Surat At-Tahrim 1-5

Rate this item
(0 votes)
Surat At-Tahrim 1-5

 

Surat At-Tahrim 1-5

سورة التحريم

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ تَبْتَغِي مَرْضَاةَ أَزْوَاجِكَ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (1) قَدْ فَرَضَ اللَّهُ لَكُمْ تَحِلَّةَ أَيْمَانِكُمْ وَاللَّهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (2)

 

Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (66: 1)

 

Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (66: 2)

 

Surat At-Tahrim diturunkan di Madinah dan terdiri dari 12 ayat. Ayat-ayat pertama surat ini membahas hukum haram dan mengharamkan hal-hal halal bagi dirinya. Oleh karena itu, surat ini dinamakan At-Tahrim. Di akhir surat ini menyebutkan tentang dua wanita salehah dan wanita zalim, agar orang-orang beriman dapat meneladani orang-orang saleh dan bertakwa serta terhindar dari jalan dan orang-orang yang rusak dan zalim.

 

Ada di antara istri-istri Nabi yang iri terhadap yang lain, sehingga mereka berusaha mengadu tentang makanan yang telah disiapkan dan dimakan oleh istri Nabi yang lain. Misalnya, mereka berkata: Wahai Rasulullah, makanan yang kamu makan baunya tidak enak dan mulutmu bau.

 

Untuk mengatasi masalah tersebut dan membahagiakan istri-istri tersebut, Rasulullah bersumpah tidak akan memakan makanan tersebut lagi agar mulutnya tidak berbau busuk dan tidak membuat istri-istri yang lain menjadi tidak puas. Ayat-ayat ini diturunkan dan Rasulullah diingatkan mengapa kamu menyusahkan diri sendiri tanpa alasan dan apa yang dihalalkan oleh Allah, kamu jadikan haram bagi dirimu sendiri? Langgar sumpah Anda dengan memberikan penebusan dan akhiri larangan yang dibuat sendiri ini. Oleh karena itu, Rasulullah memerdekakan seorang budak dan menghalalkan apa yang diharamkannya bagi dirinya.

 

Dari dua aya tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Para nabi berada dalam bimbingan ilahi dan Tuhan dengan petunjuk-Nya, membimbing mereka ke jalan yang lurus dan benar.

2. Dalam Islam, monastisisme yang termasuk bentuk mengharamkan kelezatan hal-hal yang halal tidak diterima, karena Tuhan menghendaki apa yang dihalalkan kepada hamba-Nya dimanfaatkan.

3. Tuntutan suami-istri satu sama lain tidak boleh menyebabkan yang halal menjadi haram atau yang haram menjadi halal. Dengan kata lain, dalam lingkungan keluarga, mendapatkan kepuasan isteri adalah hal yang dapat diterima dalam rangka keridhaan Tuhan.

4. Sumpah mempunyai nilai dan keabsahan jika dalam kerangka hukum Ilahi, bukannya seseorang seseorang ingin menjadikan sesuatu yang halal menjadi haram bagi dirinya dengan cara bersumpah.

 

وَإِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَى بَعْضِ أَزْوَاجِهِ حَدِيثًا فَلَمَّا نَبَّأَتْ بِهِ وَأَظْهَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ عَرَّفَ بَعْضَهُ وَأَعْرَضَ عَنْ بَعْضٍ فَلَمَّا نَبَّأَهَا بِهِ قَالَتْ مَنْ أَنْبَأَكَ هَذَا قَالَ نَبَّأَنِيَ الْعَلِيمُ الْخَبِيرُ (3) إِنْ تَتُوبَا إِلَى اللَّهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا وَإِنْ تَظَاهَرَا عَلَيْهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ مَوْلَاهُ وَجِبْرِيلُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمَلَائِكَةُ بَعْدَ ذَلِكَ ظَهِيرٌ (4)

 

Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (66: 3)

 

Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. (66: 4)

 

Melanjutkan ayat-ayat sebelumnya yang menggambarkan kelakuan salah sebagian istri Nabi terhadap Rasulullah Saw, ayat ini mengatakan: Selain rasa cemburu, salah satu hal yang dibenci dari sebagian istri adalah membuka rahasia, sedangkan kewajiban istri adalah untuk melindungi rahasia masing-masing.

 

Sebagaimana disebutkan dalam riwayat, Rasulullah menceritakan suatu rahasia kepada salah satu istrinya dan memintanya untuk tidak menceritakannya kepada orang lain, namun dia menceritakan rahasia tersebut kepada istri Nabi yang lain dan mengungkapkannya. Allah memberi tahu Rasul-Nya tentang kejadian ini. Rasulullah Saw mengingatkan istrinya bahwa dirinya telah melakukan kesalahan tersebut dan tentunya Nabi tidak menceritakan keseluruhan ceritanya secara detail agar istrinya tidak semakin malu.

 

Lanjutan ayat tersebut menasihati kedua wanita tersebut (penyampai rahasia dan pendengar) agar bertaubat atas kesalahannya dan berkata: Dengan demikian hati kalian telah menyimpang dari jalan yang benar; Kalau tidak bertaubat dan tidak berhenti, sebenarnya kalian berdua bersekongkol melawan Nabi. Tentu saja kalian tidak akan berhasil, karena Tuhan, malaikat dan orang-orang mukmin yang saleh adalah sahabat dan pendukung Rasulullah.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Menjaga rahasia merupakan salah satu ciri pasangan yang saleh dan bertakwa, dan mengungkap rahasia pasangan dianggap sebagai tindakan atau persekongkolan melawannya.

2. Rasulullah juga terkadang terjebak dalam beberapa masalah dalam keluarga, hal ini disebabkan oleh beberapa istri yang menyediakan sarana untuk menyakitinya, namun Nabi bersikap toleran dan damai serta memaafkan kesalahan mereka dengan lapang dada.

3. Terkadang dalam lingkungan rumah dan keluarga, kita perlu melupakan dan berlapang dada, dan jalan taubat serta kembali harus terbuka bagi si pelaku. Oleh karena itu, ketika menemukan kesalahan yang dilakukan salah satu anggota tidak boleh mengacaukan lingkungan keluarga dan menimbulkan ketegangan dalam rumah tangga serta melemahkan hubungan keluarga.

4. Ketika Rasulullah dihina dan difitnah, atau terjadi persekongkolan melawannya, maka tugas orang beriman adalah membelanya dengan tegas agar musuh tidak melemahkan dan merusak kedudukannya.

 

عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تَائِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سَائِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارًا (5)

 

Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. (66: 5)

 

Meskipun Rasulullah mempunyai beberapa istri dan beberapa di antaranya menyebabkan ketidaknyamanan dan kesakitan, namun Rasulullah tidak menceraikan satu pun dari mereka dan selalu memaklumi mereka.

 

Ayat ini memperingatkan istri-istri Nabi untuk tidak menyalahgunakan akhlak kedermawanan Nabi dan tidak berpikir bahwa Nabi tidak akan pernah menceraikan mereka, melainkan hak ini tetap dimiliki oleh Nabi. Selain itu, jangan berpikir bahwa mereka adalah wanita terbaik; Jika Nabi menceraikan mereka, maka perempuan-perempuan yang lebih baik dan layak akan dinikahi Nabi.

 

Dalam ayat ini juga disebutkan beberapa ciri-ciri istri yang layak, yang dapat menjadi tolok ukur dalam memilih istri dalam berumah tangga. Menjadi seorang Muslim dan beriman adalah syarat pertama pernikahan, dan seorang Muslim tidak boleh menikah dengan non-Muslim. Mempunyai sifat rendah hati terhadap istri, dan bertaubat serta orang yang rajin shalat dan puasa termasuk ciri-ciri yang ditegaskan dalam ayat ini.

 

Menariknya, dalam ayat tersebut, keperawanan tidak dianggap sebagai nilai istimewa. Artinya, seorang wanita yang sudah berkeluarga, jika ia mempunyai sifat-sifat tersebut, maka kondisi tidak perawan, tidak mengurangi nilai-nilainya.

 

Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Perceraian adalah pilihan terakhir dalam perselisihan keluarga, bukan pilihan pertama. Jika pasangan tetap bersikeras pada kesalahannya, memiliki semangat yang tidak konsisten dan terus menerus mengganggu ketentraman keluarga dengan menimbulkan ketegangan, maka mungkin salah satu pilihannya adalah berpisah (talak).

2. Seorang janda atau perempuan yang ditalak memiliki hak untuk menikah lagi, dan mereka tidak boleh dilarang mempunyai suami lagi sampai akhir hayatnya.

3. Nilai sejati seorang perempuan adalah kesempurnaan akhlak, kemanusiaan dan spiritualitasnya, bukan usia atau keperawanannya.

Read 135 times