Sidang Majelis Umum PBB ke-76 dibuka pada 21 September yang diawali dengan pidato Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Menurut kantor berita Ahl al-Bayt (AS) - ABNA , Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi dalam pidatonya melalui rekaman video pada Selasa (21/9/2021) malam waktu Tehran, menjelaskan posisi Republik Islam dalam berbagai isu penting regional dan tantangan-tantangan internasional.
Bagian penting dari pidato Presiden Iran berfokus pada penyebab dan faktor-faktor yang telah memicu krisis di Asia Barat dan dunia.
Peristiwa yang terjadi di Asia Barat dalam beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa kebijakan Amerika Serikat tidak lebih dari memaksakan perang yang telah menghancurkan negara-negara di kawasan, termasuk di Irak, Suriah, Yaman, dan Afghanistan.
Kebijakan ini menyebabkan ratusan ribu orang tewas, termasuk perempuan dan anak-anak, menelantarkan jutaan orang, menghancurkan ekonomi, meningkatkan angka kemiskinan, menyebarkan kekacauan dan terorisme, dan banyak masalah lain.
Luka lama Palestina tetap menjadi isu utama di Dunia Islam. Luka ini semakin parah setelah rezim-rezim reaksioner Arab di kawasan memilih menormalisasi hubungan dengan Israel.
Presiden Raisi mengatakan, rezim Zionis merupakan entitas terorisme negara terbesar yang agendanya adalah membantai perempuan dan anak-anak di Gaza dan Tepi Barat. Hari ini blokade penuh telah mengubah Gaza menjadi penjara terbesar di dunia.
Kebijakan destruktif Amerika Serikat tidak terbatas pada mendukung rezim penjahat dan pembunuh anak-anak. Negeri Paman Sam, khususnya selama kepresidenan Trump, melancarkan perang ekonomi besar-besaran dengan tujuan memberikan tekanan maksimum pada rakyat Iran.
Kebijakan tekanan maksimum tetap dilanjutkan oleh Presiden Joe Biden, meskipun ia dalam pidatonya di PBB menyatakan kesiapan untuk kembali ke dalam perjanjian nuklir JCPOA. Kebijakan ini masih dipandang sebagai opsi yang tepat bagi Washington.
Selama penanganan wabah virus Corona, Iran menjadi sasaran sanksi ketat AS yang memblokir akses negara ini ke obat-obatan, peralatan medis, dan vaksin. Namun, hari ini Iran telah menjadi produsen vaksin Covid-19 meskipun sanksi anti-kemanusiaan AS dan Eropa tetap berlanjut.
Di tingkat regional, AS berusaha untuk memastikan Iran tetap terisolasi yaitu, lingkup kerja sama dan hubungan luar negeri Republik Islam, khususnya dengan negara-negara tetangga. Namun, Iran justru diterima sebagai anggota penuh Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO). Hal ini membuktikan bahwa Iran berada pada posisi penting di kancah regional serta berperan efektif dalam menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan.
Presiden Iran dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, menegaskan bahwa sudah menjadi kebijakan kami untuk berusaha menjaga stabilitas dan integritas teritorial semua negara di kawasan.
“Jika bukan karena kekuatan dan peran Iran bersama pemerintah dan rakyat Suriah dan Irak serta semua upaya tanpa pamrih dari Syahid Abu Mahdi al-Muhandis dan Jenderal Qasem Soleimani, hari ini Daesh telah menjadi tetangga Mediterania Eropa,” ujarnya.
Dapat dikatakan bahwa Presiden Iran mengangkat dua isu utama dan penting dalam pidato tersebut. Pertama, sumber dari banyak krisis global seperti kemiskinan, ketidakamanan, instabilitas politik, dan perang adalah keserakahan kekuatan-kekuatan hegemonik dan kebijakan unilateral.
Solusi untuk krisis ini adalah mengubah pendekatan di tengah komunitas internasional, mencapai pemahaman yang realistis tentang ancaman, dan mengadopsi pendekatan multilateralisme yang dipimpin oleh PBB.
Kedua, pentingnya menerima tanggung jawab atas masalah dan ancaman bersama. Presiden Raisi menekankan bahwa Iran siap berperan dalam menciptakan dunia yang lebih baik, dunia yang penuh dengan rasionalitas, keadilan, kebebasan, moralitas, dan spiritualitas.