13 Aban, Pekik Anti-Imperialisme dari Iran

Rate this item
(0 votes)
13 Aban, Pekik Anti-Imperialisme dari Iran

 

Tanggal 13 Aban diperingati setiap tahun di Iran sebagai hari nasional Anti-imperialisme. Momentum nasional ini mengingatkan terjadinya tiga peristiwa penting di tahun yang berbeda dalam lembaran sejarah politik kontemporer Iran.

Peristiwa pertama adalah pengasingan Imam Khomeini ke Turki pada 13 Aban tahun 1343 Hs. Peristiwa kedua adalah pembantaian massal pelajar Iran oleh tentara rezim despotik Shah Pahlevi pada 13 Aban 1357 Hs. Peristiwa ketiga adalah pendudukan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Tehran oleh mahasiswa revolusioner pada 13 Aban tahun 1358 Hs.

Ketiga peristiwa penting yang terjadi pada hari yang sama menjadi pijakan historis gerakan anti-Imperialisme di Iran hingga kini. Saking pentingnya masalah ini, Imam Khomeini menegaskan berulangkali urgensi gerakan nasional anti-Imperialisme. Imam Khomeini berkata, “Dengan yakin, saya katakan bahwa Islam akan menghinakan adidaya arogan [dunia],”.

Sejak awal, AS menentang gerakan kebangkitan bangsa Iran, dan melancarkan berbagai konspirasi untuk menjegal penyebaran pemikiran revolusioner di Iran. Oleh karena itu, gerakan revolusi Imam Khomeini dinilai sebagai ancaman bagi kepentingan AS, dan Washington menggunakan tangan rezim Shah sebagai bonekanya untuk menekan Imam Khomeini.

Pengasingan Imam Khomeini ke luar negeri salah satu cara yang ditempuh rezim Shah.Tapi tindakan tersebut gagal melumpuhkan gerakan Imam Khomeini dan perlawanan rakyat Iran. Bahkan sebaliknya, seiring berjalannya waktu, gerakan perlawanan bangsa Iran semakin menguat hingga tercapainya kemenangan Revolusi Islam di tahun 1979 M.

Urgensi peristiwa 13 Aban semakin terang benderang ketika membuka sejarah kelam AS dalam melancarkan intervensi terus-menerus terhadap Iran pasca kemenangan Revolusi Islam, bahkan jauh hari sebelumnya. Jejak intervensi AS dalam urusan internal Iran bisa dilacak dari operasi Ajax pada kudeta terhadap perdana menteri Mohammad Mosaddegh di tahun 1332 Hs atau 1953 M.

Tidak hanya itu, AS juga mendiktekan kepentingannya dalam undang-undang Iran. Ketika John F. Kennedy di 1960 menjadi Presiden Amerika, Gedung Putih memaksakan perjanjian Kapitulasi terhadap rakyat Iran. Berdasarkan perjanjian Kapitulasi, semua pejabat, termasuk penasehat Amerika di semua jabatan baik politik, ekonomi maupun militer memiliki kekebalan politik dan hukum di Iran.

Pada Mehr 1342 Hs, Perdana Menteri Iran ketika itu, Asadollah Alam atas instruksi langsung Shah memberikan kekebalan hukum kepada warga Amerika Serikat. Kemudian, pada awal 1343 Hs, RUU Kapitulasi ini disetujui oleh parlemen Iran. Sontak masalah ini menyulut protes luas rakyat Iran.

Pada tanggal 4 Aban 1343 Hs, Imam Khomeini ra menyampaikan pidato bersejarah mengungkap apa yang sedang dilakukan secara rahasia oleh rezim Shah. Beliau membeberkan apa itu undang-undang Kapitulasi yang diratifikasi oleh pemerintah dan parlemen Iran, sekaligus bahayanya.

Protes keras Imam Khomeini terhadap UU Kapitulasi menjadi pemicu penangkapan beliau di Qom dan pengasingannya ke Turki. Pengasingan tersebut justru menyulut kemarahan rakyat yang ditumpahkan melalui berbagai aksi demonstrasi di seluruh penjuru Iran, terutama kota-kota besar.

Dukungan rezim Shah terhadap kepentingan ilegal AS di Iran senantiasa menghadapi perlawanan dari mayoritas rakyat Iran. Salah satu bentuk perlawanan yang dilakukan rakyat Iran terjadi pada 13 Aban 1357 Hs. Dalam unjuk rasa yang dilakukan untuk memperingati hari pengasingan Imam Khomeini ke Turki ini, para pelajar dan mahasiswa yang berkumpul di depan Universitas Tehran untuk menyuarakan protes terhadap rezim Shah.

Aksi protes damai itu dihadapi para tentara rezim Shah dengan kekerasan sehingga menimbulkan banyak korban jiwa di kalangan pelajar dan mahasiswa Iran. Oleh karena itulah, tanggal 13 Aban di Iran juga diperingati sebagai Hari Pelajar untuk mengenang perjuangan para pelajar melawan rezim despotik Shah.

Setahun kemudian, mengambil momentum peringatan atas hari diasingkannya Imam Khomeini ke Turki, dan pembunuhan para mahasiswa dan pelajar Iran oleh tentara rezim Shah, para pelajar dan mahasiswa Iran menggelar demonstrasi besar-besaran di Tehran. Ketika itu, sekelompok mahasiswa yang menamakan diri sebagai "Mahasiswa Pengikut Garis Imam" menduduki Kedubes AS dan menyandera para pegawainya.

Sebelum kejadian ini, kementerian luar negeri Republik Islam Iran berkali-kali menyampaikan protes resmi kepada Washington atas campur tangan mereka terhadap urusan dalam negeri Iran. Ketika itu ditemukan berbagai dokumen resmi yang membuktikan bahwa Kedubes AS untuk Iran telah berubah fungsi sebagai kantor agen mata-mata Gedung Putih.

Republik Islam lahir dari perjuangan melawan imperialisme, dan kini menjadi model bagi gerakan global menghadapi kelaliman dan ketidakadilan di dunia. Berlanjutnya spirit perlawanan bangsa Iran menghadapi imperialisme tidak bisa dilepaskan dari peristiwa 13 Aban yang diperingati setiap tahun di negara ini. Bentuk lain dari perjuangan melawan imperialisme dalam konteks kekinian adalah ketangguhan juru runding Iran dalam perundingan nuklir dengan enam kekuatan dunia. Iran tidak menyerah menghadapi arogansi AS dan sekutunya.

Dengan dalih kekhawatiran terhadap program nuklir Iran, AS menjatuhkan sanksi sepihak terhadap Iran. Bahkan tidak hanya itu, Washington juga mengancam akan mengambil opsi militer terhadap Tehran.Tapi berbagai tekanan tersebut gagal membuat Iran bertekuk lutut. Kini, Iran terus membangun dengan caranya sendiri di tengah gencarnya sanksi dan tekanan Barat.

Dalam fase sensitif sejarah Republik Islam, bangsa Iran tetap tegar menghadapi tekanan AS yang dilancarkan dalam berbagai bentuk. Perlawanan Iran menghadapi konspirasi yang dilancarkan kekuatan global bukan sekedar slogan belaka, tapi sebuah nilai yang tertanam di sanubari bangsa Iran.

Perlawanan terhadap imperialisme yang digelorakan Iran senantiasa memberi pesan terang benderang. Salah satunya adalah kesadaran dan kewaspadaan nasional terhadap setiap ancaman musuh yang ingin merongrong kedaulatan negara ini. Berkaca dari sejarah, AS tidak bisa dipercaya. Rangkaian aksi yang dilakukan AS terhadap Iran dari dulu hingga kini, dalam pandangan bangsa Iran, menjadi memori kolektif untuk mengenali esensi imperialisme para pejabat tinggi AS.

Barangkali, ada yang berasumsi bahwa AS akan mengubah sepak terjangnya terhadap Iran pasca tercapainya kesepakatan nuklir dengan mengakhiri perilaku interventifnya terhadap Tehran. Tapi faktanya, AS tidak menghentikan permusuhannya terhadap Iran. Sinyalemen tersebut bisa dibaca dari statemen tendensius para pejabat tinggi AS mengenai Iran.

Sepak terjang AS terhadap Iran secara esensi tidak berubah. Sebab yang terjadi hanya perubahan bentuknya saja.Oleh karena itu terjadi berbagai kontradiksi dalam perkataan dan tindakan mereka. Hingga kini AS tidak menjalankan penuh komitmennya terhadap implementasi Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA), bahkan menghalangi Uni Eropa menjalin hubungan erat dengan Iran. Selain itu, Washington tetap melancarkan konspirasi untuk menyudutkan Iran di arena internasional dengan menebarkan propaganda Iranophobia.

Kini, puluhan tahu berlalu dari peristiwa 13 Aban 1358 Hs. Tapi spirit perlawanan terhadap imperialisme dan resistensi bangsa Iran dalam menghadapi konspirasi AS tetap tertanam di sanubari bangsa Iran. Sebab, 13 Aban menjadi titik tolak gerakan bangsa Iran menghadapi imperialisme global. Sejatinya, penamaan 13 Aban sebagai “Hari Anti-Imperialisme” sebagai manifestasi perlawanan bangsa Iran menghadapi imperialis di berbagai bidang dalam sejarah Republik Islam.

Read 305 times
More in this category: « Hari Basij Mustadha'afin