saya. Ibu yang sebelumnya Sunni.

Sebagai satu-satunya keluarga yang mazhabnya beda di desa ini, apa itu menimbulkan masalah bagi kalian?

-Iya. Kami selalu mendapat pandangan sinis dan pertanyaan yang bermaksud mencela, mengapa kami tetap bertahan untuk menjadi Syiah. Terlebih lagi saat kami mulai membangun Husainiyah. Tekanan mereka semakin bertambah. Bahkan disaat kami melakukan majelis-majelis di dalam Husainiyah, diantara anak muda ada yang naik diatas atap dan berteriak-teriak menimbulkan keributan dan kegaduhan agar kami tidak tenang dengan majelis itu. Namun ayah selalu menasehatkan untuk tidak menghadapi mereka, apalagi sampai mengajak untuk ribut, ayah hanya minta agar menjelaskan kepada mereka dengan baik ketika mereka bertanya atau meminta penjelasan dengan apa yang kami lakukan. Ayah bilang, mereka suatu saat akan sadar dengan sendirinya bahwa apa yang mereka lakukan itu salah dan tidak pernah diajarkan agama.

                                                      Jarak antara rumah dengan Husainiyah

Bagaimana anda bisa membangun sebuah Husainiyah?

-Sebelumnya kami membuat Husainiyah dalam salah satu ruangan di rumah kami. Namun itu sangat merepotkan, selain sempit juga memang tidak layak untuk menyelenggarakan majelis-majelis peringatan wiladah atau kesyahidan. Akhirnya, ayah sejak tiga tahun lalu berinisiatif membangun Husainiyah yang menjadi sebuah bangunan yang terpisah dari rumah kami.

Di Husainiyah anda, kegiatan dan acara apa saja yang anda selenggarakan?

-Kami menghidupkan bulan-bulan duka seperti pada bulan Muharram dan Safar dan juga bulan-bulan yang penuh keutamaan seperti pada bulan Ramadhan. Kami secara rutin membaca do'a ziarah Asyura, doa Tawassul, do'a Nudbah, do'a Jausyan Kabir dan sebagainya. Kami mengundang ruhaniawan dari desa sebelah untuk memimpin kami dalam berdo'a, dan jika beliau berhalangan hadir, kami memutar kaset. Tanpa kami ajak, tetap saja ada diantara tetangga kami yang ikut dalam acara-acara tersebut.

Apa dalam acara-acara tersebut kalian juga membagikan makanan sebagaimana pada umumnya tradisi saat mengadakan peringatan duka dan wiladah para Imam as?

-Iya, saya bersama ibu dan saudara-saudara perempuan saya yang membuat dan menyajikan makanan.

Untuk siapa anda melakukan semua itu, bukankah kalian satu-satunya keluarga Syiah di desa ini?

-Iya benar. Namun sebagaimana tadi saya katakan, tetap saja ada dari tetangga kami yang turut hadir dalam majelis-majelis yang kami adakan, meskipun mereka tetap Sunni. Bahkan saya sendiri mengasuh kelas Al-Qur'an untuk anak-anak didesa ini, dan diadakan di Husainiyah ini. Tidak sedikit yang mengaku pada saya tertarik untuk juga menjadi Syiah, namun orang tuanya melarang.

Bagaimana interaksi anda dengan penduduk desa?

-Sebagian dari mereka memang secara terbuka memusuhi kami, misalnya kalau ustad atau ruhaniawan yang kami undang datang menuju ke Husainiyah kami, mereka mengganggu dan mencercanya. Namun, sebagian lagi tetap berlaku baik, tapi itupun karena masih punya hubungan kekerabatan dengan kami.

Dengan adanya perlakuan mereka yang memusuhi anda, mengapa anda sekeluarga tidak meninggalkan saja desa ini?

-Benar kami satu-satunya keluarga Syiah di desa ini, dan kami terus terang merasa terzalimi dan terasingkan, namun satu hal yang membuat kami harus bertahan di desa ini, bahwa kalau kami pergi dan meninggalkan desa ini siapa yang mensyiarkan dakwah dan ajaran-ajaran Ahlul Bait di sini? Kami tidak ridha kalau sampai itu terjadi.

Meskipun itu kalian sampai harus terzalimi dan begitu diasingkan disini?

-Dengan alasan menghidupkan syiar-syiar Ahlul Bait kami tidak meninggalkan desa ini. Dengan semangat itu, kami siap menghadapi semua tekanan dan permusuhan yang ada.

Dari mana kalian mendapatkan dana untuk acara-acara majelis yang kalian selenggarakan?

-Murni kami kumpulkan dari penghasilan kami yang tidak seberapa. Jika kami mendapat penghasilan, dan waktunya sudah mendekati acara kesyahidan atau wiladah salah satu Imam as, maka kami tidak menggunakan uang itu, dan kami pergunakan pada saat hari H. Namun juga memang sesekali mendapat sumbangan dari desa sebelah, melalui ustad yang datang.

                                                             Kondisi luar Husainiyah az Zahra

Apakah yang hadir dimajelis kalian hanya dari kalangan Syiah?

-Tidak, juga datang dari warga Sunni. Bahkan kebanyakan dari mereka datang hanya untuk pada saat pembagian makanan saja dan langsung pulang.

Apa dengan semua pengeluaran untuk mendanai acara yang anda buat, tidak membuat anda kesulitan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari?

-Ya tentu saja kami ada saat-saat tertentu benar-benar mengalami kesulitan. Namun kami yakin, Allah tidak akan meninggalkan kami sendiri.

Apa sekolah anda di desa ini juga?

-Bukan, saya belajar di desa yang lain.

Apa desa ini tidak memiliki sekolah?

-Ada. Tapi hanya sampai setingkat sekolah menengah pertama.

Tingkat pendidikan anda sendiri?

-Saya sementara mengambil diploma.

Apa anda juga belajar di madrasah agama?

-Iya, sewaktu saya masih SMA, saya juga sekalian belajar di madrasah aliyah setiap sore. Di madrasah itu hampir semuanya Sunni, dan sering mengganggu saya. Itu yang membuat saya sedih.

Anda ke sekolah mengendarai apa?

-Saya ke sekolah dengan berjalan kaki. Butuh waktu sekitar satu setengah jam. Jarak antara sekolah dengan madrasah juga lumayan jauh.

                                                                     Suasana Desa

Apa ada diantara penduduk desa ini yang pernah anda syiahkan?

-Saya tidak pernah berpikir untuk mensyiahkan siapapun. Saya mengajak mereka untuk sama-sama mempelajari Al-Qur'an. Disaat-saat mengajar Al-Qur'an itulah saya sempatkan waktu untuk menjelaskan kepada mereka siapa Ahlul Bait itu dan bagaimana akhlak dan keutamaan yang mereka miliki. Sayapun dalam kehidupan sehari-hari berupaya sebisa mungkin untuk meneladani para Imam dalam berinteraksi dan bergaul dengan siapapun. Tidak sedikit dari mereka yang kemudian tertarik mempelajari lebih jauh mengenai ajaran Syiah. Dan sayapun berbagi ilmu sebatas apa yang saya ketahui mengenai ajaran yang mulia ini.

Suami anda sendiri Sunni apa Syiah?

-Suami saya Syiah, Alhamdulillah. Dan sangat mendukung aktivitas saya mendakwahkan syiar Ahlul Bait di desa ini. Sebelumnya, dua anak perempuan paman saya juga Syiah. Namun sehabis menikah, mereka ikut suami dan menjadi Sunni. Saya tidak ingin itu terjadi pada saya. Karenanya saya menikah dengan laki-laki yang meskipun bukan dari desa ini asal ia juga Syiah. Suami saya berasal dari provinsi lain. Karena alasan itu pula, kakak perempuan tertua saya, meskipun sudah 28 tahun tapi belum juga menikah. Ia telah berkali-kali dilamar, asal ikut mazhab calon suami. Namun ibu saya menolak, dan menegaskan meskipun kakak saya itu sampai berumur 60 tahun sekalipun, beliau tidak akan ridha menyerahkan pada siapapun yang meminta kakak saya itu meninggalkan Syiah. Kakak saya pun bertekad yang sama, beliau berkata, siap menikah dengan laki-laki buta sekalipun asal ia Syiah.

Apakah syarat itu juga menjadi syarat pernikahan anda?

-Iya. Saya mengatakan pada pihak mempelai laki-laki saat mereka datang melamar, bahwa saya mempersyaratkan di hari-hari peringatan, saya harus berada di desa ini, sebab saya telah berjanji untuk menghidupkan syiar Ahlul Bait as di desa ini. Jangan sampai di desa ini tidak lagi ada yang menyebut dan mengenang Aba Abdillah al Husain as.

                                                                                 Dapur tradisional
Kalau seandainya anda bertemu Imam Husain as, apa yang ingin anda sampaikan?

-Saya akan berkata, "Ya Aba Abdillah, kami di desa ini merasa begitu terzalimi, namun jika mengingat apa yang telah anda alami, keterzaliman kami tidak ada apa-apanya". [disampaikan sambil terisak]

Kami mendengar, jalur air menuju rumah anda ditutup oleh penduduk desa, apa benar. 

-Iya benar. Mereka memotong pipa air yang menuju rumah kami, sehingga di bulan Ramadhanpun tidak ada air menuju rumah kami. Karenanya, tidak ada cara lain selain kami mengambil air sendiri disumber air yang lumayan jauh. Kami pernah membuat sumur, namun itupun mereka tutup, dengan menggunakan tiga pompa, mereka mengeringkan sumur itu. Jalan menuju rumah kamipun mereka beri penghalang, sehingga ustad tidak bisa dengan mudah menuju rumah kami, ketika kami undang untuk mengisi pengajian.

Anda lebih sedih dengan tidak adanya ustad untuk mengisi acara anda atau ketiadaan air dan listrik?

-Jika ustad atau ruhaniawan bisa datang kesini, dengan petunjuk dan arahannya kami bisa melangsungkan acara dengan baik, namun jika ustad terhalangi untuk kesini, kami tidak bisa menyelenggarakan acara pengajian dengan baik.

Menurut anda, apa yang anda alami ini tidak seperti kejadian di Karbala? Air tidak ada dalam kondisi hawa sedemikian panas?

-[Tidak memberi jawaban, hanya bisa menangis]

Apa anda memang sering mengenakan cadur? [cadur: hijab khas perempuan Iran yang berupa kain panjang berwarna hitam]

-Iya.

Apa tidak menyulitkan dalam kondisi cuaca yang sangat panas?

-Iya, kami akui terasa sulit. Namun bagaimanapun ini harus kami kenakan, karena perintah agama.

Di kota dengan kondisi yang sedemikian nyaman, namun sebagian dari muslimah tidak mengenakan hijab dengan baik. Namun anda dalam kondisi yang sedemikian sulit anda tetap istiqamah mengenakannya. Apa pendapat anda?

-Wahai yang mengaku diri muslimah, Sayyidah Fatimah as pernah berkata, "Sebaik-baik perhiasan perempuan adalah penjagaan hijabnya."

                                                                 Kondisi di dalam Husainiyah

Oh iya, kami melihat Husainiyah yang kalian buat lebih bagus dari rumah anda sendiri, mengapa demikian?

-Menurut kami, tempat majelis untuk acara-acara Ahlul Bait as harus lebih baik dari rumah tempat kami menginap. Kami tidak ridha jika yang kami tempati lebih baik kondisinya. Dan juga Husainiyah memang diperuntukkan untuk para tamu, karenanya harus lebih baik, kalau tidak layak itu akan menjadi alasan ketidak hadiran dalam acara yang kami selenggarakan.

                                                                       Kondisi di dalam kamar

Kami berterimakasih atas waktu yang telah anda luangkan untuk wawancara ini.

Read 1215 times