Jangan Ada Urusan Dengan Dia

Rate this item
(0 votes)
Jangan Ada Urusan Dengan Dia

Ismail bin Hisyam; Gubernur Madinah, pada masa kekuasaannya sangat menyakiti Imam Zainul Abidin as. Warga Madinah juga sudah tidak tahan atas kezalimannya. Akhirnya Walid bin Abdul Malik; khalifah masa itu memutuskan untuk memecatnya.

Ketika Ismail dipecat dari jabatannya, Walid memerintahkan agar dia diletakkan di hadapan masyarakat. Sehingga siapa saja yang punya keluhan atasnya, bisa berdiri di depannya dan menuntut haknya. Warga satu persatu maju dan menyampaikan kata-katanya. Namun Imam Zainul Abidin mewanti-wanti anak-anak dan orang-orang dekatnya untuk tidak menyampaikan kata-kata sedikitpun yang anti Ismail. Imam sendiri ketika lewat di sisinya, malah mengucapkan salam. Ketika Ismail melihat kebesaran ini dari Imam, dengan suara keras dia berkata, “Allah lebih tahu kepada siapa risalah dan tugas-Nya diberikan.”

Hati-Hatilah Anakku!

Imam Sajjad as di detik-detik terakhir usianya berpesan kepada anaknya, Imam Muhammad Baqir as. Beliau meminta kepadanya agar memperhatikan pesan-pesan itu.

Putraku! Ketahuilah bahwa waktu akan berlalu dan dia akan membawa umurmu dengannya. Untuk itu, hindarilah berangan-angan panjang. Betapa banyak orang-orang yang berangan-angan, tapi tidak mencapai angan-angannya dan mati. Dan betapa banyak orang yang mengumpulkan harta kekayaannya, tapi tidak bisa memakannya. Apalagi harta kekayaan itu didapatkan dari jalan yang haram demi menjauhkan dirinya dari kemiskinan. Tapi kematian tidak memberikan kesempatan padanya dan musibah harta kekayaan itu membebani pundaknya. Sesungguhnya adakah kerugian yang lebih buruk dari kerugian yang nyata ini...!”

Siapa Saja Yang Tidak Layak Untuk Dijadikan Sebagai Teman

Imam Sajjad as berkata kepada salah satu anaknya, “Putraku! Perhatianlah pada lima orang dan jangan bercakap-cakap, bersahabat dan bepergian dengan mereka:

1. Jangan bersahabat dengan pembohong. Karena dia seperti fatamorgana. Dia akan menunjukkan kepadamu yang jauh sebagai yang dekat dan yang dekat sebagai yang jauh.

2. Jangan berteman dengan orang yang buruk. Karena dia akan menjualmu hanya dengan sesuap makanan.

3. Jangan bercakap-cakap dengan orang yang kikir. Karena dia akan menendangmu saat engkau benar-benar membutuhkan.

4. Jangan berteman dengan orang bodoh. Karena dia ingin menguntungkanmu, tapi karena kebodohannya, malah dia merugikanmu.

5. Jangan berteman dengan orang yang memutuskan hubungan dengan keluarganya, karena Allah telah melaknat orang-orang ini.

Hari Ini Bukan Waktunya Mengemis

Imam Zainul Abidin, di hari Arafah melihat seorang miskin meminta-minta kepada masyarakat.

Beliau berkata, “Mengapa orang lelaki ini tidak meminta kepada Allah. Padahal di hari semacam ini semuanya harus menjulurkan tangannya kepada Allah.”

Pada hari lainnya, Imam as melihat seorang miskin meminta-minta kepada masyarakat sambil menangis. Imam as berkata, “Seandainya orang ini sebagai pemilik seluruh dunia pun, dan secara serentak dia  kehilangan semuanya, maka tidak ada nilainya menangis setetes air mata pun karenanya, apalagi hanya karena dirham dan dinar yang tidak seberapa.”

Kejadian Nabi Ya’qub as

Abu Hamzah Tsumali salah seorang sahabat Imam Sajjad as berkata, “Subuh hari Jumat kami mengerjakan salat bersama Imam Zainul Abidin as. Setelah salat, kami bergerak menuju ke rumah. Ketika sudah sampai di rumah, Imam memanggil salah satu budak perempuannya dan berkata, “Jangan sampai kalian membuat kecewa orang-orang miskin yang datang ke pintu rumah kita. Siapa saja yang mengetuk pintu rumah ini, maka berilah makanan. Karena hari ini adalah hari Jumat.”

Saya katakan, “Imam! Semua yang datang kesini bukan orang yang mustahaq [berhak diberi]”

Imam berkata, “Namun kami khawatir, sebagian mereka itu mustahaq dan secara tidak sengaja kami tidak memberinya. Sehingga kejadian yang terjadi bagi Ya’qub akan terjadi bagi kita.

Kemudian beliau menjelaskan tentang kejadian keluarganya Nabi Ya’qub as, “Setiap hari Nabi Ya’qub menyembelih seekor kambing. Sebagian digunakan untuk diri mereka sendiri dan sebagian lainnya disedekahkan. Seorang lelaki mukmin yang sedang berpuasa, asing di kota itu. Dia datang ke rumah Ya’qub as dan berkata, “Saya adalah lelaki yang membutuhkan. Berikan sedikit dari makanan kalian kepada saya. Penghuni rumah tidak memperhatikan permintaannya. Lelaki miskin ini kecewa dan menangis dan pada malam itu tertidur dalam kondisi yang ada dan mengeluh kepada Allah. Keesokan harinya dia kembali berpuasa. Namun Ya’qub dan keluarganya tidur dalam kondisi kenyang dan makanannya juga tersisa banyak.

Pagi harinya Allah menurunkan wahyu kepada Ya’qub, “Engkau telah menghinakan hamba-Ku dan membuat Aku marah. Untuk itu engkau layak mendapatkan musibah dan kesusahan. Hai Ya’qub! Engkau tahu bahwa aku lebih cepat membalas teman-teman-Ku daripada musuh-musuh-Ku. Dan ini karena perhatian baikku kepada mereka. Tapi aku tidak langsung menyusahkan musuh-musuhku setelah setiap kesalahan, supaya mereka tidak meminta ampunan. Kemudian Aku akan mengambil nikmat-nikmat yang ada sedikit demi sedikit dari mereka. Untuk itu, siapkanlah diri kalian.”

Imam Zainul Abidin as kemudian berkata, “Di malam itulah Yusuf as mimpi melihat sebelas bintang dan bulan. Yaitu malam dimana mereka tidur dalam kondisi kenyang dan ada orang yang membutuhkan dalam kondisi kelaparan.”

Beberapa Kalimat Penuh Hikmah

1. Barang siapa yang berjiwa mulia, maka ia akan meletakkan dunia di bawa telapak kakinya.

2. Barang siapa yang merasa cukup dengan apa yang ditetapkan Allah untuknya, maka dia adalah orang yang paling tidak membutuhkan.

3. Tidak ada amalan baik yang berkurang dari manusia yang baik, karena telah diterima oleh Allah.

4. Mereka yang lebih takut kepada Allah, maka akan bebas dari azab-Nya.

5. Seburuk-buruk manusia di sisi Allah adalah orang yang menilai Imam sebagai panutannya, tapi dia tidak mengikuti amalan dan perilakunya.

6. Tiga hal yang bisa menyelamatkan manusia; menjaga lisan, khususnya dari menggunjing, sibuk dengan pekerjaan yang ada manfaatnya baik dunia maupun akhirat dan terus menerus menangis di hadapan Allah karena dosa-dosa.

7. Setelah makrifat kepada Allah, tidak ada yang lebih tercinta di sisi Allah daripada Iffah [menjaga kehormatan] perut dan naluri seksual. (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Sajjad as

Read 1591 times