Sekitar satu dekade lalu, The National Geographic Society mengubah nama "Teluk Persia" di peta dunia dengan nama lain. Sontak tindakan tersebut memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, terutama para ahli dan sejarawan Iran dan dunia. Ribuan email dikirimkan dan surat protes dilayangkan sebagai bentuk dukungan terhadap penamaan "Teluk Persia" yang mulai diselewengkan dengan nama lain. Tidak kurang dari 120 ribu tanda tangan dibubuhkan sebagai tanggapan atas pengubahan nama Teluk Persia oleh The National Geographic Society. Saking banyaknya protes yang masuk, akhirnya lembaga itu meminta maaf atas kekeliruan tersebut terhadap rakyat dan pemerintah Iran.
 
Selama beberapa tahun terakhir sejumlah negara Arab yang terpengaruh provokasi Iranphobia yang dilancarkan Barat, melakukan berbagai propaganda politik dan media untuk mengubah nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab. Mereka berupaya mengganti nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab di berbagai lembaga internasional, bahkan di forum-forum akademis seperti universitas. Namun penentangan keras rakyat dan pemerintah Republik Islam Iran di tingkat global berhasil menghalau tujuan tersebut.
 
Teluk Persia membentang dari Iran hingga Arab Saudi. Seluruh pantai utara Teluk Persia berada dalam kekuasaan Iran, sedangkan di wilayah Barat dikuasai Kuwait. Adapun di wilayah selatan dimiliki sejumlah negara Arab seperti Arab Saudi, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Oman. Lautan  ini menghubungkan Teluk Oman di timur dengan Selat Hormuz. Di bagian Barat ditandai oleh delta sungai utama Arvand Rood yang membawa air dari Karun, Eufrat dan Tigris. Teluk penting itu memiliki luas wilayah 241.000 km² dengan panjang mencapai 989 kilometer.
 
Sejak dahulu kala, Teluk Persia merupakan salah satu perairan dunia yang paling penting. Di masa lalu, Teluk Persia dikenal sebagai jalur utama perdagangan dunia dan jalur sutra laut. Penemuan cadangan minyak yang begitu besar di negara-negara sekitar Teluk Persia dan Laut Oman kian menambah nilai penting dan strategis kawasan tersebut. Bahkan pada tahun 1904 Halford Mackinder, pakar geografi terkemuka Inggris menyebut Teluk Persia sebagai heartland atau jantung dunia. Penamaan itu membuktikan urgensi posisi Teluk Persia sebagai urat nadi perdagangan dunia, dan jalur strategis untuk mencapai salah satu kawasan terpenting dunia yaitu Timur Tengah.
 
Kini, kita akan menelisik otentisitas Teluk Persia dengan meninjau sumber-sumber sejarah dan geografis Yunani, Iran, Islam, dan Barat, serta dokumen-dokumen hukum. Berbagai dokumen geografis tua Yunani menyebut nama Teluk Persia dengan nama "Laut Persia".
 
Para pemikir dan filsof dari Yunani hingga ilmuwan Islam menyebut nama Teluk Persia dalam karya-karya besarnya. Hecataeus, salah seorang sarjana Yunani kuno yang dikenal sebagai bapak geografi, mengunakan nama Laut Pars pada tahun 475 SM. Peta kuno yang ditulis oleh Herodotus dan Xenophon juga menyebut  Laut Pars. Ptolemeus, ahli geografi terkenal, kartografer, dan ahli matematika dari abad ke-2, menyebut Teluk Persia sebagai Sinus Persicus dalam "Geografi Dunia" yang ditulis dengan bahasa Latin.
 
Para sejarawan Yunani dan ahli geografi yang hidup sebelum kelahiran Yesus Kristus, seperti Herodotus, Ketzias, Xenophon, dan Straben, orang Yunani adalah bangsa pertama yang menyebut Teluk Persia dengan nama Laut Pars dan menyebut Iran dengan nama Parseh, Persia,atau Persepolis, yaitu tanah Persia.
Nesarkhous, komandan militer Macedonia, juga turut mempopulerkan penyebutan nama Laut Pars. Ia menyeberangi Sungai Sind pada tahun 326 SM, dan berlayar di  Teluk Persia.
 
Berdasarkan dokumen Iran kuno, nama Teluk Persia telah digunakan dalam perdagangan dan urusan militer oleh negara-negara kuno di dunia. Dalam sebuah prasasti batu Achaemenid pada tahun 518-505 SM disebutkan istilah Laut Persia. Prasasti itu dikaitkan dengan raja Achaemenid, Darius Agung. Teluk Persia disebut "Parsa Darya" atau "Pars Laut" di bawah pemerintahan Akhemenid. Penyebutan nama Teluk Persia terdapat dalam buku "Batas Dunia" yang menjadi buku geografi tertua yang disusun sekitar 1.000 tahun lalu.
 
Setelah Arab menaklukkan Iran pada abad ke-7 M, mereka tidak berusaha untuk mengubah nama Laut Persia. Orang-orang Arab Muslim menyebutnya dengan nama Laut Persia. Pemikir Muslim seperti Estakhri, Massoudi, Biruni, Ibnu Hawqal, Moqaddasi, Mustofi, Nasser Khosrow, al-Taherain Mutahhar al-Muqaddasi (Bashari), Abulqasem bin Muhammad bin Huqal dan sebagainya yang mempelajari laut Persia sampai abad ke-15 ,menyebut perairan Persia dengan sebutan Laut Pars, dan Teluk Persia. Beberapa dari mereka bahkan membuat peta yang menghubungkan Samudera Hindia  dengan Teluk Persia.
 
Ahli geografi Arab dan Islam mengadopsi penyebutan dua nama dari dua peradaban kuno, dan menggunakannya secara bersamaan. Dengan cara ini, mereka menggunakan nama Iran "Parsa Darya" sebagai "Laut Pars", dan menggunakan nama Yunani "Sinus Persicus" sebagai "Teluk Persia".
 
Abu Ali Ahmad bin Umar, yang dijuluki ibn Rasteh dalam bukunya, "Al-A'laq al-Nafsiya" menyebutkan bahwa Samudera India menghubungkan ke perairan Pars yang dikenal dengan nama Teluk Persia. Georgi Zeidan, sejarawan Arab, mencatat bahwa Laut Pars merupakan perairan yang mengelilingi dunia Arab. Muhammad Subhi Abdulkarim menampilkan peta berbahasa Arab dalam bukunya, "Al-Ilm Khara'et" yang menunjukkan perairan bagian selatan Iran yang disebut Teluk Persia.
 
Label baru ahistoris "Teluk Arab" untuk pertama kalinya disematkan oleh seorang diplomat Inggris untuk menggantikan nama Teluk Persia. Charles Belgrave yang menjadi wakil politik kerajaan Inggris untuk kawasan Teluk Persia, setelah kembali ke London menulis buku mengenai Teluk Persia selatan yang terbit pada tahun 1966. Ketika itu untuk pertama kalinya nama Teluk Arab dipopulerkan. Belgrave mengklaim bahwa negara-negara Arab cenderung untuk mengganti nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab.
 
Seiring kemenangan Revolusi Islam di Iran, negara-negara Arab semakin gencar meningkatkan provokasinya mengganti nama Teluk Persia dengan Teluk Arab. Pada saat yang sama negara-negara Barat dalam berbagai media massanya menggunakan nama Teluk Arab maupun Teluk untuk menggantikan nama Teluk Persia. Namun upaya mereka kembali kandas.
 
PBB berulangkali menyatakan bahwa nama perairan strategis ini sebagai "Persian Gulf" atau "Teluk Persia". PBB menyebut nama Teluk Persia sebagai nama baru yang disematkan abad 20 sebagai pengganti dari nama Laut Pars. Sekretariat PBB dalam dokumen tertanggal 5 Maret 1971 meyakinkan pemerintah Iran mengenai penamaan Teluk Persia berdasarkan berbagai dokumen terpercaya. Dokumen PBB lainnya tertanggal 10 Agustus 1984, kembali menunjukkan pengakuan dunia terhadap nama "Teluk Persia" yang juga ditandatangani oleh seluruh negara Arab yang berjumlah 22 negara.
 
Berbagai fakta sejarah tersebut menjadi bukti kuat bahwa nama perairan stategis di Timur Tengah itu adalah "Teluk Persia" dan tidak ada yang akan bisa mengubahnya dengan nama lain. Dan kini, setiap tanggal 10 Ordibehest yang bertepatan dengan 30 April ditetapkan sebagai "Hari Nasional Teluk Persia" oleh rakyat dan pemerintah Iran.