Tanggal kesyahidan Sayidah Fatimah az-Zahra as tidak diketahui secara jelas dan ada perbedaan riwayat mengenai hal ini. Di Iran, ada dua hari berkabung untuk memperingati syahadah wanita mulia ini yaitu tanggal 13 Jumadil Awal dan 3 Jumadil Akhir. Hari-hari ini disebut dengan hari-hari Fatimiyah Pertama dan Fatimiyah Kedua.
Kedudukan Sayidah Fatimah dalam Ayat Mawaddah
Ayat Mawaddah adalah ayat ke-23 surat al-Syura yang menjelaskan tentang keutamaan Ahlul Bait Nabi Muhammad Saw dan upah yang didapat Rasulullah atas risalah yang disampaikannya yaitu mencintai Ahlul Baitnya.
"Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah memberikan berita gembira kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Katakanlah! Aku tidak meminta kepadamu suatu upah pun atas seruanku ini kecuali kecintaan kepada keluargaku." (QS. Al-Syura, ayat 23).
Ibnu Abbas berkata, "Sewaktu ayat Mawaddah diturunkan, aku bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah Saw, siapa dari keluargamu yang wajib bagi kami untuk mencintainya?" Nabi Saw menjawab, "Ali, Fatimah, Hasan, dan Husein."
Menurut ayat ini, upah atas risalah Nabi Muhammad Saw adalah mencintai orang-orang terdekatnya. Allah Swt menjadikan kecintaan kepada Ahlul Bait as sebagai upah atas risalah Rasulullah, karena masyarakat membutuhkan mereka sebagai panutan dan rujukan. Ahlul Bait adalah gerbang ilmu Rasulullah, sebagaimana sabda beliau, "Jika umat berpegang teguh pada Ahlul Bait, maka mereka tidak akan pernah tersesat."
Perintah untuk mencintai Amirul Mukminin Ali as, Sayidah Fatimah az-Zahra, Imam Hasan, dan Imam Husein as, datangnya dari Allah Swt, bukan sesuatu yang diminta oleh Rasulullah. Tentu Ahlul Bait memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia, karena sesuatu yang nilainya lebih rendah, tidak dapat menjadi upah untuk risalah Nabi.
Seorang mufassir besar Sunni, Imam al-Zamakhsyari ketika menafsirkan ayat Mawaddah berkata, "Ayat ini diturunkan dan kemudian Rasulullah bersabda, "Barang siapa yang meninggal dunia dalam kecintaan kepada keluarga Muhammad, ia terhitung mati syahid. Ketahuilah! Barang siapa yang meninggal dunia dalam kecintaan kepada keluarga Muhammad, ia telah diampuni. Ketahuilah! Barang siapa yang meninggal dunia dalam kecintaan kepada keluarga Muhammad, ia meninggal dalam keadaan bertaubat."
Nama dan Julukan Sayidah Fatimah as
Setelah mengkaji tentang ayat-ayat al-Quran yang berbicara mengenai kedudukan Sayidah Fatimah as dan Ahlul Bait, kini kami akan menjelaskan tentang makna dari 10 nama dan julukan wanita mulia ini.
Fatimah berasal dari akar kata Fa Tha Ma yang berarti memisahkan dan memotong sesuatu dari sesuatu yang lain. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Allah Swt memberi namanya Fatimah karena dia dan orang-orang yang mencintainya telah terputus dan terhalangi dari api (neraka).
Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Dia dinamakan Fatimah karena ia telah terhalang dari kejahatan dan keburukan. Apabila tidak ada Ali as, maka sampai hari kiamat tidak akan ada seorang pun yang sepadan dengannya (untuk menjadi pasangannya)."
Imam Ali as berkata, "Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, ia dinamakan Fatimah, karena Allah Swt menyingkirkan api neraka darinya dan dari keturunannya. Tentu keturunannya yang meninggal dalam keadaan beriman dan meyakini segala sesuatu yang diturunkan kepadaku."
Salah satu nama populer wanita mulia ini adalah Zahra (yang bersinar dan memancarkan cahaya).
Jabir bin Abdullah menukil dari Imam Husein as yang berkata, "Allah menciptakan Fatimah dari cahaya keagungan-Nya. Ketika Fatimah memancarkan cahaya, bumi, dan langit menjadi terang, mata-mata malaikat tenggelam dalam cahaya dan mereka bersujud kepada Allah sembari berkata, "Ya Allah! Cahaya apakah ini?" Terdengar suara wahyu bahwa ini adalah salah satu cahaya-Ku, Aku memberikannya tempat di langit dan ia akan dilahirkan dari garis Rasulullah – yang Aku jadikan sebagai penghulu para nabi – dan dari cahaya itu, akan lahir para imam maksum untuk menegakkan perintah-Ku dan memberi petunjuk kepada manusia. Mereka akan menjadi khalifah-Ku di bumi setelah terputusnya wahyu."
Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Sebab Sayidah Fatimah dinamakan Zahra karena akan diberikan kepadanya sebuah bangunan di surga yang terbuat dari yaqut merah. Dikarenakan kemegahan dan keagungan bangunan tersebut, maka para penghuni surga melihatnya seakan sebuah bintang di langit yang memancarkan cahaya, dan mereka satu sama lain saling berkata bahwa bangunan megah bercahaya itu dipersembahkan untuk Fatimah."
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa orang-orang bertanya kepada Imam Shadiq tentang sebab ia dinamakan Zahra? Beliau menjawab, "Karena sewaktu beliau berada di mihrab (untuk beribadah), cahaya memancar darinya untuk para penghuni langit, bagaikan pancaran cahaya bintang-bintang bagi para penghuni bumi."
Nama lain Sayidah Fatimah as adalah Muhaddatsah yaitu orang yang mampu berkomunikasi dengan malaikat. Dalam sebuah riwayat, Imam Shadiq as berkata, "Fatimah dijuluki Muhaddatsah karena para malaikat selalu turun kepadanya, sebagaimana mereka berbicara dengan Sayidah Maryam as, mereka juga berbicara dengannya."
Pada suatu malam, Sayidah Fatimah bertanya kepada malaikat, "Bukankah wanita pengluhu alam ini adalah Maryam binti Imran?" Malaikat menjawab, "Sayidah Maryam adalah penghulu wanita pada masanya, tapi Allah menjadikan engkau sebagai penghulu wanita semesta alam dari awal sampai akhir."
Dalam sebuah riwayat, Ishaq bin Jakfar menuturkan, "Aku mendengar dari Imam Shadiq berkata, "Fatimah dinamakan Muhaddatsah karena para malaikat selalu turun kepadanya, sebagaimana para malaikat memanggil Sayidah Maryam dan berbicara dengannya, mereka juga berkata, "Wahai Fatimah, sesungguhnya Allah Swt telah memilihmu, mensucikanmu, dan memilihmu atas perempuan seluruh alam."
Para malaikat juga menyampaikan kepada Sayidah Fatimah as tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang, raja-raja yang akan berkuasa, dan hukum-hukum Allah Swt. Fatimah Zahra meminta kepada Imam Ali as untuk menulis semua perkara yang telah disampaikan para malaikat kepadanya. Kumpulan tulisan tersebut dinamakan dengan Mushaf Fatimah.
Sayidah Fatimah juga memiliki beberapa sebutan lain di antaranya: Mardhiyah (orang yang segala perkataan dan perilakunya telah diridhai Allah Swt), Siddiqah Kubra (orang yang sangat jujur, tidak pernah berbohong, dan orang yang ucapannya sesuai dengan perilakunya), Raihanah (wewangian), Bathul (orang yang telah memutuskan hubungannya dengan dunia dan hanya mencari kecintaan Allah), Rasyidah (wanita yang telah dianugerahi petunjuk dan selalu berada dalam kebenaran dan pemberi petunjuk kepada yang lain), Haura Insiyah (bidadari berbentuk manusia), dan Thahirah (yang suci dari dosa dan kesalahan).