Shahih Hadis Manzilah Dalam Mazhab Syi’ah

Rate this item
(0 votes)

Para pengikut Syi’ah biasanya sering berhujjah dengan hadis-hadis keutamaan Ahlul Bait dalam kitab Ahlus Sunnah. Hal ini menimbulkan kesan di mata para pembenci Syi’ah seolah-olah dalam mazhab Syi’ah tidak ada hadis shahih keutamaan Ahlul Bait. Di antara hadis yang sering dijadikan hujjah adalah hadis Manzilah. Tulisan ini hanya ingin menunjukkan bahwa hadis Manzilah kedudukannya shahih dalam literatur mazhab Syi’ah.

 

Riwayat Shahih

Al Kulainiy meriwayatkan dalam Al Kafiy hadis dengan sanad yang shahih sampai ke Imam Shaadiq hadis yang dalam sebagian matannya menyebutkan hadis manzilah.

  قال ان تكونوا وحدانيين فقد كان رسول الله صلى الله عليه وآله وحدانيا يدعو الناس فلا يستجيبون له، وكان أول من استجاب له علي بن أبي طالب عليه السلام وقد قال رسول الله صلى الله عليه وآله أنت منى بمنزلة هارون من موسى الا أنه لا نبي بعدي


Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] berkata “Jadilah kalian orang-orang yang mengesakan Allah, sungguh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] telah menyerukan kepada orang-orang agar mengesakan Allah tetapi mereka tidak menjawab seruan Beliau. Dan orang yang pertama menjawab seruan Beliau adalah Aliy bin Abi Thalib [‘alaihis salaam] dan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] berkata “engkau bagiku seperti kedudukan Haruun di sisi Muusa kecuali bahwasanya tidak ada Nabi setelahku” [Al Kafiy Al Kulainiy 8/61-62 no 80]

Riwayat Al Kafiy di atas kedudukannya shahih berdasarkan standar Ilmu Rijal Syi’ah. Berikut keterangan sanad lengkapnya dan keterangan para perawinya

أبو علي الأشعري، عن محمد بن عبد الجبار، عن الحسن بن علي بن فضال، عن ثعلبة بن ميمون، عن أبي أمية يوسف بن ثابت بن أبي سعيدة، عن أبي عبد الله عليه السلام


Abu ‘Aliy Al Asy’ariy dari Muhammad bin ‘Abdul Jabaar dari Hasan bin Aliy bin Fadhl dari Tsa’labah bin Maimun dari Abi ‘Umayyah Yuusuf bin Tsaabit bin Abi Sa’iidah dari Abi ‘Abdullah [‘alaihis salaam]…[Al Kafiy Al Kulainiy 8/106]

Abu ‘Aliy Al Asy’ariy adalah Ahmad bin Idris seorang yang tsiqat faqih banyak meriwayatkan hadis dan shahih riwayatnya [Rijal An Najasyiy hal 92 no 228]
Muhammad bin ‘Abdul Jabbaar seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 391]
Hasan bin Aliy bin Fadhl adalah seorang yang jaliil, kedudukannya agung, zuhud, wara’, tsiqat dalam hadis dan riwayat. Disebutkan bahwa ia bermazhab Fathahiy kemudian ruju’ [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 97-98]
Tsa’labah bin Maimun disebutkan Al Kasyiy dari Hamdawaih dari Muhammad bin Iisa bahwa ia seorang yang tsiqat, khair, fadhl [Rijal Al Kasyiy 2/711]
Yuusuf bin Tsaabit Abu Umayyah seorang yang tsiqat meriwayatkan dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] [Rijal An Najasyiy hal 452 no 1222]
 

Al Majlisiy dalam Mir’atul ‘Uquul 25/257 no 80 menyatakan hadis tersebut muwatstsaq, sebagaimana dapat dilihat berikut

Penilaian Al Majlisiy ini mungkin disebabkan oleh Hasan bin Aliy bin Fadhl yang dikatakan bermazhab Fathahiy. Padahal disebutkan bahwa Hasan bin Aliy bin Fadhl telah ruju’ dari mazhab Fathahiy. Dalam kitab Al Wajiizah hal 189 no 503, Al Majlisiy mengatakan tentang Hasan bin Aliy bin Fadhl “tsiqat bukan bermazhab imamiyah, seperti shahih karena ruju’-nya dari mazhab Fathahiyyah. Pernyataan bahwa ia telah ruju’ dari mazhab Fathahiy cukup untuk mengangkat derajat hadisnya menjadi shahih.

 

Riwayat Muwatstsaq

Syaikh Shaduuq menyebutkan riwayat dari Abu Ja’far [‘alaihis salaam] mengenai kisah Khalid bin Walid dengan bani Khuzaimah dimana Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengutus Aliy bin Abi Thalib kepada bani Khuzaimah. Dalam penggalan akhir riwayat disebutkan bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda

فقال (صلى الله عليه و آله) أعطيتهم ليرضوا عني، رضي الله عنك يا علي، إنما أنت مني بمنزلة هارون من موسى إلا أنه لا نبي بعدي


Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] berkata “engkau memberi mereka agar mereka ridha terhadapku, Allah meridhaimu wahai Aliy, sesungguhnya engkau bagiku seperti kedudukan Haruun di sisi Muusa kecuali bahwasanya tidak ada Nabi setelahku” [Ilal Asy Syaraa’i’ 2/463 no 35]

Sanad lengkap riwayat Syaikh Ash Shaduuq adalah sebagai berikut

حدثنا محمد بن الحسن بن أحمد بن الوليد رضي الله عنه قال حدثنا محمد بن الحسن الصفار عن العباس بن معروف عن علي بن مهزيار عن فضالة بن أيوب عن أبان بن عثمان عن محمد بن مسلم عن أبي جعفر الباقر عليه السلام قال


Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hasan bin Ahmad bin Waliid [radiallahu ‘anhu] yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hasan Ash Shaffaar dari ‘Abbaas bin Ma’ruuf dari ‘Aliy bin Mahziyaar dari Fadhalah bin Ayuub dari Aban bin ‘Utsman dari Muhammad bin Muslim dari Abu Ja’far Al Baaqir [‘alaihis salaam] yang berkata…[Ilal Asy Syaraa’i’ 2/473-474 no 35]

Riwayat Syaikh Shaduuq di atas berdasarkan standar ilmu Rijal Syi’ah kedudukannya muwatstsaaq, para perawinya tsiqat hanya saja Aban bin ‘Utsman Al Ahmar dikatakan bermazhab menyimpang.

Muhammad bin Hasan bin Ahmad bin Walid adalah Syaikh Qum, faqih mereka, yang terdahulu dan terkemuka, seorang yang tsiqat tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 383 no 1042]
Muhammad bin Hasan Ash Shaffaar ia terkemuka di Qum, tsiqat, agung kedudukannya [Rijal An Najasyiy hal 354 no 948]
‘Abbaas bin Ma’ruf Abu Fadhl Al Qummiy seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 281 no 743]
Aliy bin Mahziyaar seorang yang tsiqat dalam riwayatnya, tidak ada celaan atasnya dan shahih keyakinannya [Rijal An Najasyiy hal 253 no 664]
Fadhalah bin Ayuub Al Azdiy seorang yang tsiqat dalam hadisnya dan lurus dalam agamanya [Rijal An Najasyiy hal 310-311 no 850]
Abaan bin ‘Utsman Al Ahmar, Al Hilliy menukil dari Al Kasyiy bahwa terdapat ijma’ menshahihkan apa yang shahih dari Aban bin ‘Utsman, dan Al Hilliy berkata “di sisiku riwayatnya diterima dan ia jelek mazhabnya” [Khulashah Al ‘Aqwaal Allamah Al Hilliy hal 74 no 3]
Muhammad bin Muslim bin Rabah termasuk orang yang paling terpercaya [Rijal An Najasyiy hal 323-324 no 882]

Syaikh Haadiy An Najafiy dalam kitabnya Mausu’ah Ahaadiits Ahlul Bait 11/80 no 13572 menyatakan hadis riwayat Ash Shaduuq di atas sanadnya shahih, sebagaimana tampak berikut

Pernyataan Syaikh Haadiy An Najafiy ini kemungkinan karena ia berpegang pada pernyataan Al Kasyiy untuk menshahihkan apa yang shahih dari Aban bin ‘Utsman. Pernyataan ini tidak benar jika ditafsirkan secara mutlak bahwa setiap hadis yang diriwayatkan para perawi tsiqat hingga Aban bin ‘Utsman maka otomatis shahih. Karena bisa saja Aban bin ‘Utsman meriwayatkan secara mursal dan riwayat mursal jelas tidak shahih. Apalagi disebutkan kalau Aban bermazhab menyimpang maka seharusnya status hadisnya adalah muwatstsaq. Syahid Ats Tsaaniy menegaskan bahwa hadis Aban bin ‘Utsman termasuk hadis muwatstsaq, ia berkata


وكذا القولُ في المُوَثّق ؛ فإنَّ ما كانَ في طريقه ، مثلُ عليّ بن فَضَّال وأبانِ بن عثمان أقوَى مِن غَيره


Dan demikian perkataan tentang hadis Muwatstsaq, maka jika di dalam sanadnya ada orang seperti ‘Aliy bin Fadhl dan Aban bin ‘Utsman maka itu lebih kuat dari selainnya [Syarh Al Bidayah Fii Ilm Ad Dirayah, Syahid Ats Tsaaniy hal 26]

Berdasarkan pembahasan di atas maka tidak diragukan bahwa kedudukan hadis Manzilah di sisi mazhab Syi’ah adalah shahih bahkan sebagian ulama Syi’ah menyatakan bahwa hadis tersebut mutawatir. Hal yang patut diperhatikan adalah salah satu riwayat bukan menceritakan kisah perang Tabuk yaitu disebutkan saat terjadi peristiwa antara Khalid dengan bani Khuzaimah. Hal ini menunjukkan bahwa di sisi mazhab Syi’ah keutamaan hadis Manzilah tidak terikat atau khusus waktu tertentu.

Hal ini berbeda sekali dengan sebagian pengikut salafiy yang mengkhususkan hadis Manzilah hanya pada saat perang Tabuk dimana makna hadis tersebut menurut mereka adalah Aliy bin Abi Thalib hanya ditugaskan sebagai pemimpin wanita dan anak-anak di Madinah ketika Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan para sahabat pergi ke Tabuk. Syubhat mereka ini sudah pernah kami bahas secara detail dalam sebagian tulisan di blog ini [silakan lihat di daftar artikel]. Memang pada hakikatnya mereka lebih suka mendistorsi hadis shahih demi bertentangan dengan Syi’ah daripada menyatakan kebenaran hadis yang ternyata bersesuaian dengan Syi’ah.

Read 594 times