Tafsir Al-Quran, Surat Ar-RaÔÇÖd ayat 27-28

Rate this item
(1 Vote)

Ayat ke 27

 

┘ê┘Ä┘è┘Ä┘é┘Å┘ê┘ä┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ ┘ä┘Ä┘ê┘Æ┘ä┘ÄϺ Ïú┘Å┘å┘ÆÏ▓┘É┘ä┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É Ïó┘Ä┘è┘ÄÏ®┘î ┘à┘É┘å┘Æ Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘É ┘é┘Å┘ä┘Æ ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘è┘ÅÏÂ┘É┘ä┘æ┘Å ┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÄÏ┤┘ÄϺÏí┘Å ┘ê┘Ä┘è┘Ä┘ç┘ÆÏ»┘É┘è ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É ┘à┘Ä┘å┘Æ Ïú┘Ä┘å┘ÄϺϿ┘Ä (27)

 

Artinya:

Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya". (13: 27)

 

Jelas bahwa siapa saja yang mengaku diri sebagai nabi dan utusan Allah,ia pasti akan membawa bukti yang menguatkan pengakuannya yang disebut dengan mukjizat. Dengan mukjizat itu dia dapat membuktikan kebenaran pengakuannya sebagai nabi dan bahwa semua yang ia sampaikan berasal dari Allah. Akan tetapi hal itu bukan berarti bahwa para nabi harus menuruti setiap permintaan dan tuntutan kaumnya. Sebab sebagian orang datang meminta Nabi Muhammad Saw dan mengatakan bahwa dirinya hanya akan beriman jika beliaumenunjukkan perkara yang aneh dan ajaib kepadanya. Jika Nabi Saw harus memenuhi setiap permintaan kaumnya yang seperti ini, maka kekacauanlah yang akan terjadi.

 

Orang yang berakal dan mencari kebenaran, akan langsung meyakini pengakuan para nabi yang datang dengan membawa mukjizat, dan tidak akan pernah mengajukan permintaan yang aneh-aneh. Sementara mereka yang ingkar dan hanya bermain-main akan mengumbar tuntutan agar nabi menunjukkan puluhan mukjizat, meski demikian, mereka tidak akan pernah beriman.

 

Al-Quran adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada umat manusia. Kitab suci ini adalah mukjizat abadi Nabi Muhammad Sawyang mengandung ajaran dan hikmah yang sangat tinggi. Hal itu cukup menjadi petunjuk bahwa al-Quran bukan buatan manusia, tetapi wahyu yang turun dari Allah Swt. Sayangnya, masih banyak yang mengingkari kebenaran mukjizat ini. Sikap keras kepala mereka dan keengganan menerima kandungan kitab suci ini telah menjerumuskan mereka ke dalam kesesatan yang nyata.

 

Mereka yang tidak menggunakan akal dan logika sehat telah terkena penyakit kejiwaan yang parah, sehingga merasa terganggu karena mendengar bacaan ayat-ayat suci al-Quran. Keadaan mereka tak jauh berbeda dengan bangkai yang bau busuknya semakin menyengat ketika terkena siraman air hujan. Padahal jika air hujan itu mengenai tanah yang subur, maka tumbuhan dan aneka buah-buahanlah yang bakal dihasilkannya. Wahyu ilahi dan ajaran nabi ibarat air hujan yang datang membawa rahmat dan berkah bagi bumi.

 

Ungkapan yang menyebutkan bahwa Allah menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki tidak berarti Allah ingin menyengsarakan manusia dengan menyesatkannya. Kesesatan itu terjadi karena orang-orang sesat itu menolak kebenaran dan menentang bimbingan yang diberikan Allah lewat para nabi-Nya. Akibat penentangan itu, mereka tidak mendapatkan hidayah ilahi. Ayat tadi menjelaskan pula adanya kelompok lain yang memperoleh rahmat dan kasih Allah karena mereka bertaubat dan kembali kepadaNya.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Masalah terpenting berkaitan dengan hidayah seseorang dan kesesatannya ada pada sikap orang itu dalam menghadapi kebenaran, bukan pada jumlah mukjizat yang disaksikannya.

2. Sudah menjadi sunnatullah bahwa Dia akan memberikan petunjuk kepada semua hamba-Nya. Akan tetapi orang-orang yang memilih jalan menyimpang, maka dia tidak akan mendapatkan petunjuk dari Allah dan akan jauh dari kebenaran.

 

Ayat ke 28

 

Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä Ïó┘Ä┘à┘Ä┘å┘Å┘êϺ ┘ê┘ÄϬ┘ÄÏÀ┘Æ┘à┘ÄϪ┘É┘å┘æ┘Å ┘é┘Å┘ä┘Å┘êÏ¿┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉÏ░┘É┘â┘ÆÏ▒┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ïú┘Ä┘ä┘ÄϺ Ï¿┘ÉÏ░┘É┘â┘ÆÏ▒┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï¬┘ÄÏÀ┘Æ┘à┘ÄϪ┘É┘å┘æ┘ŠϺ┘ä┘Æ┘é┘Å┘ä┘Å┘êÏ¿┘Å (28)

 

Artinya:

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(13: 28)

 

Ayat ini masih melanjutkan pembahasan ayat sebelumnya yang menyebutkan bahwa Allah memberikan hidayah-Nya kepada mereka yang mencari kebenaran. Pada ayat ke-28 ini, Allah Swt berfirman bahwa para pencari kebenaran yang akan memperoleh hidayah adalah mereka yang setelah keimanan memperoleh ketenangan dan ketenteraman jiwa. Sebab mengingat Allah membuat hati tenteram. Ketenangan mengingat Allah adalah ketenangan hakiki yang tidak ada tandingannya.

 

Mengingat Allah yang dimaksudkan dalam ayat tadi selain menyebutnya lewat lisan dalam shalat dan doa, juga mengingat-Nya dalam semua kondisi dan keadaan, khususnya kala seseorang menghadapi masalah atau berhadapan dengan perbuatan dosa. Mengingat kenikmatan dan anugerah Allah akan membuat orang bersyukur. Sedangkan mengingat kekuatan, kemurahan, dan pengampunan Allah akan membuat kita optimis dan memberikan kekuatan dalam menghadapi setiap masalah.

 

Satu hal yang perlu dicatat bahwa mereka yang memperoleh ketentraman dengan mengingat Allah adalah orang-orang yang kala mendengar nama Allah merasakan getaran ketundukan di hatinya. Getaran itu muncul karena ia menyadari dengan benar keagungan dan kebesaran Allah yang tak terbatas. Dalam suratal-Anfal Allah Swt berfirman,"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah yang jika disebut nama Allah bergetar hati mereka."

 

Orang-orang dengan sifat seperti itu ibarat anak-anak yang saleh dan merasa tentram saat berharap kepada kedua orang tuanya. Mereka tidak merasa sendirian dalam menghadapi masalah kehidupan. Meski demikian, mereka tetap menaruh penghormatan besar kepada kedua orang tua dan tidak akan mendurhakai mereka. Imam Ali Zainal Abidin as dalam salah satu doa bulan Ramadhan menyebut zikir sebagai penenang jiwa. Beliau berkata, "Ya Allah, setiap kali aku mengingat kemurahan dan kemuliaan-Mu, aku merasa optimis dan tenang."

 

Di dunia saat ini, manusia menghadapi masalah depresi dan kegundahan jiwa. Kondisi ini muncul karena jauh dari Allah dan zikir. Masalah kejiwaan seperti ini jarang ditemukan di masyarakat yang menjunjung tinggi keimanan dan spiritualitas.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Mengingat Allah tidak hanya dilakukan lewat lisan. Ketenangan hati diperlukan untuk memperoleh keimanan yang kuat.

2. Manusia saat ini lebih mengagungkan kekayaan dan kekuatan. Akibatnya, ia kehilangan ketenangan dan ketentraman jiwa. Hanya zikrullah yang dapat memberikan ketenteraman jiwa kepada manusia.(

Read 9035 times