Di antara 73 warisan budaya Republik Islam Iran yang tercatat di UNESCO tercatat 15 tempat bersejarah. Tempat-tempat bersejarah tersebut adalah Ziggurats, Chogha Zanbil, Persepolis (Takht-e Jamshid), Lapangan Naqsh-e Jehaan (Meidan Emam), Takht-e Soleyman, Pasargadae, Arg-é Bam, Gonbad-e Soltaniyeh, Bisotun, Kara Kilise (The Saint Thaddeus Monastery), the Shushtar Historical Hydraulic System (Pol-e Kaisar), Bāzār-e Tabriz (The Bazaar of Tabriz), Aramgah Sheikh Safiuddin Ardebili (Sheikh Safi al-Din Khānegāh and Shrine Ensemble), Nuh Bagh-e Iran, Masjid Jame Isfahan dan Gonbad-e Qābus.
Pekan lalu dua warisan budaya Republik Islam Iran, Gonbad-e Qabus dan Masjid Jame Isfahan dicatat sebagai warisan budaya dunia oleh UNISCO di sidang ke 36 yang digelar di kota St Petersburg, Rusia. Dengan dibukukannya dua warisan budaya Iran ini oleh UNISCO maka jumlah tempat bersejarah Iran yang dicatat organisasi dunia tersebut mencapai 15 buah.
Laman resmi UNISCO menyebut bahwa arsitek bangunan Masjid Jame Isfahan sangat menakjubkan dan menggambarkan perkembangan bangunan masjid selama 12 abad. Adapun dua gonbad (kubah) yang berada di belakang masjid menjadi bukti dari kemajuan arsitek bangunan. Masjid Jame Isfahan termasuk bangunan Islam paling tertua di Iran. Para arkeolog mengatakan bahwa kemungkinan masjid ini sebelum Islam merupakan pusat keagamaan terpenting di kota Isfahan. Hal yang menakjubkan adalah sejumlah bangunan masjid ini memiliki usia ribuan tahun dan berulang kali direnovasi.
Arthur Pope, arkeolog asal Amerika Serikat saat menyaksikan bangunan masjid ini mengatakan,"Ketika menyaksikan Masjid Jame Isfahan dan berdiri di bawah kubahnya, saya baru menyadari bahwa seluruh jiwaku telah tersedot oleh keindahan bangunan ini. Karena di bawah kubah inilah keahlian arsitek Iran dapat dipahami dan orang akan tunduk mengakui keagungan masjid ini. Selanjutnya saya sering berkunjung ke Masjid Jame Isfahan dan dengan menyaksikan bangunan ini tak terasa mulutku langsung memberikan pujian. Uniknya lagi kecintaanku terhadap Isfahan dan Iran semakin tebal."
Masjid Jame Isfahan merupakan gabungan dari keindahan seni dan arsitek Iran sepanjang sejarah. Masjid ini memiliki delapan pintu masuk yang menghubungkan setiap ruangan. Kedelapan pintu tersebut tidak dibangun dalam satu waktu. Setiap pintu masuk dibangun di zaman tertentu dan berkaitan dengan sejarah ruang setelahnya. Lorong-lorong yang ada di sekitar masjid mencerminkan interaksi kuat antara masjid dan demografi kuno kota.
Masjid Jame Isfahan dibangun dengan empat ruang utama yang menjadi ciri utama pembangunan masjid di Iran. Ruang tersebut dihiasi dengan kerajinan keramik khas Iran. Pemandangan di dalam masjid dan dinding keramiknya merupakan peninggalan abad ke 9 H (15 M), namun demikian tiang di sebelah selatan masjid dan kubahnya dibangun di abad ke lima Hijriah. Nizam al-Mulk, menteri di zaman pemerintahan Malek Shah Seljuq yang memerintahkan pembangunan ruang besar di Masjid Jame Isfahan pada tahun 479 H (1086 M). Ruangan ini berdiameter 30 kali 60 meter, dengan ketinggian 100 meter. Di ruangan ini terdapat kubah yang dikenal dengan nama Kubah Nizam al-Mulk. Kubah ini dihiasi dengan beragam hiasan mulai dari prasasti, lukisan bunga hingga lukisan geometris.
Mihrab dengan hiasan ukiran kapur terindah di dunia berada di kota Isfahan, tepatnya Masjid Jame. Di mihrab ini terhias nama Sultan Muhammad Khodabandeh yang sebelum masuk Islam bernama Oljaitu dan setalah memeluk agama Islam ia menamakan dirinya dengan Khodabandeh. Mihrab Oljaitu dengan dua garis melengkung menjadi bukti dari keindahan mihrab ukiran kapur di masjid Iran. Masih ada lagi, mihrab ini juga dihiasi berbagai kaligrafi indah, lukisan bercorak bunga dan geometris. Bangunan indah ini dibangun tahun 710 H (1310 M) di tangan arsitek kenamaan, Haidar.
Kubah yang terletak di sebelah utara Masjid Jame Isfahan saat ini dikenal dengan nama Kubah Tajul Muluk atau Kubah Tanah. Bangunan ini dibangun di atas lahan persegi empat dengan ketinggian 60 meter serta memiliki nilai seni Iran yang kental. Ruang di bawah kubah dibangung dengan seni tersendiri mulai dari pintu masuk, ruang kecil serta tiang-tiang bangunan dengan berbagai hiasan yang tampak mulai dari dinding hingga ruang kubah. Sejumlah prasasti dan kaligrafi serta lukisan memiliki peran penting di kubah Tajul Muluk.
Kota bersejarah Gorgan termasuk salah satu kota besar Dunia Islam yang sejajar dengan kota bersejarah lain seperti Ray, Merv dan Gundeshapur (Jund-e Shapur). Gorgan memiliki tata kota modern dan seni arsitek tinggi. Hal ini bisa dibuktikan setelah diadakan penggalian dan penelitian peninggalan bersejarah di kota ini. Kota ini telah memiliki sistem pengairan modern sejak seribu tahun silam dan jalan-jalan di kota kuno Gorgan pun dibangun dengan batu-batuan yang tertata rapi.
Barang-barang antik seperti gelas, kristal dan barang kerajinan graba yang ditemukan menunjukkan bahwa kota Gorgan termasuk pusat industri kerajinan gelas dan graba di abad-abad setelah Islam. Meski kota Gorgan musnah akibat serangan tentara Mongol, namun puing-puing yang tersisa dari kota ini masih tetap menyisakan keagungan Gorgan dan salah satu saksi sejarah yang masih tersisa adalah Gonbad-e Qabus.
Gonbad-e Qabus adalah bangunan bersejarah abad keempat hijriah dan saat ini terletak di kota Gonbad-e Kāvus, utara Iran. Gonbad ini memiliki ketinggian 70 meter dan termasuk bangunan tanah liat tertinggi di dunia. Berdasarkan penjelasan yang tertulis di prasasti Gonbad-e Qabus, bangunan ini dibangun oleh Amir Shams al-Ma'ali tahun 397 H (1006 M) dan pembangunannya memerlukan waktu selama lima tahun. Ketinggian Gonbad-e Qabus hingga di bawah kerucut mencapai 37 meter dan ketinggian kubahnya mencapai 18 meter. Total ketinggian bangungan ini mencapai 55 meter. Jika kita tambahkan dengan tanah yang dijadikan landasannya maka ketinggian Gonbad-e Qabus bisa mencapai 70 meter.
Sejumlah ornamen yang menghiasi Gonbad-e Qabus meski terlihat sederhana, namun indah dan menjadi contoh seni Islam. Seni kaligrafi berbentuk sabuk yang melingkari bangunan menggunakan tulisan Kufi. Bahan utama bangunan Gonbad-e Qabus adalah tanah liat dan akibat faktor iklim warna kapur serta tanah liat yang semula merah menjadi perunggu. Saat proses pembangunan karena tidak adanya teknologi modern, digunakanlah tanah liat yang dibangun seperti tangga melingkar dan ketika selesai proses pembangunan masih tersisa jelas tanah di sekitar bangunan yang menyerupai bukit.
Gonbad-e Qabus dibangun untuk dijadikan kuburan dan hal ini dijelaskan oleh prasasti yang ada. Arthur Pope dalam hal ini mengatakan,"Di sisi timur jajaran gunung al-Borz dan di samping hamparan padang pasir luas di Asia terdapat peninggalan bersejarah yang menunjukkan keagungan arsitektur Iran. Bangunan tersebut adalah Gonbad-e Qabus yang menjadi makam Qabus bin Voshmgir. Sebuah makam yang indah meski tidak memiliki hiasan dan ornamen."(IRIB Indonesia)