Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Hossein Amir Abdollahian saat pidatonya di sidang virtual “Kondisi HAM di Afghanistan” yang dipimpin Sekjen PBB, Antonio Guterres Senin (13/9/2021) sore, menjelaskan pandangan Iran terkait kondisi Afghanistan saat ini.
Pidato menlu Iran di sidang ini mengisyaratkan dua bidang kemanusiaan dan politik.
Di bidang kemanusiaan, kondisi Afghanistan sepenuhnya jelas dan sangat mengkhawatirkan. Melihat kondisi lapangan warga dan berbagai laporan serta gambar yang dirilis dari berbagai wilayah Afghanistan menunjukkan adanya tragedi kemanusiaan. Tentu saja kondisi ini tidak terbatas pada peristiwa setelah jatuhnya Kabul dan berkuasanya Taliban di negara ini.
Universitas Brown, sebagai salah satu universitas populer di Amerika beberapa waktu lalu seraya merilis laporan dari korban manusia di perang 20 tahun Amerika di Afghanistan menulis, sebanyak 241 ribu warga Afghanistan tewas di perang ini, di antaranya 71.344 adalah warga sipil. Mayoritas korban tewas dalam serangan drone Amerika Serikat.
Laporan ini menyebut Afghanistan sebagai negara paling berbahaya bagi anak-anak dan menjelaskan, selama satu dekade lalu hampir delapan ribu anak di Afghanistan terbunuh dan ribuan anak-anak terluka atau mengalami cacat.
Menlu Iran saat menjelaskan pandangan Republik Islam terkait isu kemanusiaan akibat krisis Afghanistan mengatakan, Iran tetap membuka perbatasannya untuk membantu mencegah arus baru pengungsi dan pencari suaka Afghanistan, dan selain mengirim bantuan kemanusiaan ke wilayah Afghanistan, juga mampu mempertahankan perdagangan lokal, pasar bersama dan jalur penyeberangan perdagangan di perbatasan tetap aktif. Sementara sikap pasif komunitas global dalam menjalankan komitmennya terkait pengungsi Afghanistan menuai banyak kritik.
Namun poin penting lain dari pidato menlu Iran di sidang istimewa PBB terkait kondisi Afghanistan adalah penjelasannya mengenai faktor dan unsur-unsur politik yang membuat Afghanistan mengalami kondisi seperti saat ini.
Menlu Iran seraya menekankan poin bahwa bagian terpenting dari kondisi rusuh saat ini kembali pada kebijakan yang disertai dengan uji coba dan kesalahan Amerika Serikat di Afghanistan. Ia menyebut Washington sebagai faktor penting dari kondisi rusuh dan instabilitas di Kabul.
Para pemimpin di Afghanistan menyangka dengan menjalin pakta strategis dan keamanan dengan Amerika, maka negaranya akan maju dan dukungan Washington kepada mereka bersifat permanen. Sementara AS tidak menganggap Afghanistan sebagai mitra atau sekutu strategis. Petinggi Washington baik dari kubu Republik atau Demokrat sejatinya tidak melakukan apa pun untuk keamanan Afghanistan. Lebih dari 300 ribu pasukan hanya bekerja untuk melayani kepentingan dan tujuan Amerika di Afghanistan, pasukan yang hanya dua bulan jatuh dan hancur selamanya.
Namun pertanyaannya saat ini adalah apa solusi bagi krisis Afghanistan, dan bagaimana cara membantu warga negara ini untuk melewati kondisi ini ?
Amir Abdollahian terkait hal ini seraya menekankan kontak diplomatik Iran dengan seluruh pihak di Afghanistan mengungkapkan, “Kami mengejar politik di Afghanistan yang selain menekankan pembentukan pemerintah inklusif, juga menginginkan Afghanistan yang bebas dari terorisme dan narkotika serta rakyat negara ini mampu mengambil keputusan untuk menentukan masa depan negaranya.”
Sekaitan dengan ini, baru-baru ini digelar sidang virtual tingkat menlu negara-negara tetangga Afghanistan dengan poros Iran.
Wajar Republik Islam Iran sebagai negara tetangga dan dengan alasan kemanusiaan berusaha untuk mengakhiri penderitaan rakyat Afghanistan, berharap negara ini mampu melewati kondisi sulit saat ini dan rakyat menentukan nasibnya sendiri.