Sheikh Mufid

Rate this item
(0 votes)
Sheikh Mufid

 

Pada tanggal 11 Dzulqa'dah 336 H, di sebuah wilayah bernama Suwaiqah bin Bashri, sebuah daerah yang terletak di utara Baghdad, lahirlah seorang yang akan membawa ajaran Islam, khususnya keilmuan Syiah ke puncak tertinggi.

Gerakan Intelektual yang dilakukannya telah membuat ilmu pengetahuan menjadi hidup dan bersinar sepanjang rentang sejarah Islam. Demikian juga dengan pendirian sebuah lembaga Akademi Ilmu pengetahuan dan budaya Islam yang dilakukannya, telah memberikan manfaat yang luar biasa bagi masa depan intelektual Islam. Dialah Abu Abdullah Muhammad bin Muhammad bin Nu'man al-Baghdadi yang lahir dipangkuan ibunda tercinta, serta menjadi pecinta Ahlul Bait dan mendapatkan pendidikan dan bimbingan darinya.

Sheikh Mufid hidup pada abad keempat dalam sejarah Islam, era dimana gejolak politik dan ilmu pengetahuan berada pada puncaknya, era dimana tokoh-tokoh filosof terkenal seperti al-Farabi, Ibnu Maskawih dan Ibnu Sina, juga para tokoh ilmuwan Biologi dan matematika serta astronomi yang luar biasa seperti Abu Rayhan al Biruni, Zahrawi dan Ibnu Maysam hidup, beliau juga hidup sezaman dengan tokoh sejarawan terkenal seperti Abul Faraj Isfahani. Sebuah era sejak 300 tahun berlalu dari awal penerapan ajaran Islam.

Pada saat itu, buku-buku ilmu pengetahuan Yunani dan India telah diterjemahkan, dan pada saat itu pula telah lahir dan berkembang berbagai disiplin ilmu pengetahuan Islam seperti ilmu Hadis, Tafsir, Sejarah Islam, khilafah Islam, Sejarah Nabi, Sejarah Politik dan Penaklukan wilayah, bahkan Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi pun telah mengalami perkembangan pesat.

Sheikh Mufid pada usia yang masih sangat muda bersama ayahnya dan para muridnya akhirnya pergi ke Baghdad, pusat ilmu pengetahuan terbesar pada waktu itu, dimana terdapat 59 dosen yang mengajar berbagai disiplin ilmu (sebagian ahli sejarah menyebutkan angka 71 orang) [Almaqalat wa Risalat, Juz 9, hal 10]. Diantara dosen yang terkenal pada waktu itu adalah Sheikh Shaduq dan Abul Qosim Ja'far bin Muhammad bin Qaulaweih al-Qummi, dua orang yang merupakan pakar fiqh, dan Sheikh Mufid banyak menggunakan waktunya untuk mencatat riwayat-riwayat yang berasal dari mereka.

Di samping itu, beliau juga menghadiri pusat pendidikan Abu Abdillah, seorang teolog dan faqih Mu'tazilah yang merupakan pemikir terkenal pada masa itu, demikian pula dengan pusat pendidikan Abu Yasir, yang juga seorang teolog terkenal. Pada saat belajar pada mereka, terkadang banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Sheikh Mufid kepada mereka, namun mereka tidak mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, kerenanya mereka menganjurkan beliau untuk mendatangi Ali bin Isa Rumani yang merupakan teolog tersohor. Demikianlah, hingga pada akhirnya beliau dapat mencicipi semua lautan ilmu para alim dan ulama pada masa itu hingga beliau mencapai tingkat penguasaan ilmu pengetahuan yang tinggi, baik yang bersumber dari ulama syiah sendiri, maupun dari ulama-ulama Sunni saat itu.

Sheikh Mufid memanfaatkan alam kebebasan yang ada pada masa itu, dengan mengajar disebuah masjid yang bernama Buratsa di Baghdad, beliau mengajar, berkhutbah, berdiskusi, berdebat dan membahas berbagai macam ilmu pengetahuan di mesjid itu, dan senantiasa mendorong berbagai kelompok Islam yang terpecah untuk senantiasa saling memahami dengan dialog, dan mengenyampingkan segala perbedaan yang bersifat Juz'i (parsial), dan melihat permasalahan ushul (prinsip) sebagai suatu hal yang dapat menyatukan mereka semua.

Peran dan usaha beliau, membuat Sheikh Mufid berada dalam deretan ulama-ulama Imamiyah sebagai seorang tokoh teolog dan faqih yang terkemuka, bukan hanya sebagai pendiri tradisi intelektual, bahkan juga menjadi salah satu rujukan yang sangat membantu dalam dua kategori (teologi dan fiqih) di pusat-pusat pendidikan Islam (hauzah) hingga saat kini.

Beliau selalu dekat dengan masyarakat yang telah terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran yang sesat dan perilaku bejat, dan senantiasa berbicara dan menyeru perbaikan kepada siapa saja di sudut-sudut kota, dan mengajak mereka kepada jalan kebenaran, dalam menyampaikan seruannya. Dalam mengajak masyarakat, terkadang beliau menggunakan kata-kata hikmah India dan Yunani, dan terkadang dengan metode sufi dan para arifin, beliau juga menyeru dan menasehati Abdi Negara yang melakukan kerusakan, dan mengajarkan Islam kepada mereka, menyadarkan mereka dari kealpaan karena kebodohan dan kesesatan mereka, serta menunjukkan penyimpangan dan mengkoreksi kesalahan mereka.

Karena sebab inilah Sheikh Mufid terkenal sebagai orang yang memiliki kepedulian yang besar, ulet dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu, sehingga dengan usaha-usaha yang dilakukan beliau diiringi dengan keyakinan yang kuat, akhirnya mampu membangkitkan kesadaran kaum muslimin.

Beliau mendirikan pusat pendidikan Ahlul Bait yang tidak terikat dan bebas sebagai upaya untuk memberi pemahaman yang benar tentang fiqih syiah dan membuat metode penggabungan antara aql dan naql dalam bidang kalam dan fiqih. 

Dengan menulis dan mengajar, mendidik dan membimbing para muridnya baik melalui bimbingan di kelas ataupun dalam acara-acara debat dalam berbagai kesempatan, beliau mengajarkan bagaimana menyampaikan kebenaran dan menyelamatkan manusia dari kesesatan, inilah salah satu yang menjadi kebanggaan para pengikut Ahlul Bait, keberhasilan beliau mampu memberi petunjuk kepada firqah-firqah yang pada saat itu banyak sekali jumlahnya untuk kembali ke jalan yang benar, yaitu jalan kebenaran di bawah payung wilayah dan imamah.

Ibn Katsir dalam salah satu karyanya menulis, "Banyak sekali ilmuwan dari berbagai fiqah menghadiri majelis ilmu yang diadakannya". Hal ini menunjukkan bahwa cahaya ilmu yang diberikan oleh Sheikh Mufid dapat dimanfaatkan oleh berbagai golongan dan mazhab, dan matahari Ilmu dan kesempurnaan langit ilmu yang ditawarkannya menjadi penerang kebenaran yang ditunggu af, karena itu beliau dipanggil "Mufid" yang menunjukkan pengajaran dan munadharah yang baik, sehingga menjadikannya bermanfaat bagi masyarakat, hal ini dapat kita lihat dari bagaimana 10 abad perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam waktu itu, tidak mampu menafikan keberadaan beliau.

Karya-karya Shekh Mufid di bidang Kalam antara lain: al-Irsyad, al-Ifshah, An-Nuqath al I'tiqadiyyah (Ushuluddin), Syarh al-'Aqaid as-Shaduq, Wail al-Maqalat dan al-Fashl al-Mukhtarah. Dalam ilmu kalam, kecerdasan Sheikh Mufid adalah tiada bandingnya, banyak perdebatan-perdebatan kalam yang telah dilakukannya, di antara perdebatan beliau yang terkenal adalah dengan salah seorang ulama Ahlus Sunnah yang bernama Qadhi Abu Bakar al Baqillani (salah seorang ulama Asya'irah), juga perdebatan-perdebatan lainnya seperti dengan Thabrani (seorang pemimpin Zaidiyah), Ibnu Lulu (salah seorang pemimpin Isma'iliyyah), Ibnu Qilab al Qhattan (pemimpin golongan Hasyawiyyah), Qadhi Abdul Jabbar (pemimpin golongan Mu'tazilah di Baghdad), dalam perdebatan yang terakhir ini, karena Qadhi Abdul Jabbar tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan Sheikh Mufid, akhirnya beliau menunjuknya untuk menggantikan kedudukan beliau dan berkata, "Engkau benar-benar seorang yang mufid ?

Read 876 times