Dampak Perjanjian AUKUS terhadap Hubungan AS dan Uni Eropa

Rate this item
(0 votes)
Dampak Perjanjian AUKUS terhadap Hubungan AS dan Uni Eropa

 

Presiden AS, Joe Biden dalam percakapan telepon dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menekankan pentingnya kerja sama yang kuat antara Amerika Serikat dan Uni Eropa di kawasan Indo-Pasifik, dan menyebut Uni Eropa sebagai mitra utama AS.

Statemen ini muncul di tengah ketegangan kedua pihak menyusul pembentukan aliansi keamanan baru AS-Inggris-Australia yang disebut AUKUS di kawasan Indo-Pasifik.

Terlepas dari klaim Biden tentang kebangkitan konvergensi transatlantik yang melemah di era mantan Presiden AS Donald Trump, peristiwa baru-baru ini menunjukkan bahwa klaimnya keliru.

Kini jelas kiranya janji Biden hanya sekedar slogan belaka, karena dalam praktiknya Washington terus menempatkan pendekatan sepihak dan mementingkan diri sendiri di garis depan kebijakan dan tindakannya, yang cenderung mengabaikan kepentingan Eropa.

Contoh nyatanya adalah kinerja Biden di Afghanistan. Dari sudut pandang Eropa, pengalaman Afghanistan menunjukkan bahwa mulai sekarang mereka harus sangat berhati-hati dalam mengikuti Amerika Serikat dalam isu-isu regional dan internasional.

Pemerintahan Biden memberikan pukulan kedua terhadap Eropa dengan mengumumkan pembentukan aliansi baru bernama AUKUS dengan dua sekutu lamanya, Inggris dan Australia.

Washington tidak mengundang Prancis untuk bergabung dengan koalisi, tetapi dengan menerima transfer teknologi kapal selam nuklir ke Australia, secara efektif membuka jalan bagi kesepakatan € 31 miliar untuk menjual 12 kapal selam dari Prancis ke Australia.

Faktanya, pemerintah Biden, terlepas dari Uni Eropa dan partisipasinya dalam perjanjian keamanan AUKUS, hanya berusaha membentuk aliansi dengan negara-negara berbahasa Inggris dalam isu keamanan dan militer lama untuk menghadapi Cina.

Sebagai tanggapan, Uni Eropa mengumumkan strateginya di kawasan Indo-Pasifik sehari setelah pengumuman pembentukan AUKUS, yang secara efektif menekankan jalur independennya di kawasan strategis ini.  

Pihak-pihak dalam perjanjian itu bahkan tidak memberikan kesempatan bagi Eropa untuk menangani masalah ini, bahkan sebagai peringatan atau untuk waktu yang singkat. Perilaku ini bukan Trumpisme, tetapi identik dengannya, dan cara kerja Biden tidak jauh berbeda dengan Trump.

Bahkan, jalur Eropa memisahkannya dari Amerika Serikat di kawasan strategis Indo-Pasifik, yang menjadi jantung politik dan ekonomi dunia di abad ke-21.

Dalam hal ini, Washington sedang membangun aliansi dengan negara-negara penting di kawasan dan meningkatkan konsultasi dengan mereka. Tujuan Washington dalam membentuk aliansi regional di Indo-Pasifik, dengan melibatkan Australia, Jepang dan India demi menghadapi Cina.

Washington telah mengidentifikasi Cina sebagai ancaman keamanannya di kawasan, sementara Uni Eropa telah menyerukan kerja sama ekonomi dan perdagangan sambil menekankan kerja sama keamanan dengan negara-negara di kawasan itu. Oleh karena itu, sikap Brussells terhadap Cina pada dasarnya berbeda dengan Washington.

Pada saat yang sama, kebijakan Washington di kawasan ini didasarkan pada pengabaian dan pencegahan kehadiran Eropa yang kuat di kawasan itu. Jadi, terlepas dari klaim Biden baru-baru ini tentang kerja sama AS-Uni Eropa di Indo-Pasifik, Eropa tampaknya tidak percaya pada janji Washington.

Dalam hal ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan Eropa tentang kepercayaan terhadap Amerika Serikat dan percaya bahwa Eropa harus mengirim pesan ke Washington bahwa Eropa dapat memainkan peran strategis dalam perimbangan kekuatan regional setelah pembentukan AUKUS di kwasan Indo-Pasifik.

Read 734 times