Surat al-Syura ayat 11-14

Rate this item
(0 votes)
Surat al-Syura ayat 11-14

 

فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (11) لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (12)

(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. (42: 11)

Kepunyaan-Nya-lah perbendaharaan langit dan bumi; Dia melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan(nya). Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (42: 12)

Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai posisi dan kedudukan Allah swt sebagai pelindung dan tempat bergantung sejati manusia. Tapi sebagian orang menolaknya, dan tidak bersedia menaati perintah ilahi.

Ayat ini melanjutkan ayat sebelumnya yang menegaskan bahwa seluruh alam semesta ini adalah ciptaan Allah swt, dan Allah-lah yang mengatur seluruh urusannya dengan Sunatullah. Di ayat ini disebutkan beberapa contoh dari pengaturan alam semesta yang dilakukan Allah swt seperti diciptakannya manusia berpasangan, demikian juga dengan hewan.

Manusia berpasangan untuk memperoleh ketenangan dan ketentraman dalam kehidupannya. Selain itu, untuk memperoleh keturunan sebagai generasi pelanjut. Allah swt menjadikan manusia dan hewan berpasangan demi keberlanjutan kehidupan di alam semesta ini. Siapakah yang memiliki ilmu seperti ini, kecuali Allah Yang Maha Kuasa?

Tapi amat disayangkan sebagian orang tidak meyakini kekuasaan Allah sebagai pencipta alam semesta ini, sekaligus pengatur urusannya. Ada yang meyakini Allah swt sebagai pencipta alam, tapi seluruh urusan diserahkan kepada manusia, dan tidak ada intervensi Tuhan Yang Maha Kuasa di alam semesta ini.

Al-Quran mengoreksi pandangan seperti ini dengan menegaskan bahwa Allah swt sebagai pencipta alam, sekaligus pengatur seluruh urusannya, yang maha melihat, maha mendengar dan maha mengetahui. Allah mengawasi seluruh sepak terjang dan perbuatan setiap manusia. Suatu hari seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini akan menyaksikan langsung bagaimana kekuatan Allah swt tersebut. Allah swt menurunkan rezeki dan menyebarkan ke seluruh makhluk dengan caranya sendiri dan kadarnya masing-masing yang berlainan berdasarkan ilmu dan hikmahnya.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Salah satu Sunatullah dari kelanjutan kehidupan di dunia adalah adanya perkawinan yang mempersatukan pasangan laki-laki dan perempuan sebagai suami dan istri, bukan pasangan sesama jenis yang muncul dalam sebagian masyarakat.

2. Allah swt tidak menyerupai apapun dan tidak membutuhkan yang lain. Allah swt jelas tidak seperti manusia yang membutuhkan pasangan atau memiliki keturunan maupun keperluan lainnya.

3. Allah swt tidak membiarkan ciptaannya begitu saja, tapi selalu mengawasi dan mengatur urusan makhluknya.

4. Luas maupun sempitnya rezeki di tangan Tuhan Yang Maha Kuasa, dan hal ini tidak menunjukkan murkanya. Sebab bisa jadi, banyak orang Kafir yang kaya dan Mukmin yang miskin, ataupun sebaliknya.

شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ (13)

Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (42: 13)

Ayat ini menjelaskan mengenai prinsip kesamaan dakwah para Nabi ilahi dengan mengatakan bahwa dakwah Nabi Muhammad Saw melanjutkan risalah para Nabi sebelumnya yang menyerukan ketauhidan. Oleh karena, itu tidak ada perbedaan dalam prinsip utama dakwah para utusan Allah swt.

Para Nabi dan Rasul menyerukan taatilah agama Allah swt, dan jangan ikuti hawa nafsu. Di ayat ini, kata agama dalam bentuk tunggal, yang menunjukkan bahwa prinsip dan akar agama ilahi sama. Meskipun demikian, kesempurnaan umat manusia menyebabkan syariat yang dibawa para Nabi juga mengalami penyempurnaan sepanjang sejarah, hingga berakhir agama Islam sebagai agama terakhir Nabi ilahi.

Kebanyakan agama sebelum Islam menghadapi masalah perpecahan yang disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah kecenderungan dan intervensi dari tokoh maupun kelompok tertentu terhadap agamanya. Oleh karena itu, Al-Quran mengingatkan para penganut agama ilahi untuk mewaspadai perpecahan di kalangan penganut agama.

Selain itu, dakwah tauhid menunjukkan penentangan terhadap segala bentuk kemusyrikan. Sebab, saking dalamnya pemikiran batil dan syirik yang tertanam di dalam diri orang-orang kafir, sehingga mereka sulit untuk mendengarkan seruan tauhid.

Di ayat ini juga dijelaskan bahwa para Nabi dipilih bukan oleh masyarakat, tapi langsung oleh Allah swt. Mereka dipilih oleh Allah dengan ilmu-Nya yang maha luas dan agung untuk membimbing manusia menuju jalan kebenaran.   

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Dakwah para Nabi berasal dari satu sumber yang sama, yaitu menegakkan agama ilahi dan menjauhi perpecahan.

2. Nabi pertama yang membawa syariat adalah Nabi Nuh as dan berakhir dengan Nabi Muhammad Saw. Islam sebagai agama terakhir menjadikan agama ini lebih sempurna dari agama-agama sebelumnya.

3. Perpecahan merupakan masalah dalam beragama dan menjadi penghalang dalam menjalankan ajaran agama dengan baik.

4. Dipilihnya para Nabi oleh Allah swt dari orang-orang terbaik dan paling layak berdasarkan ilmu-Nya yang maha luas.

وَمَا تَفَرَّقُوا إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ أُورِثُوا الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِهِمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ (14)

Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah, kecuali setelah datang pada mereka ilmu pengetahuan, karena kedengkian di antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu. (42: 14)

Ayat sebelumnya menjelaskan bahwa para Nabi berlepas tangan dari perpecahan di kalangan agamawan, karena dakwah para Nabi berasal dari sumber yang sama. Dengan datangnya Nabi, maka umat harus menerima menerima dakwahnya, bukan justru menentang dan mengatakan bahwa kami mengikuti ajaran Nabi terdahulu atau menyebut ajaran yang dibawa baru maupun menyebut orang yang menerima ajaran Nabi baru sebagai kafir. Penolakan tersebut kebanyakan disebabkan karena kedengkian dan hawa nafsu.

Pandangan keliru ini menyebabkan di zaman sekarang ini, sebagian penganut agama seperti Kristen dan Yahudi menolak menerima agama Islam. Amat disayangkan, sejumlah pemuka agama-agama ini gencar melancarkan propaganda, terutama di media untuk menciptakan keraguan mengenai hakikat Islam dan kebenarannya. Mereka melancarkan keraguan mengenai agama Islam supaya penganut agama mereka tidak memeluk Islam.

Kelanjutan ayat ini menyebutkan,"Jika bukan karena sesuatu ketetapan yang diturunkan dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, maka pastilah mereka telah dibinasakan,". Di akhir ayat mengenai pewaris kitab langit memiliki keraguan mengenai isi kitab suci agamanya. Mereka tidak akan bisa meraih hakikat, karena sumber keraguannya adalah pengingkaran dan hawa nafsu. 

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Agama Allah sumbernya satu, dan penyebaba perpecahan di kalangan umat beragama disebabkan faktor kedengkian, fanatisme dan permusuhan.

2. Para pemuka agama berkewajiban untuk mempersatukan umat beragama, bukan sebaliknya menjadi pemicu perpecahan antarpenganut agama.

3. Pemberiaan waktu untuk bertaubat kepada orang-orang yang berdosa merupakan salah satu Sunatullah.

4. Keraguan jika alamiah akan menyebabkan manusia melakukan penyelidikan untuk menemukan kebenaran. Tapi apabila disebabkan prasangka dan hawa nafsu, maka manusia tidk akan sampai pada kebenaran.

Read 629 times