Saat Hubungan antara Prancis dan AS Memanas

Rate this item
(0 votes)
Saat Hubungan antara Prancis dan AS Memanas

 

Bersamaan dengan eskalasi tensi hubungan Prancis dan Amerika Serikat, Paris mengambil langkah mengejutkan dengan memanggil dubesnya dari Washington.

Selain itu, sebagai bentuk protes, Prancis juga dilaporkan memanggil dubesnya dari Australia. Pemerintah Prancis Kamis (16/9/2021) terang-terangan mengumumkan ketidakpuasannya atas pernyataan koalisi tiga negara, AS, Inggris dan Australia yang berujung pada pembatalan kontrak pembuatan kapal selam sebuah perusahaan Prancis dengan pemerintah Australia senilai 90 miliar dolar.

Menyusul penandatanganan kesepakatan kerja sama segitiga ini, acara peringatan ke-240 Perang Chesapeake (Battle of the Chesapeake) yang rencananya akan digelar di Kedubes Prancis di Washington akhirnya dibatalkan.

Menurut seorang petinggi Prancis, peringatan ini yang rencananya digelar untuk menekankan pengokohan hubungan Koalisi AS dan Prancis, sepertinya menggelikan karena pengumuman koalisi tiga negara ini. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Antoni Blinken demi menangkan suasana mengklaim bahwa negaranya memandang penting hubungan dan kerja sama dengan Prancis.

Sepertinya hubungan trans-Atlantik memasuki babak tensi baru. Presiden AS, Joe Biden sejak berkuasa di Gedung Putih, di pidato dan statemennya berulang kali mengisyaratkan kondisi tak meuaskan hubungan dan konvergensi trans-Atlantik karena kebijakan dan langkah Trump serta berjanji meninjau ulang masalah ini serta memulai proses kovergensi Eropa dan Amerika.

Presiden AS, Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron
Meski demikian, kini menjadi jelas bahwa statemen ini sekedar slogan dan dalam prakteknya, Washington masih menjadikan unilateralisme dan mengedepankan kepentingannya tanpa mengindahkan kepentingan Eropa di kebijakan dan langkahnya.

Contoh nyata di kasus ini adalah kinerja Biden terkait Afghanistan, di mana presiden Amerika ini mengabaikan pandangan Eropa di NATO terkait penarikan pasukan Barat dari Afghanistan. Menurut Eropa, pengalaman Afghanistan menunjukkan bahwa untuk selanjutnya mereka harus lebih berhati-hati mengekor Amerika di isu regional dan internasional.

Kini pemerintah Biden kembali memberi pukulan telak kepada negara penting kedua di Uni Eropa, yakni Prancis hanya untuk mengejar kepentingan pribadinya.

Amerika dengan membentuk koalisi baru dengan dua sekutu lamanya, yakni Inggris dan Australia, bersedia menyerahkan teknologi pembuatan kapal selam bertenaga nuklir kepada Australia.

Ini sebuah gebrakan baru AS mempersenjatai sekutunya dengan teknologi sensitif. Amerika di tahun 1958 memberi teknologi pembuatan kapal selam nuklir kepada Inggris. Hal ini mengindikasikan posisi penting Australia di strategi militer dan keamanan Amerika di kawasan Indo-Pasifik.

Sejatinya Washington dengan memperkuat militer Australia berencana menjadikan sekutu tradisionalnya ini menghadapi langkah Cina di kawasan ini.

Reza Ghabishawi, pengamat politik mengatakan, “Amerika dan Inggris di aksinya melawan Cina, berusaha menjadikan Australia sebagai ujung tombak melawan aksi militer Cina. Meski demikian, harga yang harus dibayar dari langkah ini bagi Eropa khususnya Prancis adalah sangat mahal. Pembatalan kontrak senilai 90 miliar dolar antara Prancis dan Australia untuk pembuatan 12 kapal selam, memberi pukulan besar bagi ekonomi dan kredibilitas Paris.”

Faktanya, mengingat statemen petinggi pemerintah Biden terkait hubungan hangan Washington dan Paris, Prancis tidak mengharapkan pukulan besar seperti ini dari pemerintah Biden yang mengklaim konvergensi kembali trans-Atlantik.

Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian menyebut langkah ini seperti tikaman dari belakang kepada Prancis dan pengkhianatan serta mengingatkan perilaku Donald Trump.

Selain itu, Uni Eropa seraya memprotes Koalisi AS, Inggris dan Australia, hari Kamis (16/9/2021) mengumumkan strategi resminya untuk menambah kehadirannya di wilayah Indo-Pasifik dan melawan kekuatan Cina yang terus meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa Eropa ingin mengejar strategi khususnya di kawasan strategis ini mengingat kebijakan monopoli AS. 

Read 599 times