کمالوندی

کمالوندی

 

Pada Hari Raya Ghadir, Allah Swt menyerahkan tanggung jawab kepemimpinan umat ini – setelah wafatnya Rasulullah Saw – kepada Imam Ali as. Rasul kemudian memperkenalkan Ali as sebagai pengganti dan khalifahnya kepada kaum Muslim.

Ketika keutamaan, nilai-nilai, dan kebenaran telah hilang, Rasulullah Saw diutus untuk memerangi kesyirikan, kebodohan, kezaliman, dan kerusakan di muka bumi. Beliau dengan penuh kasih sayang dan jiwa kemanusiaan telah menyebarkan Islam dan mengajarkan ajaran-ajaran luhur yang datang dari langit kepada para pengikutnya.

Nabi Muhammad Saw menyeru manusia pada kebahagiaan dan kesempurnaan serta membangun tali persaudaraan, kesetaraan, dan ketaatan kepada Allah Swt di tengah mereka. Manusia agung ini memberantas kebodohan dan menghembuskan cahaya kemanusiaan dan spiritualitas di hati anak Adam.

Rasul Saw mengajarkan seperangkat hukum dan sunnah yang akan menjadi penyelamat manusia dan menjadikan al-Quran sebagai teladan kehidupan mereka. Beliau memperkenalkan warisan agung ini sebagai penjamin kebahagiaan material dan spiritual manusia. Mereka akan selamat di dunia dan akhirat selama berpegang teguh pada ajaran agama.

Lalu, setelah wafatnya Nabi Saw, siapa sosok yang akan menahkodai bahtera keselamatan ini dan memegang obor untuk menerangi jalan umat ini? Rasulullah Saw sedang melewati tahun terakhir dari kehidupannya dan selalu berpikir tentang pemilihan sosok pengganti terbaik.

Allah Swt akhirnya menjawab kegelisahan Rasulullah dan pada peristiwa haji Wada' (haji perpisahan) yang dihadiri oleh sekitar 100.000 orang Muslim. Allah menurunkan ayat 67 surat al-Maidah kepada beliau yang berbunyi, "Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhan-mu. Dan jika kamu tidak mengerjakan (apa yang diperintahkan itu) berarti kamu tidak menyampaikan risalah-Nya."

Dalam perjalanan pulang dari haji Wada', Rasulullah Saw menghentikan rombongan jemaah haji di sebuah tempat antara Mekah dan Madinah yang disebut Ghadir Khum. Dengan menyaksikan mimik serius dan raut bercahaya Rasulullah, para sahabat sudah mengerti bahwa sebuah peristiwa penting akan segera terjadi di lembah ini.

Kala itu mentari Tanah Hijaz begitu terik. Rasulullah Saw memerintahkan kafilah yang sudah mendahului rombongannya untuk kembali dan juga menunggu kafilah yang tertinggal di belakang. Setelah menunaikan shalat Zuhur, Rasulullah naik ke atas mimbar dari pelana unta untuk menyampaikan khutbah yang kemudian dikenal dengan Khutbah al-Ghadir. Dalam khutbahnya, Rasulullah berkata, "… Allah Swt adalah waliku dan Aku adalah wali kaum Mukminin dan Aku lebih memiliki wilayah (otoritas) atas diri kalian sendiri. Oleh karena itu, siapa saja yang menjadikan aku sebagai pempimpinnya, maka Ali adalah pemimpin baginya."

Beliau mengulangi kalimat itu sebanyak 3 kali sehingga semua orang mendengarnya dan kemudian bersabda, "Ya Allah cintailah orang-orang yang mencintai Ali dan menjadikannya sebagai pemimpinnya dan musuhilah orang-orang yang memusuhinya, tolonglah orang-orang yang menolongnya, tinggalkanlah orang yang meninggalkannya." Lalu Nabi berkata kepada para hadirin, "Wahai kalian yang hadir, sampaikan pesan ini kepada orang-orang yang gaib (tidak hadir)."

Mengenai keutamaan Imam Ali as dan anak-anaknya, Rasulullah Saw berkata kepada semua hadirin, "Wahai manusia! Ketahuilah bahwa dia (Ali as) adalah penolong agama Allah Swt dan pembela Rasulullah, paling bertakwa, suci, dan penunjuk orang-orang yang mendapat hidayah. Sesungguhnya nabi kalian adalah paling baiknya nabi, washi (pengganti) kalian adalah paling baiknya washi dan putra-putranya adalah paling baiknya washi."

"Wahai manusia! Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah telah mengangkat untuk kalian seorang pemimpin dan imam yang wajib ditaati baik oleh kalian yang dari kaum Muhajirin maupun dari Anshar, juga oleh para pengikut jejak baik mereka, penduduk desa atau kota, masyarakat 'Ajam (non-Arab) atau Arab, yang merdeka atau budak, besar atau kecil, kulit putih atau hitam, dan juga oleh semua orang yang mengesakan Tuhan. Hukum dan ketetapannya (Ali as) berlaku untuk semua orang, ucapan dan kata-katanya wajib diamalkan. Terkutuklah siapa saja yang menentangnya, dan dipastikan bahwa siapa saja yang mengikuti dan membenarkannya akan mendapatkan limpahan rahmat Ilahi dan ampunan-Nya."

Setelah Rasul Saw menyampaikan khutbahnya, para hadirin secara bergilir menghampiri Ali as dan mengucapkan selamat kepadanya. Mereka berlomba-lomba untuk menyatakan baiat kepada sang khalifah. Sebelum kafilah haji melanjutkan perjalanan, Malaikat Jibril kembali turun untuk menyampaikan ayat 3 surat al-Maidah kepada Rasulullah Saw, "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu."

Dengan demikian, sebuah babak baru telah dimulai dalam sejarah Islam yang disebut dengan Wilayah (otoritas) dan Imamah. Ghadir Khum adalah penerus misi risalah Nabi Muhammad Saw dan kaum Muslim tetap memiliki pemimpin untuk melanjutkan jalan mereka. Kaum Muslim mengenal karakter istimewa Ali as dan semua menganggapnya sebagai orang yang paling layak untuk memikul tanggung jawab berat ini setelah wafatnya Rasulullah Saw.

Ghadir adalah hasil dari keutamaan, keistimewaan, dan kesempurnaan Imam Ali as. Amirul Mukminin adalah manifestasi takwa, ketaatan mutlak pada agama, tulus dalam mengikuti kebenaran, memiliki ilmu dan kebijaksanaan, serta memiliki tekad baja.

Imam Ali as berjuang untuk menyelamatkan Islam pada saat-saat genting dan perang yang menentukan. Ia berkumpul bersama orang-orang miskin dan hidup seperti mereka. Imam Ali as hampir setiap malam memanggul karung goni berisi gandum di pundaknya dan membagikannya kepada orang-orang miskin. Ia selalu menjadi pelipur lara bagi anak-anak yatim dan dijuluki sebagai ayah para anak yatim.

George Jordac, pemikir Kristen berkebangsaan Lebanon menulis, “Sejarah membuktikan bahwa keutamaan Ali tidak kenal habisnya, penghulu para syuhada, penyeru keadilan dan tokoh yang abadi di Timur. Di antara putra Adam dan Hawa sepanjang sejarah, tidak ada yang meneriakkan kebenaran seperti Ali. Imam Ali adalah jantung Islam seperti aliran air yang keluar dari mata air. Sebelum memeluk agama Islam, kaum Muslim masa itu menyembah berhala. Namun Ali adalah orang yang pertama kali beriman kepada Muhammad dan menyembah Allah. Ali seperti gunung yang tegar berdiri menegakkan kebenaran."

Idul Ghadir sebagai salah satu hari besar dalam kalender Islam selalu menjadi perhatian para ulama. Dalam riwayat disebutkan, "Kaum mukmin akan memperoleh pengampunan dan rahmat Allah Swt pada hari raya Ghadir." Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Idul Ghadir adalah hari raya terbesar kaum Muslimin. Alangkah baiknya jika pada hari itu manusia senantiasa memanjatkan rasa syukur kepada Allah dan orang-orang melakukan puasa atas rasa syukur itu di mana puasa pada hari itu setara dengan 60 tahun ibadah."

Di antara amalan Hari Raya Ghadir adalah puasa, mandi, membaca doa ziarah Amirul Mukminin, mengucapkan tahniyah ketika bertemu dengan kaum mukminin lainnya dengan berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kami dari orang-orang yang berpegang teguh kepada wilayah Amirul Mukminin dan para imam maksum."

Tidak diragukan lagi, Idul Ghadir tidak hanya dikhususkan untuk satu hari, tetapi ia sebuah gerakan yang membutuhkan pemahaman yang dalam dan memiliki filosofi. Peristiwa Ghadir Khum terjadi pada tanggal 18 Dzulhijjah tahun kesepuluh Hijriyah sehingga pencapaian Nabi Muhammad Saw bisa terus dipertahankan.

Rasulullah Saw bersabda, "Hari Ghadir adalah hari terbaik umatku dan ia adalah hari ketika Allah Swt menyempurnakan agama-Nya dan melengkapi nikmat-Nya kepada umatku."

Perlu dicatat bahwa sejarah Ghadir Khum bukan hanya sebuah peristiwa sejarah semata, tapi mengandung pesan-pesan penting yaitu, pendidikan dan tugas memberi petunjuk kepada umat manusia harus diteruskan oleh orang-orang suci. Keberadaan para pemimpin shaleh di tengah masyarakat merupakan jaminan terbaik untuk memelihara keselamatan dan kemajuan mereka.

Ghadir Khum mengajarkan kita untuk memilih manusia-manusia suci dan layak sebagai pemimpin sehingga keadilan dapat ditegakkan di muka bumi. Mungkin karena masalah ini pula, Rasulullah Saw menyebut Ghadir Khum sebagai hari raya paling utama dalam Islam.

 

Pertengahan bulan Dzulhijjah bertepatan dengan hari kelahiran Imam Ali bin Muhammad al-Hadi as. Hari-hari kelahiran para aulia Allah Swt akan selalu membawa kebaikan dan keberkahan. Momen baik ini menghadirkan sebuah kesempatan untuk meningkatkan pengenalan kita tentang salah satu figur mulia Ahlul Bait Nabi as.

Imam Ali an-Naqi as yang dijuluki al-Hadi dilahirkan pada tahun 212 Hijriyah di sebuah daerah yang disebut Sharya di dekat kota Madinah. Ayahnya memilih salah satu nama yang paling indah untuk bayi tersebut dan nama ini juga sudah populer di tengah Ahlul Bait yaitu Ali. Imam Hadi as memiliki banyak julukan di antaranya; Najib, Murtadha, Naqi, 'Alim, Faqih, Amin, dan Thayyib.

Imam Hadi as memiliki paras yang bercahaya dan rupawan. Selain ketampanan fisik, beliau sama seperti para leluhurnya memiliki ilmu dan keutamaan akhlak yang tinggi. Pada usia enam tahun, Imam Hadi dipaksa berpisah dengan ayahnya Imam Muhammad al-Jawad as, yang dipanggil oleh Khalifah Muktasim Abbasi untuk tinggal di Baghdad.

Pada waktu itu, Muktasim Abbasi memberikan perintah agar dicarikan seorang guru untuk mendidik Imam Hadi as yang menetap bersama keluarganya di Madinah. Dengan demikian, Khalifah Abbasi dapat mendidik Imam Hadi sesuai dengan selera dan keinginannya. Al-Juneidi – yang dikenal sangat menentang dan memusuhi Ahlul Bait – dipilih untuk melakukan tugas itu.

Al-Juneidi kemudian memulai kelas pendidikannya. Setelah berlangsung beberapa waktu, salah seorang keluarga khalifah melihat Juneidi dan menanyakan perkembangan si "anak" yang dititipkan kepadanya untuk dibina. Al-Juneidi memprotes sebutan kata "anak" sembari berkata, "Apakah dia anak? Aku menjelaskan satu perkara tentang adab kepadanya, tetapi dia malah menjabarkan banyak bab tentang adab kepadaku dan aku pun memperoleh ilmu darinya."

"Kadang ketika ia ingin memasuki kamar, aku sengaja mengganggunya dan meminta dia untuk membacakan satu surat dari al-Quran. Dia bertanya, 'Surat mana yang harus aku baca?' Lalu aku menyebutkan salah satu surat yang panjang. Dia membacanya dan menafsirkan ayat-ayat yang sulit kepadaku. Ia adalah orang yang alim, hafal al-Quran, dan mengetahui tafsir dan takwil ayat-ayat al-Quran. Maha Suci Allah," ujar al-Juneidi.

Imam Hadi as menduduki posisi imamah pada usia sekitar delapan tahun atau setelah ayahnya gugur syahid. Ia mulai memikul tanggung jawab sebagai pemimpin dan pemberi petunjuk kepada masyarakat Muslim selama 33 tahun. Imam Hadi melakukan tugas ini selama 13 tahun di Madinah dan 20 tahun sisanya di Samara, Irak.

Periode kepemimpinan imam kesepuluh umat Muslim Syiah ini berbarengan dengan masa kekuasaan enam khalifah dari Dinasti Abbasiyah yaitu; Muktasim, Watsiq, Mutawakkil, Muntashir, Musta'in, dan Mu'taz. Perang kekuasaan terus bergelora di balik tembok istana Dinasti Abbasiyah. Dalam kondisi ini, kezaliman dan kediktatoran para penguasa semakin meningkat sehingga menyulitkan ruang gerak para penyeru kebenaran, terutama Imam Hadi as.  

Imam Hadi menetap di Madinah dan menangani semua urusan masyarakat Syiah sebelum Mutawakkil naik takhta. Begitu Mutawakkil berkuasa, para keturunan Ahlul Bait berada di bawah pengepungan ekonomi. Dia menangkap dan memenjarakan mayoritas dari keturunan Ahlul Bait pada masa itu. Di antara tindakan Mutawakkil yang paling mengerikan adalah merusak dan menghancurkan Makam Imam Husein as di Karbala.

Mutawakkil memerintahkan Imam Hadi untuk pindah dari Madinah ke Samara, ibukota pemerintahan Dinasti Abbasiyah waktu itu. Dia mengkhawatirkan pengaruh dan popularitas imam di tengah masyarakat. Setelah tinggal di Samara, pasukan Mutawakkil mengawasi seluruh gerak-gerik Imam Hadi dan memantau setiap pertemuan yang ia lakukan.

Situasi sangat mencekam dan interaksi Imam Hadi as dengan masyarakat semakin sulit. Namun, beliau dengan manajemen yang rapi dan kebijaksanaan tetap bisa menyebarluaskan pengetahuan agama dan menyelamatkan umat Islam dari jurang kefasadan.

Imam Hadi as membangun jaringan komunikasi untuk menjaga dan memperkuat basis politik, ekonomi, sosial, dan budaya dengan para pecinta Ahlul Bait di berbagai wilayah negara Islam. Beliau melalui perantaraan para wakil dan utusannya aktif membangun interaksi dengan masyarakat Syiah di berbagai belahan dunia Islam. Pola interaksi seperti ini sudah dirintis sejak masa kepemimpinan Imam Jakfar Shadiq as.

Para wakil tersebut mengumpulkan khumus serta menjawab persoalan-persoalan fikih dan akidah masyarakat. Keberadaan mereka membuat masyarakat bisa bernafas lega karena masih memiliki jalan untuk membangun komunikasi dengan Imam Hadi as. Lembaga perwakilan yang dibentuk Imam Hadi as bertugas untuk memperkuat dan memperlancar hubungan antara imam dengan para Syiahnya. Para wakil tersebut adalah orang-orang kepercayaan Imam Hadi.

Para imam Syiah menyusun program untuk membimbing masyarakat dan gerakan pemikiran mereka dengan memperhatikan kondisi sosial yang berlaku pada masa itu. Mereka bekerja keras untuk mendidik para murid berprestasi, yang kelak akan membangun budaya Ahlul Bait di tengah umat. Para ulama yang menjadi penerus mereka bertugas menyeru umat untuk menyembah Allah Swt dan membangun peradaban Islam yang hakiki.

Berdasarkan catatan Syeikh Thusi, jumlah total murid Imam Hadi as dan para perawi yang menukil riwayat darinya berjumlah 185 orang. Selain menguasai ilmu hadis, akidah, dan pemikiran Islam murni, mereka juga menulis banyak buku di bidang kedokteran, geografi, sejarah, astronomi, dan matematika. Karya-karya mereka berkontribusi dalam mengembangkan budaya Islam di berbagai wilayah negara Muslim.

Salah satu cara untuk menjelaskan hakikat agama dalam ajaran Syiah adalah melalui doa dan ziarah, yang bersumber dari para imam maksum. Salah satu ziarah yang paling penting di tengah masyarakat Syiah adalah ziarah hari Raya Ghadir atau Ziarah Ghadiriyah. Ziarah yang diajarkan oleh Imam Hadi as ini berisi tentang ayat-ayat al-Quran dan riwayat untuk membuktikan kebenaran kepemimpinan Imam Ali bin Abi Thalib as.

Imam Hadi as mulai menyusun Ziarah Ghadiriyah ketika beliau sudah menetap di Baghdad dan berkesempatan untuk menziarahi Makam Imam Ali di kota Najaf. Dengan bersandar pada ayat-ayat al-Quran, beliau menjelaskan keutamaan dan karakter politik dan sosial Imam Ali as. Beliau membawakan ayat-ayat al-Quran yang secara khusus berbicara tentang kepemimpinan Imam Ali. Di antaranya adalah ayat pertama surat an-Naba’ di mana para mufasir – baik Syiah maupun Sunni – menafsirkan kata al-Naba' al-'Azim (berita besar) dengan masalah wilayah (kepemimpinan).

Imam Hadi as juga meninggalkan sebuah doa ziarah yang paling lengkap untuk masyarakat Syiah yaitu Ziarah Jami'ah Kabirah. Doa ini berisi tentang keyakinan Syiah terhadap imamah, kedudukan para imam, tugas dan tanggung jawab Syiah di hadapan para imam maksum. Ziarah Jami'ah Kabirah termasuk doa yang berisi pembahasan imamah dalam bentuk ibarat yang fasih dengan kandungan yang tinggi.

Dalam ziarah ini, Imam Hadi as memperkenalkan para imam maksum sebagai pemimpin politik, ideologi, dan spiritual umat Islam. Ziarah Jami'ah Kabirah juga menyinggung semua ajaran Syiah dengan bahasa yang fasih, seperti hubungan para imam dengan Nabi Saw, kedudukan para imam dalam keilmuan, akhlak dan politik, suri teladan, dan hubungan imamah dan tauhid.

Sebagai penutup, kami kutipkan nasihat bijak dari Imam Ali al-Hadi as yang dapat menjadi petunjuk bagi kita mengarungi kehidupan dunia. Beliau berkata, “Barang siapa taat kepada Allah, maka ia tidak akan khawatir terhadap kekecewaan makhluk.” ”Pelaku kebaikan itu lebih baik daripada kebaikan itu sendiri. Sedang pelaku keburukan itu lebih buruk daripada keburukan itu sendiri.”

Selasa, 19 Juli 2022 06:09

Media AS Akui Kekuatan Defensif Iran

 

Majalah mingguan Newsweek di analisanya menulis, Republik Islam Iran tanpa membutuhkan senjata nuklir, kini memiliki kekuatan pertahanan yang cukup di kawasan.

Menurut laporan IRNA, laman Newsweek Sabtu (16/7/2022) di sebuah artikel yang ditulis Daniel R. DePetris, pakar pertahanan media Amerika ini menulis, "Ungkapan "semua opsi ada di atas meja" memiliki arti khusus bahwa aksi militer adalah salah satu kemungkinannya. Ini adalah ungkapan yang sering digunakan oleh presiden AS untuk mengirim pesan yang kuat kepada saingan atau musuh."

Di analisa ini disebutkan bahwa presiden Amerika hanya kepada Iran berulang kali menggunakan ungkapan ini.

Penulis terkait alasan tidak digunakannya aksi militer ini menulis, "Kami memahami bahwa Iran akan membalas setiap aksi militer, karena sebelumnya negara ini telah melakukannya, ketika membalas teror Letjen Qassem Soleimani, mantan komandan pasukan Quds IRGC, Iran menembakkan puluhan rudal balistik ke dua pangkalan Amerika di Irak.

Jika Iran membalas teror terhadap sosok seperti ini, maka bayangkan jika program pengayaan uraniumnya dihancurkan, bagaimana Iran akan membalasnya.

 

Ketua Fraksi Loyalis Perlawanan di Parlemen Lebanon mengatakan Hizbullah siap melindungi hak dan kedaulatan negara. Menurutnya jika musuh melakukan kesalahan, maka saat itu ia akan menyaksikan kekuatan nyata Hizbullah.

Mohammad Raad, Minggu (17/7/2022) seperti dikutip situs berita El Nashra menegaskan, "Kami tidak ingin berperang, tapi kami memiliki kesiapan untuk itu."

Ia menambahkan, "Kami tidak akan pernah mundur dari hak kami untuk berinvestasi dalam aset-aset maritim, dan penetapan perbatasan kedaulatan kami, begitu juga kami akan tetap berdiri di samping rakyat dan pemerintah kami, demi membela kemuliaan negara dan putra-putranya di seluruh wilayah, bahkan atas mereka yang tidak menghargai sejumlah masalah dan tidak memahami situasi dengan baik."

Raad menjelaskan, "Orang-orang yang berharap pada Rezim Zionis, kelak akan menyadari bahwa upayanya sia-sia, dan Zionis tidak punya tempat di kawasan, ini adalah buah dari kerja keras bangsa-bangsa kawasan, terutama rakyat Palestina."

Selasa, 19 Juli 2022 06:08

Israel Khawatir Perang Gaza Meletus

 

Juru bicara militer Rezim Zionis Israel menyatakan kekhawatiran atas potensi meletusnya perang dengan Jalur Gaza.

Faksi-faksi Palestina selama beberapa tahun terakhir melakukan banyak uji coba rudal dan menggelar berbagai manuver perang untuk meningkatkan kemampuannya serta menciptakan pertahanan menghadapi Rezim Zionis.

Menurut laporan Maan News, Ran Kochav menekankan, mengingat tensi yang ada, tidak mungkin menggelar operasi militer ke Gaza tahun ini.

“Hamas dan Gaza tidak akan musnah, dan mereka akan melawan kami, serta wilayah ini sangat rumit,” tambah Kochav.

Sebelumnya Gerakan Jihad Islam Palestina juga menekankan, balasan kunjungan terbaru presiden AS ke kawasan adalah eskalasi resistensi melawan Rezim Zionis.

Palestina pendudukan dan Tepi Barat selama beberapa bulan menyaksikan konfrontasi antara warga Palestina dan Zionis. Warga Palestina menggelar aksi demo mengecam rezim penjajah dan pelecehan kesucian Masjid al-Aqsa. 

 

Serangan siber besar-besaran ke situs Departemen Kesehatan dan sejumlah laman kantor pemerintah Rezim Zionis Israel dibenarkan oleh media berbahasa Ibrani.

Infrastruktur Rezim Zionis selama beberapa bulan lalu menghadapi krisis serangan siber. Hampir setiap pekan instansi Rezim Zionis mendapat serangan siber.

Menurut laporan Pusat Informasi Palestina, media berbahasa Ibrani mengkonfirmasi serangan siber besar-besaran ke sejumlah situs Rezim Zionis termasuk situs Departemen Kesehatan.

Menurut sumber tersebut, serangan siber ini membuat situs milik Depkes Israel terganggu dan satuan penanganan Corona di Tel Aviv Minggu (17/7/2022) melaporkan bahwa warga asing yang ingin masuk ke Israel dan harus mengisi formulir kedatangan ke Tel Aviv tidak dapat diakses karena sistem terganggu.

Depkes Israel di akun Twitternya membenarkan bahwa situsnya mengalami gangguan dan saat ini hanya dapat dibuka melalui IP dalam negeri dan pengguna asing tidak dapat mengaksesnya.

Ini termasuk kesekian kalinya serangan siber terhadap infrastruktur Rezim Zionis dalam beberapa pekan terakhir. 

 

Gerakan Hizbullah Lebanon menyatakan bahwa kubu ini tidak menginginkan perang, tapi siap untuk menghadapinya.

Menurut laporan al-Ahed, Mohammad Raad, Ketua Fraksi Loyalis Perlawanan di Parlemen Lebanon mengatakan, "Ketika kami menunjukkan bahwa opsi perang memungkinkan kami untuk hidup dengan bermartabat dan tanpa mengemis dari orang lain, kami bermaksud bahwa kami merdeka dan Anda harus tahu dengan siapa Anda berhadapan, kami tidak menginginkan perang, tetapi kami siap untuk itu."

"Jika Anda melihat komandan syahid kami diawal muqawma dan syuhada pemberani lainnya di hari-hari mendatang ketika kalian memilih opsi yang salah dan berani untuk melancarkan serangan, maka kalian akan menyaksikan keberanian kami," papar Raad.

Mohammad Raad mengungkapkan, "Kami tidak akan mundur terkait investasi di kekayaan kami dan penentuan perbatasan. Kami yang akan mengambil keputusan di kasus ini, dan mendukung setiap sosok yang ikhlas di pemerintah ini dengan tujuan untuk melindungi kehormatan negara dan seluruh lapisan masyarakat serta wilayah kami. Janji dan baiat kami dengan seluruh putra-putra muqawama dan seluruh rakyat Lebanon adalah komitmen terhadap perjuangan untuk mempertahankan kedaulatan negara kami."

"Kami rakyat Lebanon adalah penguasa negara ini, kami yang membuat kebijakan negara berdasarkan kepentingan bangsa dan generasi mendatang. Mereka yang melakukan normalisasi dengan Israel akan memahami bahwa mengandalkan musuh Tel Aviv untuk penyerahan wilayah kami adalah sia-sia. Musuh Israel tidak memiliki tempat di wilayah kami," tegas Mohammad Raad. 

 

Militer Rezim Zionis Israel dilaporkan menangkap 11 pemuda Palestina di berbagai wilayah Tepi Barat Sungai Jordan.

Zionis untuk meraih ambisi ekspansionisnya hampir setiap hari menyerbu berbagai wilayah Palestina dan dengan klaim tak berdasar menangkap warga tertindas ini.

Menurut laporan Kantor Berita Maan, militer rezim Zionis Senin (18/7/2022) dini hari menyerbu Kamp al-Jalzun di utara Ramallah dan menangkap tiga pemuda Palestina.

Militer Zionis di distrik Beita di selatan Nablus menangkap empat warga Palestina saat menyerang ke rumah mereka.

Selain itu, seorang perempuan Palestina juga ditangkap militer Zionis Senin dini hari di al-Khalil.

Sementara itu, Minggu malam kamp Qalandiya di utara Quds juga dilanda bentrokan sengit antara pemuda Palestina dan tentara rezim Zionis.

Militer Zionis saat menyerang rumah warga Palestina di kamp Shu'fat menghancurkan pintu rumah warga tertindas ini dan merusak isi rumah.

Saat ini diprediksikan sekitar 4500 warga Palestina termasuk 40 perempuan, 250 anak-anak dan 520 tahanan administratif (tanpa proses peradilan) mendekam di penjara-penjara Israel. 

 

Kantor Berita Rusia Sputnik mengkonfirmasi kunjungan Menlu Rusia Faisal Mekdad ke Tehran hari Selasa (19/7/2022).

Kunjungan ini digelar bersamaan dengan pertemuan ketujuh pemimpin negara-negara yang tergabung di Perundingan Astana di Tehran.

KTT Astana ketujuh akan digelar di Tehran Selasa (19/7/2022) dengan dihadiri presiden Iran, Rusia dan Turki.

Menurut laporan Iran Press, Sputnik Senin (18/7/2022) seraya mengumumkan kunjungan Faisal Mekdad ke Tehran mengingatkan, menlu Suriah di Tehran akan berunding dengan sejawatnya dari Iran mengenai isu-isu bilateral dan regional.

Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian Senin malam di Tweetnya seraya menyinggung pertemuan para pemimpin negara Iran, Turki dan Rusia di Tehran menjelaskan, Republik Islam Iran kutub diplomasi dinamis.

Amir-Abdollahian juga mengatakan pemulangan pengungsi Suriah ke rumah dan kota mereka serta bantuan untuk perdamaian, stabilitas dan keamanan di Suriah termasuk isu yang akan dibahas di pertemuan pemimpin ketiga negara ini di Tehran.

Perundingan Astana dimulai sejak Januari 2017 atas prakarsa Iran dan kerja sama Rusia dan Turki untuk menerapkan perdamaian di Suriah.

Iran, Turki dan Rusia sebagai negara-negara penjamin Perundingan Astana, berusaha untuk menyelesaikan krisis Suriah.

Krisis di Suriah meletus sejak tahun 2011 seiring dengan serangan besar-besaran kelompok teroris dukungan Arab Saudi, Amerika Serikat dan sekutunya untuk mengubah perimbangan kawasan demi keuntungan Rezim Zionis Israel.

 

Setelah perjalanan Biden ke Wilayah Pendudukan dan Arab Saudi, Vladimir Putin juga akan mengunjungi Tehran hari Selasa (19/07/2022).

Ada perbedaan besar antara kunjungan Biden ke kawasan Asia Barat dan kunjungan Putin dan Erdogan ke Iran.

Di atas segalanya, Biden memasuki Wilayah Pendudukan dan Arab Saudi dengan tujuan membangun kembali hubungan dengan Arab Saudi dan membujuk negara ini untuk meningkatkan produksi minyak, memperdalam hubungan Saudi dengan rezim Zionis, dan juga menciptakan konsensus anti-Iran.

Presiden AS Joe Biden dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman
Namun Putin mengunjungi Tehran untuk melanjutkan Proses Astana mengenai Suriah. Presiden Putin juga mengunjungi Tehran untuk mengkonsolidasikan hubungan dengan Republik Islam Iran.

Sanksi Barat dan khususnya Amerika terhadap kedua negara merupakan faktor umum yang mendorong Iran dan Rusia untuk memperkuat hubungan.

Masalah lainnya adalah bahwa salah satu tujuan Biden untuk melakukan perjalanan ke Wilayah Pendudukan dan Arab Saudi adalah untuk lebih menekan Rusia dengan menurunkan harga minyak.

Sebaliknya, salah satu tujuan utama kunjungan Vladimir Putin ke Tehran adalah untuk menunjukkan bahwa dia tidak berada di bawah tekanan perang di Ukraina dan bahwa kebijakan Amerika untuk mengisolasi dia tidak berhasil, melainkan dia terus bersaing dengan Amerika Serikat.

Ini adalah kedua kalinya Vladimir Putin meninggalkan Rusia sejak awal perang Ukraina.

Kurang dari sebulan yang lalu, dia melakukan perjalanan ke Ashgabat untuk berpartisipasi dalam pertemuan puncak negara-negara Laut Kaspia dan dari sana dia pergi ke Tajikistan.

Sekarang, memilih Tehran sebagai tujuan perjalanan keduanya sejak dimulainya perang Ukraina berarti mengirimkan sinyal ini ke Barat bahwa Putin bukan hanya tidak terisolasi, tetapi dia justru berusaha untuk memperkuat posisinya di front Timur, bukan untuk mundur dari kompetisi baru kekuatan adidaya di Asia Barat.

Setelah perjalanan Biden ke Wilayah Pendudukan dan Arab Saudi, Vladimir Putin juga akan mengunjungi Tehran hari Selasa (19/07/2022). Ada perbedaan yang jelas antara tujuan dan agenda perjalanan Biden dan Putin ke kawasan Asia Barat.
Pada hakikatnya, sementara Biden, dengan mengunjungi kawasan Asia Barat dan mengumumkan bahwa Amerika Serikat tidak akan menarik diri dari kawasan ini, AS berusaha mencegah Rusia dan Cina meningkatkan pengaruh mereka di kawasan itu, Putin mengunjungi Tehran dan mengadakan kemungkinan pertemuan dengan Recep Tayyip Erdogan menunjukkan bahwa dia akan meningkatkan hubungan dengan negara-negara di kawasan tersebut.

Selama perjalanannya ke Tehran, Erdogan mungkin mengadakan pertemuan tatap muka pertamanya dengan presiden Rusia sejak awal operasi militer khusus Moskow di Ukraina.

Pertemuan ini dapat mengurangi dinginnya hubungan antara Ankara dan Moskow dalam beberapa bulan terakhir.

Isu penting lainnya adalah bahwa Biden mengejar "transformasi" dan "bipolarisasi" kawasan selama perjalanannya, yang juga mendapat tanggapan negatif dari negara-negara kawasan.

Dengan kata lain, pendekatan realistis negara-negara di kawasan dan terutama komentar Faisal bin Farhan, Menteri Luar Negeri Saudi, bahwa "Saya tidak tahu dari mana NATO Arab berasal", menunjukkan bahwa proyek berulang Iranofobia Amerika Serikat telah gagal.

UEA, Arab Saudi, Mesir dan Irak telah dengan jelas menyatakan bahwa mereka tidak akan berpartisipasi dalam koalisi apapun melawan Iran dan berusaha untuk mengembangkan hubungan.

Untuk alasan ini, bahkan analis Amerika percaya bahwa perjalanan Biden ke kawasan adalah kesalahan besar dan gagal.

Ini terlepas dari kenyataan bahwa Putin tidak ada hubungannya dengan negara-negara lain di kawasan itu selama perjalanannya ke Tehran. Dia tidak mencari koalisi melawan negara mana pun dan dualisme di kawasan itu. Putin hanya mengejar konsolidasi hubungan bilateral dengan negara Republik Islam Iran.