Tarekat Fatimah

Rate this item
(0 votes)
Tarekat Fatimah

 

Dalam kamus besar bahasa Indonesia tarekat dimaknai sebagai jalan, jalan menuju kebenaran (dalam tasawuf); cara atau aturan hidup (dalam keagamaan atau ilmu kebatinan); persekutuan para penuntut ilmu tasawuf. Tarekat dalam tasawuf berarti jalan menuju Allah SWT untuk meraih rida-Nya dengan menaati segala ajaran-Nya. Menurut Al Jurjani `Ali bin Muhammad bin `Ali (740-816 M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah SWT melalui tahapan-tahapan atau maqamat.

Tarekat mulai berkembang sekitar abad ke-6 H. Adalah Tarekat Kadiriyah yag pertama kali berdiri. Tarekat ini diajarkan Abdul Qadir bin Abdullah Al Jili seorang sufi tersohor di Baghdad. Menurut legenda, sufi kelahiran Jilan, Persia 471 H itu adalah orang saleh yang memiliki keajaiban.

Tulisan singkat ini tidak sedang membahas tarekat tertentu tapi sekadar membuka wawasan dan ruang diskusi atas pertanyaan: Apakah mungkin salik (pejalan spiritual yang menginginkan maqam qurb atau kedekatan Ilahiah) mampu berjalan menuju maqam “inda Allah” (di sisi Allah) tanpa jalan dan tarekat Siti Fatimah? Dengan kata lain, apakah salik mampu melalui suluk ilallah (jalan menuju Allah) yang terjal, licin dan berbahaya tanpa mengenal dan mencintai Siti Fatimah? Apa keunggulan salik yang mencintai Fatimah dibandingkan dengan salik yang kurang mengenalnya? Apakah mahabbah dan makrifat kepada Siti Fatimah akan menawarkan kecepatan, keberkahan dan kedudukan istimewa bagi salikin (para penempuh suluk)? Sehebat apa maqam Siti Fatimah hingga salikin perlu bertawasul kepada beliau dalam suluk mereka? Apakah ada salik yang dalam mukasyafah-nya (penyingkapan alam gaib) mampu melihat maqam Siti Fatimah di sisi Allah hingga mengundang ghibtah (kecemburuan) bagi ‘arifin (ahli makrifat)?

Sebagian ‘urafa berpandangan bahwa salik dapat mencapai maqam dalam suluk bila ia bersandar pada Siti Fatimah Az-Zahra. Cinta kepada Fatimah inilah yang akan membimbing salik ke jalan yang mesti dilaluinya. Tanpa tarekat dan cinta Fatimah, tak ada suluk dan perjalanan ini.

Sekarang, kita intip sedikit maqam spiritual Siti Fatimah. Dalam hadis disebutkan bahwa saat Fatimah binti Rasulullah Saw lewat di Padang Mahsyar, ada suara yang memanggil:

 «غُضّوا أبصارکم»

Tutup mata kalian!

Hadis lengkapnya sebagai berikut:

قال رسول اللّه صلى الله علیه وآله: «إذا كانَ یَوْمُ القیامَةِ نادى مُنادٍ: یا أَهْلَ الجَمْعِ غُضُّوا أَبْصارَكُمْ حَتى تَمُرَّ فاطِمَة»

Rasulullah saw bersabda: Pada hari kiamat ada suara yang memanggil: Wahai penduduk Mahsyar, pejamkan mata kalian hingga Fatimah lewat.

Maknanya bukan karena kalian bukan muhrim maka tutuplah mata kalian atau palingkan wajah kalian hingga kalian tidak bisa melihatnya!

Hari itu taklif (hukum fikih) tidak berlaku karena itu hari kiamat dan tidak ada pembicaraan soal muhrim dan non-muhrim. Perintah ini adalah perintah takwini (terkait dengan perintah dan kehendak Allah tanpa memperhatikan ikhtiar dan kemauan manusia), bukan perintah tasyri’i (perintah/hukum yang memperhatikan ikhtiar dan kemampuan manusia). Yakni, kalian tidak akan pernah mampu memandang Nur Siti Fatimah. Maka, tundukkan kepalamu karena kamu tidak akan mampu menatap cahaya wajah Fatimah!

Hadis lain yang menjelaskan maqam Siti Fatimah di surga ialah

قال رسول اللّه صلى الله علیه وآله: سیّدَةُ نِساءِ أَهْلِ الجَنَّةِ فاطِمَة

Rasulullah Saw bersabda: Fatimah pemimpin para wanita ahli surga.

Fatimah bukan hanya sekadar masuk surga bahkan beliau menjadi pemimpin para wanita di surga. Surga adalah tajalli (manisfestasi) rahmat Allah dan Fatimah adalah tajalli tam (perwujudan sempurna) dari rahmat Ilahiah hingga beliau layak termasuk di antara yang pertama masuk surga bersama Rasulullah saw dan menjadi pimpinan penduduk surga.

Jadi, tidak berlebihan bila dikatakan bahwa parameter dan timbangan iman adalah cinta pada Fatimah Az-Zahra. Dan tarekat yang bertawasul kepada Siti Fatimah tentu tarekat yang sah (mu’tabarah) karena Fatimah sebagaimana Rasulullah saw yang kakinya bengkak karena saking lamanya beribadah kepada Allah SWT adalah sebaik-baik idola dan teladan dalam suluk, zuhud dan warak.

(Syekh Muhammad Ghazali)

 

Referensi:

https://republika.co.id/berita/q6zkbw320/sekilas-soal-tarekat-sufi-definisi-makna-dan-asal-usulnya. Diakses tanggal 27/1/2022.

 

Sumber hadis tentang Fatimah yang melewati jembatan:

 

منابع: كنز العمّال ج 13 ص 91 و 93/ منتخب كنز العمّال بهامش المسند ج 5 ص 96/ الصواعق المحرقة ص 190/ أسد الغابة ج 5 ص 523/ تذكرة الخواص ص 279/ ذخائر العقبى ص 48/ مناقب الإمام علی لابن المغازلی ص 356/ نور الأبصار ص 51 و 52/ ینابیع المودّة ج 2 باب 56 ص 136

Sumber hadis yang menjelaskan maqam Fatimah di surga

منابع: كنز العمّال ج13 ص94/ صحیح البخاری، كتاب الفضائل، باب مناقب فاطمة/ البدایة والنهایة ج 2 ص61

 

Read 568 times