Pahala Sabar

Rate this item
(0 votes)
Pahala Sabar

Imam Sajjad as senantiasa mengajak masyarakat untuk bersabar dan berkata,

“Begitu Kiamat terjadi, ada yang bersuara mengumumkan, “Ahli keutamaan dan kemuliaan hendaknya bangkit. Kemudian sekelompok orang bangkit dan mereka dipanggil untuk ke surga. Mereka segera menuju surga. Para malaikat bertanya kepada mereka, “Kalian mau ke mana? Mereka menjawab, “Kami pergi menuju ke surga.” Para malaikat bertanya, “Siapakah kalian ini?” Mereka menjawab, “Kami adalah ahli keutamaan.” Para malaikat bertanya, “Keutamaan kalian pada apa?” Mereka menjawab, “Kami bersabar dalam menghadapi setiap masalah yang tidak kami ketahui juga setiap kali menghadapi kezaliman. Bila ada orang berbuat salah terhadap kami, maka kami memaafkannya." Kemudian para malaikat berkata, “Masuklah ke dalam surga; betapa bagusnya pahala orang-orang yang berbuat baik.”

Setelah itu Imam Sajjad as berkata, “Orang-orang yang sabar juga diminta untuk bangkit dan pergi ke surga, para malaikat juga menanyakan pertanyaan-pertanyaan seperti di atas dan mereka mengenalkan dirinya sebagai orang yang sabar. Kemudian mereka ditanya, “Kesabaran kalian pada apa?”

Mereka menjawab, “Kami bersabar dalam manaati Allah dan menjauhi larangan-Nya. Kemudian dikatakan kepada mereka, “Masuklah ke dalam surga. Karena itu adalah pahala orang-orang yang berbuat baik.”

Putus Asa Adalah Dosa Yang Paling Besar

Imam Zainul Abidin sedang melakukan tawaf dan beliau paham bahwa ada sekelompok orang sedang berkumpul di dekat ka’bah. Beliau bertanya, “Untuk apa orang-orang ini berkumpul di sini?”

Dijawab, “Muhammad bin Syahab Zuhari telah kehilangan akalnya. Dia tidak berbicara dengan siapapun. Keluarganya telah membawanya keluar dari rumah, barangkali akan berbicara ketika melihat orang lain.”

Setelah Imam Zainul Abidin selesai melakukan tawaf, beliau mendekati Zuhari yang sedang dalam kondisi sangat panik.

Imam Zainul Abidin berkata, “Hai Zuhari! Ada apa denganmu. Mengapa engkau menjadi demikian?”

Zuhari berkata, “Aku telah berbuat bodoh dan ikut dalam pembunuhan. Sekarang hati nuraniku tersiksa dan aku menjadi demikian karena takut kepada Allah.”

Imam Zainul Abidin berkata, “Benar engkau ikut serta dalam pembunuhan seorang hamba. Namun, berputus asa dari rahmat Allah dosanya lebih besar.”

Kemudian beliau berkata, “Pergi dan bayarlah tebusan darah korban pembunuhan itu kepada keluarganya.”

Zuhari berkata, “Aku telah melakukannya. Tapi walinya tidak mau menerima.”

Imam Zainul Abidin berkata, “Letakkan uang tebusan itu dalam sebuah kantong dan tunggulah sampai waktu salat, kemudian lemparkan ke rumah mereka.”

Zuhari melakukan hal ini dan setelah itu sedikit demi sedikit dia merasa tenang.  

Orang Yang Banyak Bersujud

Imam Baqir menceritakan tentang perilaku ayahnya seraya berkata, “Ayahku Ali bin Husein setiap kali mengingat nikmat-nikmat Allah beliau bersujud untuk menyampaikan rasa syukurnya. Setiap kali Allah menjauhkan keburukan darinya, beliau melakukan sujud. Setiap kali selesai mengerjakan salat, beliau bersujud. Kapan saja ada dua orang yang berdamai, beliau juga bersujud. Oleh karena itu beliau dijuluki sebagai Sajjad.”

Inilah Dunia

Di antara nasihat Imam Zainul Abidin as:

Hai orang yang terikat pada dunia dan percaya pada dunia dan gemerlapannya! Apakah engkau tidak mengambil pelajaran dari orang-orang terdahulu dan ayahmu yang terlah meninggalkan dunia ini, dari teman-temanmu yang bumi telah menyembunyikan tubuhnya di di dalam dirinya, dari saudara-saudaramu yang telah berpisah denganmu dan keluargamu yang telah pergi dari dunia ini menuju ke dunia lain?

Setelah mereka muncul di dunia ini, terletak di dalam perut bumi dan kecantikannya hancur berubah menjadi tanah. Rumah-rumah mereka kosong dari keberadaan mereka dan taqdir telah menyeretnya menuju kematian, tangannya tidak sampai lagi pada dunia dan apa yang dicintainya dan liang-liang kubur telah menelan mereka.

Lelaki Ini Adalah Budak Zainul Abidin

Sudah berapa lama hujan tidak turun di Madinah. Kekeringan telah melanda tanah-tanah pertanian. Masyarakat telah mengalami kesusahan. Akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan salat meminta hujan dan bermunajat kepada Allah supaya diturunkan hujan.

Said bin Musayib salah seorang warga Madinah pada saat itu pandangan matanya tertuju pada seorang budak kulit hitam yang sedang berada di atas bukit dan jauh dari orang-orang sedang bermunajat. Said memerhatikan sikap lelaki kulit hitam ini. Dia benar-benar tenggelam dalam munajat sehingga tidak tahu bahwa Said sedang berada di sisinya. Sebelum doanya selesai, awan hitang telah menyelimuti langit kota. Budak kulit hitam ini memandang ke langit. Begitu dia melihat awan tebal, dia bersyukur kepada Allah, tersenyum dan pergi.

Tidak lama kemudian, hujan turun begitu lebat sehingga khawatir terjadi banjir. Said merasa bahwa munajat budak kulit hitam itulah yang menyebabkan turunnya hujan di kota ini setelah lama terjadi kekeringan. Dia membuntuti budak tersebut, dalam upaya ingin mengetahui bahwa dibawah pendidikan siapakah budak ini?

Said sedang membuntuti budak ini sampai dia masuk ke rumahnya Ali bin Husein as dan dia juga meminta izin untuk masuk ke dalam rumah tuannya. Said berkata kepada Imam Zainul Abidin as, “Wahai putra Rasulullah! Saya datang untuk membeli budak ini dari Anda, bila Anda menyetujuinya.”

Imam berkata, “Saya bisa menjual budak ini kepadamu.”

Kemudian beliau berkata kepada budaknya, “Hai hamba Allah! Dari sejak saat ini engkau akan mengabdi kepada Said bin Musayib, maka ikutilah dia.”

Budak itu berkata kepada Said, “Apa yang menyebabkan engkau memisahkan aku dan maulaku?”  

Said bin Musayib menjelaskan apa yang telah terjadi kepada budak dan Imam Sajjad as dan berkata, “Engkau mulia dan dekat di sisi Allah dan aku ingin memiliki budak seperti ini di rumahku.”

Kondisi budak menjadi berubah. Dia mengangkat tangannya ke langit dan berkata, “Ya Allah! Ada rahasia antara aku dan Engkau. Karena sekarang rahasia itu sudah terungkap, maka kembalikanlah aku pada diri-Mu.”

Imam, Said dan semua orang yang ada di rumah Imam merasa trenyuh dengan kata-kata budak ini dan mereka menangis. Said pun keluar dari rumah Imam dengan menangis dan pada saat yang sama dia menyesal.

Begitu Said bin Musayib sampai di rumahnya, salah seorang budak Imam menyampaikan pesan dan berkata, “Hai Said! Imam berkata, bila engkau mau, engkau bisa ikut acara pemakaman budak itu!” (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Sajjad as

Read 2215 times