Haji sebagai gerakan berskala global adalah ibadah yang di dalamnya terdapat banyak hikmah termasuk peghambaan, keselarasan, dan persatuan.
Ibadah haji merupakan warisan Nabi Ibrahim as, dan dilaksanakan dalam dua bentuk, haji wajib dan umrah. Umat Islam, dunia untuk melaksanakan manasik haji wajib, berangkat ke Masjidil Haram, di kota suci Mekah, di 10 hari terakhir bulan Zulhijah
Akan tetapi umrah, dapat dilaksanakan sepanjang tahun. Setiap Muslim, yang mampu, wajib melaksanakan minimal sekali ibadah haji sepanjang hidupnya.
Manfaat Haji
Allah SWT di dalam Al Quran terkait falsafah haji berfirman, لِیشْهَدُوا مَنافِعَ لَهُمْ "supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka." Manfaat-manfaat ini termasuk manfaat materi dan maknawi, politik, sosial, budaya, dan ekonomi.
Manfaat haji akan dirasakan individu dan masyarakat, sebagai contoh, salah satu hikmah haji adalah pembahasan masalah-masalah penting umat Islam, memperkuat persatuan Muslim dunia, pertukaran budaya, dan lainnya.
Penghambaan
Hikmah haji yang paling penting, dan paling menguntungkan adalah menunjukkan penghambaan di hadapan Allah SWT, di seluruh amalan haji seperti mengenakan pakaian ihram, tawaf, dan berkurban.
Perhatian terhadap Akhirat
Seseorang yang mengenakan pakaian ihram, dan memutus ketergantungan dari keterikatan materi serta duniawi, siap untuk naik dan suluk, di atmosfir spiritual dan maknawi.
Konsensus Umat Islam
Umat Islam, dari seluruh negara Muslim, dan non-Muslim, berkumpul di musim haji, dan dengan persatuan serta konsensus, mencari jalan keluar masalah-masalah kaum tertindas dunia, dan menggunakan populasi besar umat Islam dunia untuk membantu mengatasi kesulitan masyarakat di mana mereka hidup.
Melestarikan Warisan Nabi Muhammad SAW
Hisham bin Hakam mengutip Imam Shadiq as berkata, "Allah SWT menciptakan manusia, dan memerintahkan mereka untuk berhaji yang meliputi kepatuhan pada agama, dan manfaat duniawi.
Di musim haji, umat Islam, dari timur dan barat, berkumpul dan saling mengenal satu sama lain. Bangsa-bangsa dunia memanfaatkan perdagangan, dan produk ekonomi satu sama lain.
Selain itu, jemaah haji juga mengenal warisan, dan berita Nabi Muhammad SAW, dan menjaga warisan ini supaya jangan sampai terlupakan. Jika setiap bangsa hanya berbicara tentang sekelilingnya, maka mereka akan binasa, dan kota-kota hancur, inilah falsafah haji.
Stabilitas Masyarakat Islam
Dari sisi sosial, haji mengokohkan agama, dan menjamin stabilitas umat Islam dengan menjauhkan azab dari masyarakat Muslim dunia. Oleh karena itu hadis mengatakan, jika Kabah ditelantarkan, dan haji ditinggalkan, maka masyarakat akan binasa, dan azab Ilahi akan datang.
Pemerintah Islam berkewajiban untuk mendorong masyarakat melaksanakan ibadah haji, dan jika masyarakat tidak mampu secara finansial untuk melaksanakan ibadah ini, maka pemerintah Islam harus memenuhi kebutuhannya dari uang Baitul Mal.
Mengentaskan Kemiskinan
Haji dapat mengentaskan kemiskinan dari masyarakat Islam. Melalui haji seorang Muslim, membayar kewajiban-kewajiban finansialnya, dan membantu fakir miskin di jalan Tuhan, dengan berkurban di Hari Idul Adha, dan setelah selesai berhaji mereka memberi makan, dan berinfak.
Mengumumkan Baraat dari Musyrik
Mengumumkan kebencian kepada orang Musyrik, penindas manusia, dan orang-orang yang menyembunyikan kebenaran Ilahi, merupakan salah satu tujuan spiritual haji. Jemaah haji juga menunjukkan solidaritas mereka terhadap orang-orang tertindas, dan lemah di dunia.
Haji di Al Quran
Haji di antara ibadah-ibadah Tuhan, yang lain memiliki segala macam manfaat, dan rahasia yang tidak dimiliki ibadah-ibadah yang lain.
Tujuan dari salat dan haji adalah mengumandangkan zikir Ilahi di hati, dan jiwa manusia. Maka dari itu, Nabi Ibrahim as, memohon kedudukan tertinggi penyerahan diri kepada Allah SWT di hadapan Kabah, bagi diri dan anak-anaknya.
Allamah Tabatabaei, meyakini bahwa ketika kita mempelajari sejarah Nabi Ibrahim as di dalam Al Quran, kita akan memahami sebuah paket lengkap penghambaan Tuhan, dan suluk maknawiah yang ditempuh manusia dari dunianya menuju Ilahi, dan dengan meninggalkan dunia serta harapan-harapan materi dan terbebas dari godaan setan, ia akan mencapai kedekatan dengan Ilahi.