Manusia Terbaik
Nabi Muhammad Saw bersabda, "Ali Khair al-Basyari Faman Abaa Faqad Kafara... Ali merupakan manusia terbaik dan barang siapa yang mengingkari hakikat ini berarti ia telah kafir."[1]
Sahabat Orang Miskin
Suatu hari Imam Ali as sedang sibuk menggali sumur. Setelah berusaha keras, tiba-tiba air bersumber dari bawah dan beliau berkata, "Aku bersaksi kepada Allah bahwa sumber air ini kujadikan sedekah. Kemudian beliau mengeluarkan kertas dan menulis, "Hamba Allah, Amirul Mukminin menyedekahkan tanah dan sumur ini kepada orang-orang miskin Madinah agar dapat melindungi wajahnya kelak di Hari Kiamat dari api neraka."[2]
Beribadah
Ada yang bertanya kepada Ummu Said, hamba sahaya Imam Ali as, "Ali as di bulan Ramadhan lebih banyak beribadah atau di bulan-bulan yang lain?" Ummu Said menjawab, "Ali setiap malamnya sibuk dengan munajat kepada Allah dan tidak ada beda baginya apakah itu bulan Ramadhan atau tidak."
Begitu juga dalam penjelasan mengenai beliau disebutkan bahwa ketika beliau ditebas pedang dan dibawa dari masjid ke rumah, beliau melihat ke arah tempat terbitnya matahari dan berkata, "Wahai Subuh! Bersaksilah bahwa engkau melihat Ali dalam kondisi berbaring saat ini saja!"[3]
Di Pasar
Zadzan mengatakan, "Imam Ali as seorang diri melakukan kontrol di pasar. Beliau memberi petunjuk orang yang kehilangan jalan dan membantu orang yang kesulitan. Ketika melewati para pedagang, beliau membacakan ayat al-Quran,[4] "Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa."[5]
Peran Imam as
Imam Baqir as berkata, "Ketika Rasulullah Saw wafat, masyarakat memilih khalifah selain Ali as. Waktu itu setan memakai mahkotanya dan mengumpulkan pasukannya dan berkata kepada mereka, "Bergembiralah. Karena selama Imam tidak bangkit, maka tidak ada yang menaati Allah secara hakiki."[6]
Ketidakmampuan Jahizh
Jahizh, seorang orator hebat menyatakan ketidakmampuannya dalam menghadapi ucapan Imam Ali as. Ia mengatakan, "Setelah al-Quran dan ucapan Nabi Muhammad Saw, setiap ucapan, khutbah dan makalah yang pernah saya baca dan dengat tidak dapat mengalahkanku. Tidak ada yang lebih baik dari kemampuanku atau yang sama dengannya, kecuali ucapan Amirul Mukmini Ali as. Karena setiap kali saya berusaha, tetap saja saya tidak mampu menyainginya."[7]
Pentingnya Ucapan Imam Ali as
Kharazmi dalam buku al-Manaqib mengutip dari Ahmad bin Abi Thahir, teman dekat Jahizh mengatakan, "Ketika Jahizh mengatakan kepada kita, ‘Di antara ucapan Imam Ali as ada 100 kalimat yang setiap satu darinya sama dengan seribu kalimat indah Arab." Setelah itu Ahmad mengatakan, "Sudah lama saya meminta kepada Jahizh untuk memberikan 100 kalimat Imam Ali as barang sebentar untuk kupelajari. Ia sebenarnya juga sudah berkali-kali berjanji untuk memberikannya, tapi tidak dilakukannya, bahkan ia terlihat pura-pura lupa, sehingga di akhir hidupnya ia mengeluarkan "100 Kalimat" itu dan memberikannya kepadaku."[8]
Sebutan Khusus
Nabi Muhammad Saw bersabda, "Ketika saya melakukan Mikraj di langit, Allah Swt menyampaikan segala sesuatu berupa wahyu kepadaku." Setelah itu Allah berfirman, "Wahai Muhammad! Sampaikan salam kepada Ali bin Abi Thalib, Amirul Mukminin. Sebelum ini Aku tidak pernah menyebut seseorang dengan nama Amirul Mukminin dan tidak setelah ini."[9]
Emas dan Perak Menurut Imam Ali as
Ketika ada seorang Arab Badui meminta sesuatu kepada Ali as, beliau memerintahkan agar memberinya seribu. Wakil beliau bertanya, "Dari emas atau perak, yakni seribu dinar dinar atau seribu dirham?" Beliau berkata, "Keduanya di mataku adalah batu. Berikan kepadanya mana yang lebih bermanfaat baginya."[10]
Pelayan Penuh Dedikasi
Selama di rumah, Imam Ali as bekerja mengumpulkan kayu bakar, menimba air dan menyapu rumah. Beliau menjahit sendiri sepatunya yang robek dan terkadang membantu mengangkatkan tempat air perempuan tua, bahkan dalam banyak kesempatan beliau mengangkat sendiri kantung makanan dan dibawakannya kepada anak-anak yatim.[11] (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Sumber: Hossein Deilami, Ghadir Khourshide Velayat, 1388, Qom, Moasseseh Entesharat Haram.
[1]. Fadhail Amirul Mukminin, hal 42.
[2]. Jauharah, dar Nasab wa Sharh Ahval Ali as va Ale Ou, hal 99-100.
[3]. Ali Kist?, hal 235.
[4]. QS. al-Qashas: 83.
[5]. Sireh Alavi, hal 48.
[6]. Raudhah al-Kafi, jilid 2, hal 186, hadis 542.
[7]. Ba Nahjul Balaghah Ashena Shavim, hal 31.
[8]. Ibid, hal 43.
[9]. Imam Ali as dar Ahadis Ghodsi, hal 67.
[10]. al-Fushul al-‘Aliyyah, hal 100.
[11]. Ibid, hal 103.