Manuver Pemerintah Interim Mesir Menjelang Pilpres

Rate this item
(0 votes)

Mesir saat ini akan segera menyongsong pemilu presiden. Hamdeen Sabahi, Ketua Gerakan Rakyat Mesir dan Abdel Fatah ElSisi, mantan Menteri Pertahanan Mesir adalah dua tokoh yang akan bersaing dalam pemilu presiden mendatang. Namun di mata sebagian partai dan kelompok politik di Negeri Piramida itu, pemilu presiden mendatang dianggap sebagai pemilu yang sudah direkayasa.

 

Saat ini slogan-slogan kampanye dua kandidat tersebut telah memenuhi di hampir semua jalan di Mesir, bahkan aktivitas kampanye El Sisi dan Sabahi kian hari meningkat. Slogan pemilu yang diusung oleh Sabahi adalah "Kita akan membangun kembali Mesir."

 

Para pejabat pemerintah interim Mesir mengerahkan segenap upaya untuk melaksanakan semua peran yang sejalan dengan pandangannya. Mereka berusaha mengarahkan perkembangan di Mesir sesuai dengan kepentingannya dan mensukseskan kandidat yang mereka dukung. Oleh sebab itu, untuk mencapai ambisi tersebut, mereka berusaha menyingkirkan rival-rival dan oposisinya.

 

Selama beberapa bulan terakhir pasca penggulingan Muhammad Mursi, Presiden Mesir yang dipilih langsung oleh rakyat, pemerintah interim menganggap Ikhwanul Muslimin sebagai musuh dan rival utamanya, sehingga mereka berusaha menyingkirkan kelompok tersebut dari kancah politik dan semaksimal mungkin membatasi aktivitas Ikhwanul Muslimin.

 

Langkah pertama yang dilakukan oleh pemerintah interim untuk menghapus para penentang mereka adalah memasukkan Ikhwanul Muslimin dalam daftar kelompok teroris dan melarang aktivitas kelompok tersebut. Penangkapan massal terhadap anggota Ikhwanul Muslimin dan vonis mati terhadap lebih dari 680 anggota dan pendukung Ikhwanul Muslimin termasuk Mohamed Badie, pemimpin kelompok tersebut, adalah bagian dari langkah pemerintah interim untuk menciptakan ketakutan di antara para pendukung mereka.

 

Pada Rabu (30/4), pengadilan Mesir juga melanjutkan sidangnya ke-7 untuk mengadili Mursi dan sejumlah pemimpin senior Ikhwanul Muslimin. Mantan presiden Mesir pilihan rakyat tersebut diadili atas tuduhan melarikan diri dari penjara Wadi ElNatrounketika meletus revolusi 25 Januari 2011.

 

Di masa revolusi Mesir, semua penjara dibuka dan semua tahanan politik di era rezim Hosni Mubarak melarikan diri. Namun saat ini hanya Mursi yang diadili atas tuduhan melarikan diri dari penjara, sehingga hal itu memunculkan banyak pertanyaan. Oleh sebab itu, dakwaan dan pengadilan terhadap Mursi pada dasarnya terkesan dibuat-buat dan pengadilan atasnya sangat dipertanyakan. Tuduhan terhadap Mursi hanyalah dalih untuk menghantam Ikhwanul Muslimin dan mencoreng wajah kelompok tersebut menjelang pemilu presiden mendatang.

 

Sementara itu, Ikhwanul Muslimin memboikot pemilu dan menuntut rakyat Mesir untuk tidak berpartisipasi dalam pemilu presiden yang akan digelar pada bulan ini. Boikot tersebut tampaknya telah membuat khawatir para pejabat pemerintah interim, sebab pemilu kali ini akan dijadikan landasan untuk legitimasi pemerintah Mesir mendatang.

 

Untuk mengantisipasi hal itu, sejak awal pemerintah interim yang didukung militer telah melancarkan berbagai manuver anti-Ikhwanul Muslimin dan para pendukungnya. Di antara langkah anti-Ikhwanul Muslimin yang telah dilancarkan adalah menuding mereka dengan pelanggaran keamanan nasional dan pembunuhan warga dalam insiden pembangkangan sipil sebelum terjadi kudeta terhadap Mursi.

 

Langkah-langkah tersebut bertujuan untuk menghantam oposisi dan sekaligus strategi awal untuk menghapus sepenuhnya Ikhwanul Muslimin dari kancah politik dan sosial di Mesir.

 

Mesir saat ini perlahan-lahan semakin jauh dari tujuan-tujuan revolusi, bahkan bergerak kembali ke masa pemerintahan rezim Mubarak. Negeri Seribu Menara tersebut di ambang cengkeraman para jenderal dan jika hal itu terjadi maka revolusi akan berakhir dan terbentuklah Mubarakisme lain di Mesir.

Read 1682 times