Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan telah tiba dan hati orang-orang Mukmin semakin atusias untuk beribadah. Malam penuh berkah Lailatul Qadar menyeru kaum Mukmin untuk bertaubat, memohon ampunan, dan mencari kesempurnaan.
Di hari-hari terakhir ini, kita harus meningkatkan ibadah dan bertaubat sehingga kita termasuk golongan yang dihapus dosanya oleh Allah Swt. Sungguh beruntung orang-orang yang taubatnya diterima, dosanya dihapus, dan memperoleh rahmat Ilahi di bulan ini.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam menjelaskan masalah taubat di bulan puasa berkata, "Bulan Ramadhan memberikan kesempatan kepada kita untuk membersihkan diri. Pembersihan ini sangat penting dan air mata-air mata ini akan membersihkan hati, tetapi ia (kesucian ini) harus tetap dijaga. Semua ini adalah penyakit yang berbahaya yaitu egoisme, kesombongan, iri dengki, arogansi, khianat, dan ketidakpedulian – semuanya adalah penyakit besar kita – akan menemukan peluang untuk sembuh di bulan Ramadhan dan ia bisa disembuhkan. Allah Swt akan melihatnya dan pasti melihatnya."
Ramadhan merupakan momentum terbaik untuk bertaubat dan kembali kepada Allah, dan malam Lailatul Qadar adalah malam terbaik untuk memperoleh ampunan. Jangan sampai malam-malam ini berlalu, sementara kita termasuk dari orang-orang yang lalai dan tidak diampuni dosanya, bukankah Allah Swt maha pengampun dan maha penerima taubat.
Dikisahkan bahwa seorang pemuda dari Bani Israil fokus melakukan ibadah selama 20 tahun dan kemudian 20 tahun dari umurnya ia gunakan untuk bermaksiat. Suatu hari ia melihat uban di kepalanya dan seketika berkata, "Sungguh celaka, masa tua sudah tiba dan masa muda telah berlalu. Ya Tuhan! Aku sudah mengingat-Mu selama bertahun-tahun dan aku berpaling dari-Mu dalam beberapa tahun ini, kini jika aku kembali ke sisi-Mu, apakah Engkau akan menerimaku?
Ketika itu terdengar suara dari langit yang berseru, "Wahai hamba! Engkau selama ini telah beribadah dan Aku juga bersamamu dan ketika engkau melupakan-Ku, Aku juga membiarkan engkau dengan keadaanmu. Tetapi Aku memberikan kesempatan kepadamu dan sekarang jika engkau kembali ke sisi-Ku, Aku akan menerimamu." (Jami' al-Sa'adat - Mulla Muhammad Mahdi al-Naraqi)
Ilustasi peringatan Malam Lailatul Qadar di Tehran. (dok)
Mengenai perkara taubat, Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS: Al-Baqarah ayat 222) Rasulullah Saw juga bersabda, "Orang yang bertaubat dari dosa adalah seperti orang yang tidak berdosa."
Taubat berarti kembali dari keburukan menuju kebaikan. Taubat bermakna meninggalkan dosa pada masa sekarang dan bertekad meninggalkannya di masa depan. Allah akan menerima orang-orang yang bertaubat dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya, terutama jika pentaubat itu adalah seorang pemuda. Rasulullah Saw bersabda, "Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah melebihi pemuda yang bertaubat."
Manusia tidak pernah lepas dari godaan dan dosa seperti menggunjing, menyakiti orang lain, mencela, berkhianat, dan lain-lain. Hawa nafsu mengajak manusia menentang seruan para Nabi dan membangkang perintah Tuhan. Ia mengajaknya untuk mengikuti amarah dan syahwat.
Karena hawa nafsu dan godaan syaitan, dunia ini tampak sebagai rumah abadi dan kelezatan fana duniawi akan terlihat indah di mata manusia. Godaan ini membuat manusia jauh dari kebahagiaan hakiki dan keberuntungan.
Saat manusia sudah terperosok terlalu jauh dalam jurang dosa, ia mulai sadar bahwa selama ini telah menempuh jalan yang salah. Ia akan menyesal dan penyesalan ini akan mengundang perhatian Tuhan. Ia kemudian memilih kembali dan memperbaiki dirinya, dan alangkah baiknya jika bulan Ramadhan ini digunakan untuk bertaubat dan kembali kepada Allah Swt.
Semua orang membutuhkan taubat dan istighfar dari dosa-dosanya. Taubat dan istighfar merupakan salah satu jalan untuk meraih rahmat Tuhan dan surga. Dalam perspektif para imam maksum, taubat nasuha berarti seseorang menunaikan hak-hak orang lain yang telah dirampas, meminta maaf jika telah menyakiti orang lain, dan menggantikan shalat dan puasa yang pernah ditinggalkan.
Perlu dicatat bahwa semua kesulitan yang kita hadapi bersumber dari perilaku kita sendiri yang menyimpang. Oleh karena itu, Rasulullah Saw dan para nabi selalu menyarankan umatnya untuk beristighfar dan bertaubat agar terhindar dari musibah.
Rasulullah Saw sendiri – sebagai manusia suci – tetap memohon ampunan kepada Allah. Beliau berkata, "Demi Allah! Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.”
Seorang ulama besar Iran, Ayatullah Muhammad Taqi Bahjat menuturkan, "Musibah dan kesulitan yang terjadi dalam hidup ini merupakan hasil dari perbuatan kita sendiri. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ash-Shura ayat 30, "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." Banyak orang bergelimang dalam dosa dan tidak mengubah jalannya, mereka menuju akhirat dengan dosa yang berat dan ini adalah orang-orang yang merugi. Namun, taubat adalah sebuah kesempatan untuk kembali kepada kebaikan dan jalan lurus, dan memperoleh balasan surga di akhirat."
Ayatullah Bahjat menyarankan orang-orang yang ingin terbebas dari musibah dan kesulitan untuk beristighfar. Beliau juga menukil hadis Nabi Saw yang berbunyi, "Aku akan kabarkan kalian tentang penyakit kalian dan penawarnya? Penyakit kalian adalah dosa dan penawarnya adalah istighfar."
Di bulan Ramadhan, hati manusia bisa dibersihkan dengan berpuasa, berzikir dan bermunajat, membaca al-Quran, dan melakukan kebaikan-kebaikan lain. Di bulan ini, orang Mukmin seakan terlahir kembali setelah melakukan taubat terutama pada malam-malam Lailatul Qadar.
Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Salah satu pencapaian besar bulan Ramadhan adalah taubat; kembali kepada Allah Swt. Salah satu bait doa Abu Hamzah Ats Tsumali berbunyi, 'Kembalikan kami kepada derajat taubat kepada-Mu.' Kita kembali dari jalan yang menyimpang, dari perbuatan buruk, dari buruk sangka, dan dari perilaku yang tercela.
Pendosa ibarat pemuda yang belum matang, di mana memilih lari dari rumah dan kedua orang tuanya atas dasar ketidaktahuannya, kemudian ia kembali ke pelukan kedua orang tuanya dan memperoleh kembali kasih sayang mereka. Inilah yang dinamakan taubat.
Ketika kita kembali ke rumah rahmat Tuhan, Dia akan menerima kita dengan tangan terbuka. Oleh karena itu, kesempatan taubat yang datang di bulan Ramadhan ini harus kita manfaatkan dengan baik."