AS Miliki Rekam Jejak Penembakkan Pejabatnya, Tuduhan Keterlibatan Iran dalam Aksi Penembakkan terhadap Trump Konyol

Rate this item
(0 votes)
AS Miliki Rekam Jejak Penembakkan Pejabatnya, Tuduhan Keterlibatan Iran dalam Aksi Penembakkan terhadap Trump Konyol

 

Perwakilan Republik Islam Iran di PBB membantah dugaan laporan tentang peran Iran dalam pembunuhan mantan Presiden AS, Donald Trump, dengan menyatakan bahwa tuduhan ini tidak berdasar dan bias.

Tehran, Parstoday- Donald Trump, mantan presiden Amerika Serikat menjadi sasaran aksi penembakan yang gagal pada hari Sabtu, 13 Juli, saat kampanye pemilu di Butler, Pennsylvania.

Penyerang dibunuh oleh polisi Amerika di lokasi kejadian, dan kemungkinan menginterogasi penyerang serta mengidentifikasi pelaku insiden masih belum selesai.

Setelah pembunuhan Trump, beberapa media Amerika secara aneh menyiapkan laporan bahwa para pejabat Amerika telah memperoleh informasi dalam beberapa pekan terakhir yang mengindikasikan rencana Republik Islam Iran untuk membunuh Donald Trump.

CNN, dengan gaya klisenya, menunjukkan bahwa informasi tentang rencana Iran untuk membunuh Trump diterima oleh pejabat AS dari sumber anonim, dan Dinas Rahasia AS -yang bertanggung jawab melindungi nyawa pejabat senior- telah menjadi alasan untuk memperkuat kondisi keamanan kandidat Partai Republik.

Perwakilan Republik Islam Iran di PBB di New York, dalam pernyataan dan tanggapannya terhadap klaim tersebut membantah klaim palsu dan tanpa dasar tentang peran Iran dalam rencana pembunuhan Trump, dengan mengumumkan bahwa insiden penembakan Trump dapat menjadi simbol lain dari peningkatan kekerasan politik di Amerika Serikat.

Selama beberapa tahun terakhir, terutama setelah penyerangan terhadap Kongres AS oleh pendukung Trump pada 6 Januari 2021, terjadi tren peningkatan signifikan.

"Melihat sejarah Amerika menunjukkan bahwa para pejabat dan pemimpin politik serta aktivis politik dan sosial di negara ini selalu menjadi sasaran kekerasan politik dan teror di negara ini. Contoh nyata dari masalah ini adalah pembunuhan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy di Dallas, Texas, pada bulan November 1963, pembunuhan Robert Kennedy, kandidat Partai Demokrat untuk pemilihan presiden Amerika, pada bulan Juni 1968, di Los Angeles, California, dan pembunuhan Martin Luther King Jr. seorang pemimpin gerakan hak-hak sipil Afrika Amerika di Memphis, Tennessee pada bulan April 1968," kata pernyataan perwakilan Iran untuk PBB.

Perwakilan Republik Islam Iran untuk PBB di New York menekankan, "Dari sudut pandang Republik Islam Iran, Trump adalah penjahat yang harus diadili dan dihukum di pengadilan, karena memerintahkan pembunuhan Letjen Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam. Selain itu, Iran telah memilih jalur hukum untuk meminta pertanggungjawabannya,".

Letnan Jenderal Qasem Soleimani, komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam, yang merupakan tokoh utama runtuhnya pemerintahan Daesh, menjadi sasaran teror pasukan agresor Amerika Serikat pada 3 Januari 2020, saat melakukan perjalanan resmi ke Baghdad atas undangan resmi pihak berwenang Irak.

Syahid Soleimani bersama dengan Abu Mahdi Al-Muhandis, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Kepala Al-Hashd Al-Shaabi dan delapan rekannya gugur dalam serangan teroris pasukan AS di dekat bandara internasional Baghdad.

Read 42 times