Abu Jakfar Muhammad bin Hasan bin Ali bin Hasan al-Thusi atau lebih dikenal dengan Syeikh Thusi atau juga sering disebut dengan nama Syeikh al-Thaifah (pembesar kaum/pemuka Syiah), adalah seorang faqih, ahli hadis, dan teolog besar Syiah yang hidup pada abad kelima Hijriyah.
Syeikh Thusi lahir pada bulan Ramadhan tahun 385 H/995 di Tus (Khurasan, Iran). Dia adalah salah satu tokoh besar dunia Islam dan Syiah yang memiliki banyak karya dan memberikan kontribusi luar biasa di berbagai bidang agama seperti fiqih, yurisprudensi, hadis, tafsir, teologi, dan ilmu rijal (pengenalan para perawi dan sifat-sifat mereka).
Syeikh Thusi adalah murid istimewa dari Syeikh Mufid dan Sayid Murtadha. Ia menjadi pemimpin mazhab Syiah dan guru besar teologi di dunia Islam sepeninggal guru-gurunya tersebut. Syeikh Thusi adalah penulis dua kitab dari empat kitab rujukan hadis Syiah yaitu kitab al-Istibshar dan at-Tahdzib, dan pendiri Hauzah Ilmiah Najaf.
Sejarah kehidupan Syeikh Thusi tidak banyak diketahui hingga beranjak usia 23 tahun, tetapi kemungkinan besar ia menghabiskan masa-masa itu untuk mempelajari ilmu agama di kota asalnya, Tus. Di masa itu, Tus adalah salah satu dari empat kota yang terkenal di Khurasan yang berada di bawah kekuasaan Dinasti Ghaznawiyah selama periode kehidupan Syeikh Mufid. Masyarakat Syiah di sana berada di bawah penindasan dan tidak bisa bernafas lega.
Kota Tus adalah salah satu kota yang paling terkenal dari segi budaya. Penyair dan ilmuwan besar lahir di kota tersebut seperti Ferdowsi, Khajeh Nasir al-Din Tusi dan Muhammad al-Ghazali al-Thusi. Keluarga Syeikh Tusi telah melahirkan para fuqaha dan ulama selama beberapa generasi. Putra Syeikh Tusi merupakan seorang faqih besar dan dikenal sebagai "Mufid Thani" karena kedudukan sosial dan pengaruhnya di bidang agama.
Putri-putri Syeikh Tusi juga tercatat sebagai ahli fiqih dan ilmuwan, dan cucunya bahkan menduduki posisi sebagai marja' (faqih dan ulama rujukan) dan pemimpin hauzah ilmiah. Karena ilmu dan takwa, keluarga Syeikh Tusi tercatat sebagai tokoh, ilmuwan, dan marja' yang berpengaruh di masanya.
Pada usia 23 tahun, Syeikh Tusi berhijrah ke Baghdad pada tahun 408 untuk melanjutkan pendidikannya dan menimba ilmu dari para ulama besar, dan ia menetap di Irak hingga akhir hayatnya. Dia belajar kepada Syeikh Mufid selama lima tahun dan setelah gurunya wafat, ia berguru kepada Sayid Murtadha selama bertahun-tahun.
Syeikh Tusi tetap tinggal di Baghdad selama 12 tahun setelah wafat gurunya, Sayid Murtadha. Ia memimpin komunitas Syiah dan kediamannya di daerah Karkh, Baghdad menjadi tempat rujukan dan tumpuan umat Islam. Banyak ulama dan ilmuwan dari berbagai penjuru negeri Islam melakukan perjalanan ke Baghdad untuk berguru kepada Syeikh Tusi.
Jumlah murid Syeikh Tusi dari para faqih dan mujtahid Syiah mencapai lebih dari 300 orang, dan pada saat yang sama beberapa ratus ulama Sunni juga menimba ilmu darinya.
Syeikh Tusi menetap di Baghdad selama hampir 40 tahun untuk belajar dan mengajar. Di masa kekuasaan Tughril Bey dari Dinasti Seljuk, orang-orang fanatik anti-Syiah menyerang pemukiman Syiah di Baghdad dan membunuh serta menjarah properti mereka. Kediaman Syeikh Tusi tidak luput dari aksi penjarahan ini. Orang-orang jahil ini menyerang rumahnya dengan tujuan membunuh Syeikh Tusi. Ketika ia tidak ditemukan di rumahnya, mereka membakar buku-buku dan isi rumah.
Peristiwa ini menunjukkan kondisi sulit yang dihadapi para ulama Syiah pada masa itu. Pasca insiden tersebut, Syeikh Tusi memutuskan hijrah dari Baghdad ke Najaf. Najaf pada waktu itu hanya sebuah desa kecil di mana sejumlah kecil warga Syiah tinggal di dekat kompleks makam Imam Ali as.
Setelah situasi mulai kondusif, Syeikh Tusi mendirikan Hauzah Ilmiah Najaf yang kemudian berubah menjadi pusat pendidikan terbesar di kalangan Syiah. Tidak lama kota ini berubah menjadi pusat keilmuan dan pemikiran Syiah. Tentunya sebagian orang yakin bahwa sebelum kedatangan Syeikh Tusi di Najaf juga sudah berdiri halaqah-halaqah ilmiah, namun peran ia telah mengokohkan dan mengatur Hauzah Ilmiah Najaf menjadi lebih rapi. Hauzah Ilmiah Najaf sudah berusia lebih dari 10 abad dan melahirkan ribuan faqih dan mujtahid di sepanjang periode itu.
Konsep pemikiran Syeikh Tusi merupakan penyempurna konsep pemikiran Syeikh Mufid dan Sayid Murtadha. Pandangannya bertumpu pada argumentasi rasional dan naratif. Sebelumnya kami katakan bahwa mengabaikan kemampuan nalar dan hanya berpaku pada lahiriyah ayat dan hadis, telah memperlambat gerakan dan perkembangan ilmu fiqih dan yurisprudensi. Kondisi ini menyebabkan munculnya penyimpangan dalam akidah masyarakat.
Syeikh Mufid dan Sayid Murtadha dengan perhatian khususnya pada kemampuan nalar dalam memahami al-Quran dan hadis, membuka jalan yang terang bagi kaum Syiah. Syeikh Tusi juga menekuni bidang ijtihad dan dengan memberikan perhatian khusus pada kemampuan nalar dalam memahami agama, ia berjuang melawan kesalahpahaman beberapa pihak dan kedangkalan pemikiran mereka.
Diskusi ilmiah, seminar, dan penulisan buku-buku teologis berkembang dengan pesat pada abad keempat dan kelima Hijriyah. Syeikh Tusi karena posisi ilmiahnya yang tinggi, ditunjuk oleh khalifah untuk memimpin kemajuan ilmu kalam.
Kota Najaf, Irak.
Kalam adalah ilmu yang membahas prinsip-prinsip akidah dan pandangan dunia religius yang berdasarkan pada argumentasi akal dan teks untuk menjawab kerguan-keraguan di bidang akidah. Syeikh Tusi meninggalkan lebih dari 15 karya teologis dan yang paling penting adalah kitab Talkhis al-Shafi, yang akan kami perkenalkan pada seri berikutnya.
Ayatullah Syahid Murtadha Mutahhari, seorang pemikir dan cendekiawan Muslim dari Iran mengatakan, “Syeikh Tusi adalah contoh sempurna dari manifestasi Islam dalam tubuh orang Iran. Dari kehidupan orang-orang seperti Syeikh Tusi, dapat dipahami bagaimana spiritualitas Islam telah menembus jauh ke dalam jiwa orang-orang di wilayah ini, sehingga orang-orang seperti Syeikh Tusi telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk melayani agama ini tanpa pernah istirahat.”
Syeikh Tusi tinggal di Najaf selama 12 tahun. Ia wafat pada malam Senin, 22 Muharram tahun 460 H/1068. Jenazahnya dimandikan oleh murid-muridnya dan dikuburkan di rumahnya. Sesuai wasiat dari almarhum, rumah yang ditinggalinya dibangun menjadi masjid. Masjid Syeikh Thusi sampai saat ini menjadi masjid yang paling terkenal di kota Najaf.