Pagi yang indah hari kedelapan dari bulan Rabi al-Thani tahun 232 HQ, kota Madinah diterangi oleh mentari Imamah. Rumah Imamah dan Wilayah tenggelam dalam kegembiraan karena kelahiran Imam Maksum ke-11, Imam Hasan al-Askari. Malaikat berbaris penuh keinginan untuk menyambut dan mengucapkan selamat atas bayi yang baru saja menginjakkan kaki ke dunia serta mengambil berkar dari Imam Maksum as.
Nama Imam Kesebelas adalah Hasan dan julukan paling terkenal adalah Abu Muhammad. Ayah beliau adalah Imam Hadi as, Imam Kesepuluh dan nama ibunya adalan Susan. Beliau jugabiasa dipanggil Hadi, Naqi, Rafiq dan Shamit. Sementara panggilan Askari juga digunakan bersama antara Imam Hadi as dan Imam Hasan Askari. Karena keduanya dipaksa tinggal di kota Samarra.
Keistimewaan Imam Hasan al-Askari as menunjukkan bahwa ia memiliki penampilan spiritual dan wajah bercahaya yang menarik. Ketika semua orang melihatnya, ia akan terpesona, menghormati dan memujinya. Meskipun pemerintah Abbasiah memusuhi Imam Hasan al-Askari, salah seorang menterinya mengakui kebajikan dan keramat Imam.
Ia berkata, "Saya tidak pernah melihat seorang seperti Hasan bin Ali di Samarra. Begitu berwibawa, suci dan menonjol. Saya tidak menemukan bandingannya di tengah masyarakat. Sekalipun masih berusia muda, Bani Hasyim selalu mendahulukannya dari tokoh-tokoh mereka yang telah berusia lanjut. Sedemikian tinggi posisinya, sehingga teman dan musuh mengenalnya."
Begitu juga dengan Abu al-Abbas al-Baktsir, ulama abad 10-11 bermazhab Syafi'i mengenai keagungan Imam Hasan al-Askari as menulis, "Hasan al-Askari seorang pribadi yang tinggi dan agung."
Pada usia 22 tahun, Imam Hasan Askari as mengambil alih Imamah dan membimbing masyarakat, sehingga dengan perintah Allah memimpin umat manusia di jalan terang kebenaran dan keadilan. Periode ini berlangsung enam tahun. Selama itu pula, ada banyak kesulitan dan hambatan bagi Imam Askari as. Karena para penguasa Abbasiah telah menciptakan banyak batasan dan hambatan baginya, sehingga beliau terpaksa seperti seorang yang diasingkan, sesuai dengan jadwal tertentu, pada hari-hari tertentu dalam sepekan harus hadir di istana Abbasiah.
Dengan demikian, sulit bagi pecinta Imam Hasan al-Askari as untuk berinteraksi dengannya. Karena alasan ini, Imam Askari as, seperti beberapa imam sebelumnya, menggunakan korespondensi dan perwakilan untuk berkomunikasi dengan Syiah. Untuk mempertahankan Syiah di berbagai bidang, Imam membentuk jaringan komunikasi yang kuat untuk menghubungkan kaum Syiah dengan Imam serta hubungan mereka satu sama lain, dan dengan demikian beliau tetap dapat memimpin dan mengorganisir mereka secara religius dan politis.
Di era Imam Hasan al-Askari as, dua kelompok bertugas menghancurkan Islam. Satu adalah kelompok pemerintah yang hanya namanya Islam tetapi tidak ada ajaran Islam di dalammya dan yang lainnya sekelompok orang yang berlebih-lebihan atau Ghuluw tentang pribadi Imam Askari as. Ghuluw berarti meninggikan dan melebih-lebihkan lebih dari batasnya. Ghuluw juga berarti keluar dari sikap moderat dan seimbang.
Setiap kali kata Ghuluw ini digunakan untuk kepercayaan agama, itu berarti bahwa manusia telah melampaui jauh dari apa yang ia yakini, dan ini termasuk Nabi Saw dan Ahlul Bait as. Ghulat adalah orang-orang yang mengenakan pakaian Syiah dengan mempromosikan kepercayaan palsu untuk merusak akar kepercayaan Syiah.
Salah satu metode Imam dalam menghadapi kelompl dengan akidah batil dan menyimpang adalah mencerahkan tentang mereka. Salah satu sahabat Imam Askari as menulis surat kepada beliau dan menjelaskan keyakinan salah seorang dari Ghulat yang terkenal pada masa itu dan menulis, "Aku sebagai tebusanmu. Tuanku, Ali bin al-Hasakah meyakini bahwa Anda adalah walinya yang juga Tuhan alam yang qadim. Ia mengaku seorang nabi yang ditugaskan oleh Anda untuk mengajak masyarakat meyakini Anda."
Setelah membaca surat itu, beliau menulis, "Ibnu al-Hasakah telah berbohong. Saya tidak mengakuinya sebagai sahabatku. Demi Allah! Allah tidak mengutus Muhammad Saw dan para nabi sebelumnya selain dengan ajaran tauhid, shalat, zakat, haji dan wilayah. Muhammad mengajak manusia kepada Allah Yang Maha Esa dan tidak memiliki sekutu, sementara kami sebagai penggantinya adalah hamba Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Ketika menaati Allah, kita akan mendapat rahmat dan ketika kita membangkang perintah-Nya, kita akan mendapat siksa dan azab. Saya berlepas tangan dari orang yang menyampaikan ucapan ini. Saya berlindung kepada Allah bahwa Allah akan melaknat mereka. Kalian juga harus menjauhi mereka, tekan mereka dan menyampaikan kebohongan mereka."
Di balik instruksi dan bimbingan spiritual serta pencerahan yang terus menerus dari Imam Hasan al-Askari as, orang-orang, terutama para pengikut Ahlul Bait, menjadi lebih sadar dan kohesif serta menjadi lebih kuat. Umat Islam yang sangat percaya bahwa kekuasaan Bani Abbas, seperti pemerintahan Bani Umayah adalah tidak sah dan menganggapnya sebagai hak Ahlul Bayt. Selama periode ini, Imam Askari bisa menghidupkan kembali banyak syiar-syiar keagamaan yang telah dilupakan oleh para penguasa. Beliau dalam sebuah hadis mengatakan, "Tanda-tanda orang beriman adalah lima hal; Pertama, shalat lima puluh satu rakaat (wajib dan sunnah dalam sehari dan semalam). Kedua: Ziarah Arbain Imam Husein as. Ketiga, memakai cincin di tangan kanan. Keempat, meletakkan dahi di atas tanah. Kelima, membaca Bismillahi ar-Rahman ar-Rahim dengan bersuara."
Melaksanakan shalat sehari semalam sebanyak 51 rakaat shalat (shalat wajib lima waktu dan shalat sunnah) merupakan ciri orang Syiah yang dibawa Rasulullah Saw dalam misi Mikrajnya. Hal lain yang telah disebutkan dalam riwayat itu semuanya merupakan ciri pengikut Syiah. Karena hanya Syiah yang sujud di atas tanah. Sementara selain Syiah mengucapkan Basamalah tidak dengan bersuara. Memakai cincin di jari tangan kanan dan melakukan ziarah Arbain merupakan amalan sunnah bagi pengikut Syiah. Karena kebangkitan Imam Husein as selalu menjadi faktor tetap dan kehidupan Islam dan Syiah. Karenanya, Imam menetapkan ziarah Arbain sebaris dengan shalat wajib dan sunnah. Artinya, sebagaimana shalat adalah tiang agama dan syariat, ziarah Arbain dan peristiwa Karbala adalah tiang Wilayah.
Selama hidupnya yang penuh hasil, Imam Hasan al-Askari as selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan Islam di tingkat masyarakat Islam. Salah satu gelar yang banyak dipakai untuk Imam Hasan al-Askari as adalah gelar "Faqih". Seperti yang Anda tahu, penyusunan mazhab fiqih Syiah di masa Imam Shadiq as dan kemudian melewati tahap-tahap kesempurnaan di bawah Imam Kazhim dan Imam Reza as. Imam Hasan al-Askari as membahas sebagian besar masalah baru yang menantang di zamannya.
Imam Askari juga mengumpulkan sejumlah buku fiqih dan prinsip hadis yang ditulis di masanya atau sebelumnya, menjadi bukti terima kasih beliau kepada penulis dan kolektor buku-buku ini. Pada hakikatnya, dengan tindakannya, Imam mengarahkan mazhab fiqih agar orang-orang, di masa kegaibannya, merujuk pada cendekiawan dan faqih yang dilatih di sekolah mereka dan menerima ajaran agama mereka. Dalam hadis dari Imam Askari as disebutkan, "Jadi siapa pun di antara para ahli fiqih yang menjaga dirinya, mempertahankan agamanya, melawan hawa nafsunya serta menaati perintah Tuannya, maka orang awam harus mengikuti dan mentaklidinya."
Di akhir artikel ini, sekali lagi kami mengucapkan atas kelahiran Imam Hasan al-Askari as dan mengajak Anda untuk mencermati wasiat beliau. Kepada para pengikutnya beliau berkata,"Saya mewasiatkan kalian dengan takwa ilahi, takwa dalam agama, berusaha di jalan Allah, jujur, menyampaikan amanat kepada pemiliknya, apakah dia orang baik atau buruk, memanjangkan sujud, berlaku baik dengan tetangga, dimana Rasulullah diutus kepada mereka. Ketika seseorang dari kalian bertakwa dalam agamanya, jujur dalam ucapannya dan perilakunya baik dengan masyarakat, mereka akan mengatakan, ia adalah seorang Syiah dan ini membuatku gembira. Karenanya, takutlah kepada Allah dan jadilah perhiasan kami, bukan duri mata kami. Setiap kebaikan yang kalian tarik ke arah kami dan menjauhkan segala keburukan dari kami. Selalu mengingat Allah dan jangan lupa kematian. Senantiasa membaca al-Quran dan menyampaikan shalat kepada Nabi Muhammad Saw. Karena shalat memiliki 10 kebaikan. Hapalkan wasiat-wasiatku. Saya menyerahkan kalian kepada Allah dan menyampaikan salam kepada kalian."