Said bin Hasan datang menemui Imam Baqir as. Imam bertanya kepadanya, “Apakah di antara kalian ada kebiasaan ini dimana salah satu dari kalian pergi ke saudara segamanya dan mengambil uang di sakunya sebatas kebutuhannya dan pemiliknya tidak menolaknya?”
Said menjawab, “Tidak. Saya tidak mengenal orang seperti ini.”
Imam Baqir as berkata, “Kalau begitu tidak ada yang namanya persaudaraan.”
Said berkata, “Kalau demikian, apakah kami dalam kehancuran?”
Imam Baqir as berkata, “Akal lelaki ini sampai saat ini belum sempurna. Yakni taklif [kewajiban] tergantung pada derajat akal. Dengan adanya perbedaan derajat akal, maka taklif juga akan menjadi berbeda.”
Keadilan Allah
Imam Baqir as berkata, “Salah seorang nabi dari Bani Israil melihat seorang lelaki yang separuh tubuhnya ada di bawah dinding dan separuhnya lagi dimakan oleh burung pemakan bangkai dan anjing-anjing telah merobek-robek tubuhnya. Kemudian dia pergi dari sana dan masuk ke kota lain. Di sana dia melihat salah seorang pembesar kota itu meninggal dunia dan diletakkan di atas amben dengan dikafani kain sutera dan disekelilingnya ada anglo-anglo tempat dupa dinyalakan. Nabi itu berkata, “Ya Allah, aku bersaksi bahwa Engkau adalah penguasa yang adil dan tidak akan berbuat zalim kepada siapapun. Namun lelaki yang pertama itu adalah hamba-Mu yang tidak pernah menyekutukan-Mu sekejap mata pun dan Engkau menetapkan kematiannya sebagaimana yang aku lihat [separuh tubuhnya di bawah dinding dan separuhnya lagi dimakan burung-burung dan anjing-anjing]. Sementara orang kedua tidak beriman sama sekali kepada-Mu sekejap matapun. Namun Engkau menetapkan kematiannya dengan kemewahan seperti ini.”
Allah berfirman, “Iya wahai hamba-Ku. Aku adalah penguasa yang adil yang tidak akan berbuat zalim sebagaimana yang engkau katakan. Hamba-Ku; orang pertama punya dosa di sisi-Ku, sehingga Aku tetapkan kematiannya demikian, supaya ketika dia menemui-Ku dalam kondisi tidak ada dosa sama sekali baginya. Sementara hamba-Ku; orang kedua ini, punya satu perbuatan baik di sisi-Ku, sehingga Aku tetapkan kematiannya demikian, supaya ketika dia menemui-Ku tidak ada lagi perbuatan baik baginya dan tidak menuntut-Ku.”
Bersedekah Secara Sembunyi-Sembunyi
Dinukil dari Imam Baqir as bahwa ketika beliau memandikan jasad ayahnya; Ali bin Husein [Zainul Abdin], orang-orang yang ada di sekitar mengetahui bahwa lutut dan kakinya kapalan. Pada saat itu mata mereka tertuju pada pundak Imam Zainul Abidin as bahwa sebagian dari pundaknya juga kapalan seperti lututnya.
Mereka mengatakan, bekas yang tampak di kaki dan lutut, jelas karena sujud yang lama. Tapi mengapa bagian dari pundak ini juga kapalan?!
Imam Baqir as berkata, “Kalau bukan karena pasca kematian beliau, aku tidak akan menyampaikan sebabnya. Setiap hari sebisa mungkin pasti mengenyangkan orang-orang miskin. Begitu malam tiba dan makanan keluarganya masih lebih banyak, beliau memasukkannya ke dalam karung. Ketika semuanya sudah tertidur, beliau pergi ke rumah sejumlah orang miskin. Karena mereka menjaga harga diri, sehingga tidak ada orang yang mengenal mereka kalau miskin. Beliau membagikan apa yang ada di dalam karung itu kepada mereka sedemikian rupa sehingga tidak ada yang tahu siapa pembawa makanan ini. Tidak seorang pun dari anggota keluarga beliu juga mengetahuinya. Tapi saya tahu. Maksud beliau dari pekerjaan ini adalah agar beliau mendapatkan pahala sedekah secara sembunyi-sembunyi dari tangannya sendiri.
Ayahku selalu mengatakan, “Bersedekah secara sembunyi-sembunyi bisa memadamkan kemarahan Allah, seperti air yang memadamkan api. Bila salah satu dari kalian memberikan sedekah dengan tangan kanan, berikanlah sekiranya tangan kiri tidak tahu.”
Macam-Macam Hati
Imam Baqir as berkata, “Hati ada tiga macam:
1. Hati yang terbalik, dan tidak bisa ditempati apapun [tidak menerima kebenaran sama sekali] dan ini adalah hatinya orang kafir.
2. Hati yang ada titik gelapnya. Kebaikan dan keburukan akan masuk ke dalamnya. Yang mana yang lebih kuat, maka akan mendominasi.
3. Hati yang Farrakh yaitu hati yang bersinar di dalamnya cahaya ilahi dan akan tetap sampai Hari Kiamat dan ini adalah hati orang mukmin.
Taufik Meninggalkan Dosa
Imam Baqir as berkata, “Allah Swt telah menurunkan wahyu kepada Daud as, “Pergi temuilah hamba-Ku Daud dan katakan kepadanya, “Engkau telah melanggar perintah-Ku. Aku telah memaafkanmu. Kemudian engkau melanggar perintah-Ku lagi dan Aku telah mengampunimu. Kemudian engkau melanggar lagi dan aAu mengampunimu. Bila engkau melanggar perintah-Ku yang keempat kalinya, maka Aku tidak akan memaafkanmu.”
Daud pergi menemui Danial dan menyampaikan pesan Allah kepadanya. Danial bangun di waktu sahar [akhir malam] dan bermunajat kepada Tuhannya, seraya berkata, “Ya Allah! Nabi-Mu Daud telah menyampaikan pesan-Mu kepadaku bahwa aku telah melanggar perintah-Mu sebanyak tiga kali dan Engkau telah mengampuniku. Bila kali yang keempat aku melanggar perintah-Mu, maka aku jatuh ke dalam kesalahan. Untuk itu berilah aku taufik untuk meninggalkan dosa. Yakni meninggalkan dosa memerlukan taufik dari Allah dan harus kita mohon kepada-Nya, sehingga kita sukses dalam meinggalkan dosa.
Imam Baqir as Dalam Majlisnya Yazid
Ketika para tawanan Karbala dibawa masuk ke majlis Yazid, dia bermusyawarah dengan orang-orang sekitarnya bahwa apa yang harus dilakukan terkait para tawanan ini. Sebagian memberikan usulan untuk membunuh mereka. Pada saat itu Imam Baqir as yang masih kanak-kanak mulai berbicara. Setelah memuji Allah, beliau berkata:
Hai Yazid! Orang-orang sekitarmu memberikan usulan kepadamu dimana orang-orang sekitar Firaun tidak pernah memberikan usulan seperti ini! Ketika Firaun meminta usulan kepada orang-orang sekitarnya terkait Musa dan saudaranya, apa yang harus dilakukan terhadap mereka, orang-orang sekitarnya mengatakan, “Kasihlah kesempatan kepadanya dan saudaranya...”
Tapi orang-orang sekitarmu memberikan usulan untuk membunuh kami. Apakah engkau tahu apa sebab perbedaan usulan dan pendapat ini?”
Kemudian beliau melanjutkan, “Sebabnya adalah anggota majlisnya Firaun adalah anak-anak halal dan jemaah yang hadir di sisimu adalah anak-anak haram. Karena tidak akan membunuh para nabi dan anak-anaknya nabi selain anak-anak zina.” (Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Muhammad Baqir as