Nabi Muhammad Saw dalam Pandangan Orientalis (18)

Rate this item
(2 votes)
Nabi Muhammad Saw dalam Pandangan Orientalis (18)

 

Edisi kali ini kita akan menelisik pandangan salah seorang orientalis abad ke-20 tentang pribadi Nabi Muhammad Saw. Dia adalah Frithjof Schuon, seorang penulis, filsuf, dan pujangga keturunan Jerman yang lahir di Basel, Swiss. Ia secara luas dikenal sebagai salah satu cendekiawan dan guru paling berpengaruh di bidang perbandingan agama.

Schuon dilahirkan di kota Basel, Swiss pada tanggal 18 Juni 1907. Ayahnya adalah seorang musisi dan dia tumbuh dalam suasana artistik. Di lingkungan rumahnya, musik dan seni-seni lain khususnya sastra mendapat perhatian dan pada titik inilah, Schuon – profesor metafisika dan studi komparatif agama – tidak hanya mengenal sastra Eropa, tetapi juga menekuni sastra Timur yang dipelajarinya dari teks-teks terjemahan.

Setelah memulai studi Arab, Schuon mulai tertarik pada agama Islam dan ketertarikan ini membuatnya resmi masuk Islam pada tahun 1932 di Paris, tempat dia bekerja saat itu. Setelah masuk Islam, ia memilih nama Syeikh Isa Nuruddin Ahmad.

Dia menceritakan kisah masuk Islamnya demikian bahwa suatu hari sambil berpikir tentang agama mana yang paling sempurna, dia berdoa kepada Tuhan dan berjanji jika pada hari yang sudah ditentukan, sebelum tengah hari, ada ada dari sisi Tuhan yang menghampirinya, maka ia akan memilih agama yang menjadi pemilik tanda itu.

Pada hari itu, Schuon meninggalkan apartemennya pada pukul 11:45 waktu Paris dan berjalan menuju jalan utama. Pada pukul 11:55 pagi, sekelompok tentara Afrika Utara yang menunggang kuda dengan pakaian Islami tiba-tiba muncul di jalan dan melakukan parade. Makna dari petunjuk yang luar biasa ini terlihat di tengah-tengah kota Paris, dan Schuon memutuskan untuk menunaikan janjinya dengan Tuhan dan segera masuk Islam.

Kehidupan pribadi Schuon dihabiskan dalam suasana yang menghadirkan kembali nuansa Islam tradisional di jantung Barat. Interior rumahnya dibuat seperti rumah tradisional Maroko yang paling indah, dan di lingkungan itu, orang akan merasakan bahwa dia tidak terpisah dari nuansa Dunia Islam.

Tapi ini bukan satu-satunya selera yang dimiliki Schuon yang penuh dengan tema tentang seni Islam. Hari-hari dalam hidupnya diisi dengan menjalani ibadah harian, dan ketika dia masih muda, ia mengikuti sunnah Rasulullah Saw yaitu tidak hanya berpuasa selama Ramadhan, tetapi juga di banyak hari lain sepanjangg setahun. Dia membaca al-Quran hampir setiap hari. Bertawassul kepada nama-nama Allah Swt dan berzikir kepada-Nya, tidak pernah berhenti dari bibirnya sampai detik-detik terakhir kehidupan dan sampai kematiannya.

Ketika Schuon berbicara tentang sosok Rasulullah Saw, dia menilainya sebagai manifestasi Islam dan berkata, "Jika Islam adalah manifestasi dari kebenaran, keindahan, dan kekuatan, maka Rasulullah juga merupakan manifestasi dari kemurnian, kedamaian, belas kasihan, dan kekuatan.”

Makna esoteris dari berbagai dimensi kehidupannya akan tampak ketika ia menulis buku-buku tentang Nabi Saw. Dia menghasilkan banyak karya penting tentang hakikat spiritual Muhammad dan makna keutamaan-keutamannya. Schuon menjelaskan kepada pembaca non-Muslim di Barat tentang arti sosok Rasulullah Saw bagi umat Islam dan alasan mereka sangat mencintainya.

Menariknya, Frithjof Schuon ketika menulis tentang sifat-sifat indah Nabi Muhammad Saw, ia tidak memposisikan dirinya sebagai narator atau orientalis, tetapi sebagai orang yang beriman dan jatuh cinta, dia mengucapkan kata-kata yang keluar dari kedalaman relung jiwa dan batinnya.

“Cinta dan kasih sayang Nabi Saw adalah unsur sejati dari spiritualitas Islam. Kaum Muslim menemukan keteladanan abadi dari keutamaan-keutamaan yang ada dalam wujud Rasulullah, di mana merefleksikan sifat-sifat ketuhanan dan keindahan serta menunjukkan jalan ke arah keesaan yang menyelamatkan. Itulah sebabnya kaum Muslim mencintainya dan mengikuti teladannya bahkan dalam hal terkecil dari kehidupan sehari-hari mereka,” kata Schuon.

Schuon telah melakukan studi tentang kepribadian spiritual Nabi Saw dan temuannya kemudian dituangkan dalam sebuah risalah dengan judul, The Mystery of the Prophetic Substance. Buku ini sebenarnya adalah salah satu karya terpenting yang pernah ditulis tentang hakikat spiritual Nabi.

Schuon mengatakan bahwa hakikat spiritual Rasulullah diselimuti oleh tabir duniawi karena dia juga penjelas dan penerap hukum bagi kehidupan duniawi. Dari sudut pandang Schuon, atribut luhur Nabi dapat direpresentasikan dalam bentuk segitiga di mana kejujuran dan kedamaian berada di puncaknya, sementara kemurahan hati, kehormatan, dan kekuatan berada di kedua sisinya, sedangkan qana’ah membentuk dasar segitiga ini.


Dia berkata, “Kedua sisi kiri dan kanan segitiga ini selaras satu sama lain dan membentuk kesatuan di puncaknya. Jiwa Rasulullah berdiri di atas keseimbangan dan kefanaan. Keseimbangan dari sisi kemanusiaan dan kefanaan di hadapan Tuhan.”

Schuon juga berkata, “Tidak ada keutamaan lain selain keutamaan Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu, keutamaan ini hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang menjadikannya sebagai teladan.”

Al-Quran berbicara dalam banyak ayat dengan cara yang berbeda tentang sosok Nabi yang terakhir ini dan memperkenalkannya sebagai sosok yang suci dan memiliki kedudukan spiritual yang tinggi. Terkadang namanya disebut dengan penuh penghormatan, dan terkadang mengatakan bahwa ketaatan kepadanya sama dengan ketaatan kepada Tuhan, dan pembangkangan kepadanya bermakna berpaling kepada perintah Tuhan.

Di ayat-ayat lain, sosok Nabi Muhammad Saw diperkenalkan sebagai teladan yang baik. Salah satu contoh nyata tentang menghormati dan memuliakan Rasulullah adalah al-Quran memerintahkan manusia untuk memohon rahmat kepada baginda.

Umat Islam diperintahkan oleh Allah Swt untuk selalu mengingat Nabi terakhir ini. Kita juga diminta untuk menyampaikan salam dan shalawat kepada Rasulullah Saw dalam setiap shalat.

Menariknya, Allah Swt sendiri adalah yang pertama yang mengirimkan shalawat kepada Rasulullah Saw sebelum memerintahkan para malaikat dan orang-orang yang beriman untuk melakukan hal yang sama sebagai bentuk penghormatan kepada Rasulullah. Perintah ini dapat ditemukan pada surat al-Ahzab ayat 56.

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Schuon berpendapat bahwa salam dan shalawat untuk Nabi Saw memiliki efek yang sangat menguntungkan bagi siapa pun yang mengucapkannya.

Read 958 times