Filosofi Hukum dalam Islam (5)

Rate this item
(0 votes)
Filosofi Hukum dalam Islam (5)

Dalam sistem penciptaan, semua makhluk yang ada di alam semesta ini beribadah kepada Allah Swt sesuai dengan kapasitas mereka dan mereka tunduk pada perintah Sang Pencipta. Dengan kata lain, semua bertasbih kepada Allah dengan bahasanya masing-masing.

"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, akan tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." (QS. Al-Israa', ayat 44)

Ayat ini menjelaskan bahwa semua makhluk di semesta ini memuji dan bertasbih kepada Allah Swt. Jadi, jika kita tidak punya kemampuan untuk memahami tasbih makhluk lain di alam ini, bukan berarti mereka mensucikan Tuhan tanpa disertai idrak (perasaan) dan makrifat.

Al-Quran menolak anggapan itu dengan berkata, "Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan." (QS. An-Nur, ayat 41)

Terlepas dari penelitian ilmiah tentang insting dan idrak yang dimiliki oleh semua makhluk, al-Quran telah memberikan banyak contoh mengenai fitrah kauniyah ini.

Salah satu kasus yang menakjubkan terjadi di masa pemerintahan Nabi Sulaiman as yaitu ketika baginda nabi tidak menemukan burung hud-hud dalam barisan burung-burung lain.

 

Nabi Sulaiman as memiliki pengetahuan yang sempurna tentang kondisi para pembantunya termasuk burung-burung. Ketika ia sedang memeriksa burung-burung, burung hud-hud tidak hadir sehingga sang baginda mencari-carinya. Dia mengancam jika si hud-hud absen tanpa alasan yang kuat, maka ia akan dihukum dengan keras.

Tidak lama kemudian, burung hud-hud pun tiba dan berkata kepada Baginda Sulaiman, "Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata, “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk." (QS. An-Naml, ayat 22-24)

Ayat ini dengan jelas membuktikan tentang idrak (perasaan) yang dimiliki oleh seekor burung. Kisah lain berhubungan dengan perjalanan Nabi Sulaiman dan bala tentaranya ke sebuah daerah. Ketika ia dan pasukannya melintasi sebuah lembah yang terdapat banyak sarang semut, raja semut berkata pada semut lain, "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari. Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu…" (QS. An-Naml, ayat 18-19).


Contoh lain yang membuktikan adanya idrak pada semua makhluk hidup di semesta ini adalah kisah gunung-gunung dan burung-burung yang semuanya bertasbih bersama Nabi Daud as.

"Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya." (QS. Al-Anbiya’, ayat 80)

Para ulama dan mufasir al-Quran membuka sebuah kajian mengenai tasbih yang dilakukan makhluk lain yaitu: apakah mereka bertasbih dengan hati atau bahasa lisan?

Para ulama berkesimpulan, makhluk lain bertasbih dengan bahasa hati dan lisan. Seorang penyair berkata, "Setiap tumbuhan yang tumbuh dari tanah, berkata Tiada Tuhan Selain Allah." Setiap tumbuhan di bumi ini memberikan kesaksian atas Keesaan Tuhan dan ini merupakan bukti atas kekuasaan sebuah pengatur, sebuah pencipta, dan sebuah keteraturan di alam semesta.

Di sebagian kasus, makhluk berbicara dengan lisan dan menumpahkan isi hatinya, yang menjadi bukti atas kekuasaan dan kehendak Allah Swt.

Anggota badan manusia juga akan berbicara dan memberikan kesaksian di hari kiamat. Pada hari itu, Allah mengunci lisan dan mulut manusia sehingga ia tidak dapat menjustifikasi perkataan dan perbuatannya selama di dunia. Anggota badan kemudian berbicara dan menyampaikan apa yang diucapkan dan dilakukan oleh pemiliknya.

Salah satu keindahan ciptaan Allah Swt di bawah laut.
Allah Swt berfirman, "Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan." (QS. Yasin, ayat 65)

Ketika itu, tidak ada satu pun yang mengira bahwa akan tiba suatu masa di mana tangan dan kaki memberikan kesaksian terhadap pemiliknya dan membuka aib mereka. Manusia terkejut dan memprotes kesaksian yang disampaikan oleh anggota badannya, mengapa kalian sekarang "berkhianat?"

"Dan mereka berkata kepada kulit mereka, "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" Kulit mereka menjawab, "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan." (QS. Fussilat, ayat 21)

Semua peristiwa tersebut terjadi karena kehendak dan iradah Allah Swt. Para nabi mampu memahami tasbih yang diucapkan oleh semua makhluk lain dan kemampuan ini juga datangnya dari Allah. Dia maha kuasa atas segala sesuatu dan karena perintah-Nya, api yang dikobarkan Namrud untuk membakar Nabi Ibrahim as, seketika berubah menjadi dingin dan tidak mencelakakan Ibrahim.

Dapat dikatakan bahwa ketika manusia melakukan ibadah dan memuji Tuhan dalam shalat dan ibadahnya, sebenarnya mereka sedang bergabung dengan makhluk lain di semesta ini, yang tidak pernah berhenti memuji Tuhan. Mereka semua khusyu' dan tunduk di hadapan keagungan Allah Swt. 

Read 986 times