Status Hadits “Ana Madinatul ‘Ilmi wa ‘Aliyyun Babuha”

Rate this item
(0 votes)
Status Hadits “Ana Madinatul ‘Ilmi wa ‘Aliyyun Babuha”

 

Nabi Saw. Bersabda: “Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya. Barangsiapa yang menginginkan ilmu maka hendaklah ia mendatanginya dari pintu tersebut.”

أَناَ مَدِيْنَةُ الْعِلْمِ وَعَلِيٌ باَبُهَا، فَمَنْ أَرَادَ الْعِلْمَ فَلْيَأْتِهِ مِنْ بَابِهِ

Nabi Saw. Bersabda: “Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya. Barangsiapa yang menginginkan ilmu maka hendaklah ia mendatanginya dari pintu tersebut.”

Kami postingkan ini untuk memenuhi salah satu permintaan saudaraku. Memang ada segelintir orang yang memvonis bahwa hadits di dalam judul adalah hadits Maudhu’ alias palsu. Saat saya menyaksikan ulasan kitab Mafahim Yajibu an Tushahhah oleh Muallifnya yakni Prof. DR. al-Muhaddits as-Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki beliau juga menyitir hadits tersebut. Sederhana saja menurut saya, seorang pakar hadits saja menggunakan hadits itu pastinya hadits yang dibacakan tidak bermasalah.

Marilah kita bahas hadits “ANA MADINATUL ‘ILMI WA ‘ALIYYUN BAABUHA” yang dimaksud. Hadits itu adalah salah satu hadits kuat yang telah diriwayatkan dari banyak sahabat Nabi dan dishahihkan oleh belasan ulama Ahlussunnah wal Jama’ah. Maka patut disangsikan ketika ada yang menyuarakan dengan nada memastikan (vonis) bahwa hadits ini lemah apalagi palsu (maudhû’).

A. Nama-nama Para Sahabat Nabi Saw. yang Meriwayatkan

Hadis Madinatul ‘Ilmi telah diriwayatkan oleh para ulama dan para muhaddits Ahlussunnah wal Jama’ah dari banyak kalangan sahabat Nabi Saw., diantaranya adalah:

1. Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw.

Riwayat ini telah diriwayatkan oleh banyak ulama Ahlussunnah wal Jama’ah, diantaranya: Imam Ahmad bin Hanbal al-Mubajjal (Imam Hanbali), Imam at-Tirmidzi, Muhammad ibn al-Mudzaffar al-Wasithi, Imam Hakim Abu Abdillah AN Nisaburi, Ibnu Murdawaih al-Ishbahani, Abu Nu’aim al-Ishbahani, Abu Ghalib Muhammad bin Ahmad bin Sahl (Ibnu Busyran), Ibnu Maghzili al-Wasithi, Ahmad bin Muhammad al-Ashimi, Ibnu al-Atsir, Ibnu Najjar al-Baghdadi, Muhammad bin Yusuf al-Kinji, Muhibbuddin ath-Thabari asy-Syafi’i, Imam Syihabbudin Ahmad, Imam Jalaluddin as-Suyuthi, Imam Ibnu Hajar al-Makki asy-Syafi’i dan masih banyak lagi.

2. Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib Ra.

Hadits ini telah diriwayatkan oleh al-Qanduzi al-Hanafi.

3. Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib Ra.

Hadits ini telah diriwayatkan oleh: Ibnu Mardawaih al-Isbahani, Ibnu Busyran al-Wasithi, Ibnu al-Maghazili, al-Ashimi, Ibnu Najjar al-Baghdadi dan al-Qandizi al-Hanafi.

4. Ibnu Abbas Ra.

Hadits ini telah diriwayatkan oleh: Yahya ibn Ma’in, Ibnu Fahd al-Baghdadi, Abu al-Abbas al-Asham, Ibnu Numair al-Qanthuri, Ibnu Jarir ath-Thabari, Abu al-Qasim ath-Thabarani, Abu Syeikh al-Isbahani, al-Hakim an-Nisaburi, Ibnu Murdawaih al-Isbahani, al-Baihaqi, al-Khathib al-Baghdadi, Ibnu Abdil Barr al-Qurthubi, Ibnu Hajar al-Asqallani, Imam as-Suyuthi, as-Samhudi dan masih banyak lagi.

5. Jabir bin Abdullah Al-Anshari Ra.

Hadits ini telah diriwayatkan oleh: Abdurrazzaq ash-Shan’ani, al-Bazzar, ath-Thabarani, Ibnu as-Saqqa al-Wasithi, al-Hakim an-Nisaburi, Abu al-Hasan al-Aththar asy-Syafi’i, al-Khathib al-Baghdadi, Ibnu Maghazili, Syirawaih ad-Dailami, Ibnu ‘Asakir ad-Dimasyqi, al-Kinji asy-Syafi’i, Ali al-Hamdani, Ibnu al-Jazari asy-Syafi’i, Ibnu Hajar al-Asqallani, as-Suyuthi, Ibnu Hajar al-Haitami al-Makki dan masih banyak lagi.

6. Abdullah bin Mas’ud Ra.

Hadits ini telah diriwayatkan oleh: Sayyid Ali al-Hamdani dan asy-Syeikh Sulaiman al-Qanduzi al-Hanafi.

7. Hudzaifah bin Yaman Ra.

Hadits ini telah diriwayatkan oleh: Ibnu al-Maghazli dan dikutip oleh al-Qanduzi.

8. Abdullah bin Umar Ra.

Hadits ini telah diriwayatkan oleh: ath-Thabarani, al-Hakim, Ibnu Hajar al-Makki, Syeikh Muhammad ash-Shabban, al-Qanduzi dan masih banyak lainnya.

9. Anas bin Malik Ra.

Hadis ini telah diriwayatkan oleh: Sayyid Ali al-Hamdani dan Syeikh Sulaiman al-Qanduzi al-Hanafi.

10. Amr bin Al-Ash Ra.

Hadis ini telah diriwayatkan oleh Akhthab al-Khawarizmi al-Makki.

B. Nama-nama Para Pembesar Tabi’in yang Meriwayatkan

Hadits Madinatul ‘Ilmi juga telah diriwayatkan oleh para pembesar tabi’in, diantara mereka adalah: Imam Ali Zainal Abidin bin Husain, Imam Muhammad bin Ali al-Baqir as, al-Harits ibn Abdil
lah al-Hamdani al-Kufi, Sa’ad bin Tharif al-Handhali al-Kufi, Said bin Jubair al-Asadi al-Kufi, Salamah bin Kuhail al-Hadhrami al-Kufi, Sulaiman ibn Muhran Al Kufi (al-A’masy), Abdullah bin Utsman bin Khutsaim al-Qari al-Makki, Abdurrahman bin Utsman at-Tamimi al-Madani, Mujahid bin Jabr Abu al-Hajjaj al-Makhzumi al-Makki dan masih banyak lagi.

C. Tanggapan Para Ulama tentang Status Hadits “Ana Madinatul ‘Ilmi”

a) Para Ulama yang Menshahihkan

1) Al-Hafidz Abu Zakaria Yahya bin Ma’in (w. 233 H) sebagaimana disebutkan oleh al-Khatib, Abu al-Hajjaj, Ibnu Hajar dan lainnya.
2) Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari (w. 310 H) sebagaimana disebutkan dalam kitab Tahdzib al-Atsar.
3) Abu Abdillah al-Hakim (w. 405 H).
4) Al-Hafidz Abu Muhammad al-Hasan as-Samarqandiy (w. 491 H) disebutkan dalam kitab Bahr al-Asanid.
5) Majduddin al-Fairuz Abadi (w. 816 H) disebutkan dalam kitab an-Naqdu ash-Shahih.
6) Al-Imam Jalaluddin as-Suyuthi (w. 911 H) disebutkan dalam kitab Jam’ al-Jawami’.
7) Sayyid Muhammad al-Bukhari dalam kitab Tadzkirat al-Abrar.
8) Al-Amir Muhammad al-Yamani (w.1182 H) dalam kitabnya ar-Raudhat an-Nadiyyah.
9) Abu Salim Muhammad bin Thalhah al-Quraisyi (w. 652).
10) Al-Hafidz Shalahuddin al-Ala’i (w. 761 H).
11) Syamsuddin Muhammad al-Jazari (w. 833 H).
12) Syamsuddin Muhammad as-Sakhawi (w. 902 H).
13) Fadhlullah bin Ruzbahan asy-Syirazi.
14) Al-Muttaqi al-Hindi (w. 975 H).
15) Dll.

b) Para Ulama yang Menghasankan

1) At-Tirmidzi, sebagai dinyatakan oleh Adbul Haq ad-Dahlawi dalam kitab al-Lama’at.
2) Al-Kunji Asy-Syafi’i riwayat dari Ibnu Abbas ia berkata: “Hadis hasan ’aalin”.
3) Shalahuddin al-Ala’i.
4) Badruddin az-Zarkasyi.
5) Asy-Syirazi dalam kitab Naqd ash-Shahih.
6) Ibnu Hajar al-Asqallani dalam kitab Fatawa dan dalam jawaban beliau tentang stasus beberapa hadis kitab Mashabih as-Sunnah karya al-Baghawi.
7) As-Sakhawi dalam kitab al-Maqashid al-Hasanah ketika mengomentari hadits Ibnu Abbas.
8) Al-Imam Jalauddin as-Suyuthi dalam kitab Tarikh al-Khulafa’ dan selainnya.
9) Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab Shawaiq, al-Minah al-Makkiyah dan Tathhir al-Janan.
10) Muhammad ibn Thahir dalam kitab Tadzkirah al-Maudhu’at.
11) Mulla Ali al-Qari dalam kitab al-Mirqat.
12) Al-Munawi dalam kitab Faidh al-Qadir.
13) Al-‘Azizi dalam kitab as-Siraj al-Munir.
14) Ali ibn Ali asy-Syibramulisi dalam kitab Taisir al-Mathalib as-Saniyyah.
15) Az-Zarqani dalam kitab Syarh al-Mawahib al-Ladduniyyah.
16) Ash-Shabban dalam Is’af ar-Raghibin.
17) Asy-Syaukani dalam al-Fawaid al-Majmu’ah.
18) Hasan bin Ali al-Muhaddits dalam kitab Tafrij al-Ahbab.
19) Dll.

Sumber: https://syiahmenjawab.com

Read 1279 times