Bulan suci Ramadhan adalah kesempatan untuk memperbarui diri dan memulai kembali kehidupan. Sebuah peluang untuk bertobat dari semua dosa, dan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Bulan Ramadhan di berbagai negara dunia disambut dengan gembira oleh umat Islam, termasuk di antaranya di Filipina.
Di Filipina, tinggal sekitar 12 juta Muslim dengan adat istiadat dan kebiasaan yang beragam dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Munculnya hilal bulan Ramadhan di Filipina ditentukan oleh Komisi Nasional urusan Muslimin. Di negara ini, sebelum masuk Ramadhan, masjid-masjid dihias, karena masyarakat Filipina menganggap masjid sebagai tempat yang sangat penting untuk beribadah seperti shalat berjamaah dan tadarus Al Quran, juga untuk saling mengenal di antara mereka.
Salah satu masjid terkenal di Filipina adalah Masjid Dimaukom yang terletak di Datu Saudi Ampatuan, Maguindanao yang berwarna merah muda. Masjid ini selesai dibangun pada tahun 2014.
Nama masjid ini sama dengan nama pendirinya yaitu Samsudin Dimaukom yang juga walikota Datu Saudi Ampatuan dan diberi warna merah muda sebagai lambang persatuan dan persaudaraan antar-iman, karena para pekerjanya rata-rata beragama Kristen. Selama bulan suci Ramadhan, umat Islam yang datang ke masjid ini untuk beribadah, mengenakan pakaian berwarna merah muda untuk menunjukkan solidaritas mereka.
Anak-anak Filipina di bulan Ramadhan terlihat sangat aktif dan bersuka cita. Mereka mengikuti tadarus Al Quran di masjid dan orang yang lebih senior membacakan Al Quran untuk mereka dan mengajarkan tata cara beribadah menurut agama Islam kepada yang lainnya. Sebelum waktu sahur tiba, anak-anak itu mengenakan pakaian berwarna-warni dengan hiasan khusus, kemudian membawa pelita di tangan mereka berkeliling desa sambil mengumandangkan seruan untuk membangunkan orang bersahur.
Muslim Filipina di bulan Ramadhan memiliki tradisi khusus dalam hal makanan dan menu berbuka puasa serta sahur. Di menu makanan berbuka dan sahur mereka terdapat beranekaragam minuman seperti susu yang dicampur gula pasir, pisang dan kacang.
Masjid Dimaukom, Filipina
Di sisi lain, Cina adalah negara besar yang dihuni sekitar 1,38 miliar orang dan lebih dari 20 juta Muslim. Di antara 56 suku yang ada di Cina, 10 suku adalah pengikut agama Islam. Jumlah warga Muslim terbesar berasal dari suku Hui dan Uyghur.
Meski populasinya lebih kecil dibandingkan dengan warga Cina yang lain, Muslim negara ini selalu menunjukkan persatuan dan solidaritas selama bulan suci Ramadhan. Umat Islam Cina sebagaimana Muslim di belahan dunia lain menyambut gembira tibanya bulan Ramadhan dan mereka membersihkan masjid serta rumah-rumahnya.
Salah satu masjid terkenal di Cina adalah Masjid Niujie yang terletak di kota Beijing. Masjid ini pada bulan Ramadhan selalu didatangi oleh lebih dari 1000 orang untuk beribadah. Masjid Niujie termasuk masjid tertua di kota Bejing dan dibangun pada tahun 996 oleh Dinasti Liao.
Muslim Cina memiliki kebiasaan berbuka puasa bersama, biasanya menu berbuka mereka adalah buah seperti pisang, melon, anggur kering dan kurma. Seiring tibanya hari raya Idul Fitri, Muslim Cina biasanya mengenakan pakaian baru dan indah, mereka berbondong-bondong mendatangi masjid untuk melaksanakan shalat ied, setelah itu berziarah ke makam keluarga dan mendoakan mereka.
Di Indonesia sendiri terdapat berbagai tradisi menyambut bulan suci Ramadhan, seperti Balimau di Minangkabau, Sumatera Barat. Menjelang puasa, rakyat Minang mandi perasan air jeruk nipis sambil berendam di aliran sungai atau pemandian.
Tradisi tersebut memiliki makna berupa pembersihan diri secara lahir dan batin sebelum memasuki bulan yang suci. Mereka juga kembali pada hal yang alami ketika belum mengenal sabun untuk mandi, dan menggunakan limau atau jeruk nipis untuk membersihkan diri.
tradisi menyambut Ramadhan di Sumatera Barat, Balimau
Suku Betawi punya tradisi khusus menyambut Ramadhan, tradisi itu dikenal dengan Nyorog. Tradisi ini berupa kegiatan membagi bingkisan biasanya berupa makanan kepada tetangga atau anggota keluarga. Biasanya dilakukan oleh orang-orang yang berusia muda kepada para orang tua, dengan tujuan meminta doa restu agar ibadah puasa selama satu bulan diberi kelancaran.
Sehari sebelum puasa dilakukan, masyarakat Jawa biasanya melakukan kegiatan doa di makam seperti ziarah. Namun selain kegiatan berdoa bersama, acara juga dimeriahkan dengan berbagai makanan hasil bumi seperti tumpeng, serta pagelaran seni dan budaya lokal. Setelah itu mereka juga biasa melakukan makan bersama dari tumpeng tersebut. Tradisi ini disebut dengan Nyadran. Di daerah-daerah lain di Indonesia masyarakat juga menyambut Ramadhan dengan berbagai ritual dan tradisi khusus.
Sementara di Malaysia, negara dengan populasi penduduk 60 persen Muslim, tidak berbeda dengan negara Muslim lain, masyarakat Muslim menyambut Ramadhan dengan cara khusus. Masjid-masjid di Malaysia satu jam sebelum azan subuh dan maghrib sudah memulai aktivitasnya dan biasanya diisi dengan tadarus Al Quran yang dihadiri banyak orang.
Selama bulan Ramadhan, restoran-restoran di Malaysia terutama ibukota, Kuala Lumpur tutup hingga saat berbuka tiba dan sebagian hanya melayani konsumen non-Muslim.
Kebanyakan restoran itu selama Ramadhan buka saat maghrib hingga waktu sahur. Di pasar-pasar, di bulan suci banyak dijual makanan tradisional semacam Murtabak Raja dan Ayam Percik yang merupakan makanan khas bulan Ramadhan.
Masjid-masjid di Malaysia biasanya menyediakan menu berbuka puasa bagi masyarakat yang datang. Di malam hari raya Idul Fitri, di kota-kota Malaysia warga menyalakan petasan dan kembang api, dan di hari raya selepas melaksanakan shalat ied, mereka saling mengunjungi keluarga, tetangga dan handai tolan, serta saling memaafkan di antara mereka.